:
Oleh Wahyu Sudoyo, Selasa, 22 Maret 2022 | 13:21 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 237
Jakarta, InfoPublik – Indonesia mengajak peserta pertemuan Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim atau Environment Deputies Meeting and Climate Sustanability Working Group G20 (G20 EDM-CSWG) memperkuat komitmen dan kerja sama penerapan solusi berbasis alam dan pendekatan berbasis ekosistem untuk pengelolaan air, kota sirkular, dan air bersih positif untuk pembangunan air berkelanjutan.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Dirjen PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang juga Co-Chair EDM-CSWG Sigit Relianto mengatakan, pengelolaan air harus mempertimbangkan dampak perubahan iklim, yang mencakup pengetahuan, pendanaan, ekonomi, keterlibatan masyarakat lokal, dukungan pemerintah dan lembaga nasional, regional dan global lainnya.
“Pendekatan berbasis alam, dipercaya mampu membangun pengelolaan air yang lebih baik,”ujar Sigit dalam Pertemuan G20 EDM-CSWG, Presidensi G20 Indonesia 2022, pada Senin (21/3/2022).
Acara pendamping (side event) sebelum pertemuan G20 EDM-CSWG dibuka secara resmi in,i dihadiri oleh 81 delegasi dari 20 negara anggota, tujuh Negara Undangan dan lima Organisasi Internasional. Kegiatan ini berlangsung dari 21 – 24 Maret 2022 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Topik dialog ini dibagi menjadi tiga sesi, yaitu membahas mengenai pandangan dunia dan pengalaman dalam isu dan masalah pengelolaan air, serta solusinya, membahas pengalaman nasional dan praktik terbaik dalam menerapkan kebijakan dan meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan air, dan mengidentifikasi kesenjangan & merumuskan solusi.
Menurut Sigit, permasalahan air merupakan isu global, mulai dari ketersediaan, akses pada air bersih dan isu lainnya.
Perubahan iklim juga dinilai berkontribusi pada peningkatan masalah air, mulai dari kekurangan air hingga banjir.
“Dalam menangani masalah tersebut beberapa negara telah menerapkan pengelolaan air termasuk pengelolaan air yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Sementara Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, yang juga Chair EDM-CSWG Laksmi Dhewanthi menambahkan, dialog CSWG yang berlangsung secara parallel dengan dialog EDM membahas hasil studi tentang Inventarisasi ekonomi, dampak sosial dan lingkungan dari pemulihan berkelanjutan. Termasuk dampak implementasi kontribusi yang ditetapkan setiap negara sebagai komitmen terhadap perubahan iklim di Perjanjian Paris atau NDC (national determined contribution). Pertemuan juga membahas hasil studi tentang solusi berbasis laut untuk perubahan iklim melalui peningkatan kerjasama dalam ilmu pengetahuan, penelitian dan inovasi, dan membahas hasil studi tentang rekomendasi kerangka keuangan inovatif menuju emisi gas rumah kaca (GRK) rendah dan masa depan ketahanan iklim.
“Studi-studi ini merupakan langkah mendukung isu prioritas pada CSWG, juga sebagai basis pembahasan bagi penyusunan ministrial communiqué (Deklarasi tingkat Menteri),” tuturnya.
Hasil dialog tersebut antara lain, pertama memberikan analisis yang komprehensif dalam implementasi target NDC menuju pemulihan berkelanjutan (sustainable recovery). Kedua memberikan analisis yang komprehensif terkait dengan peran mitigasi co-benefit untuk mendorong pemulihan dan ketahanan iklim yang lebih berkelanjutan.
Ketiga membantu komitmen global untuk melakukan pengelolaan sektor kelautan secara berkelanjutan termasuk pelestarian terhadap ekosistem pesisir. Keempat mendorong kerjasama antara Negara G20 dalam hal penelitian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi untuk aksi iklim berbasis laut menuju ketahanan iklim.
Kelima mendorong kerjasama antara Negara G20 dalam peningkatan mobilisasi sumberdaya untuk mendukung pengendalian perubahan iklim. Keenam menyediakan informasi kepada Negara G20 terkait dengan potensi carbon pricing (nilai ekonomi karbon) dalam mendukung implementasi NDC dan transisi menuju rendah emisi dan ketahanan iklim.
“Elemen dan pesan kunci dalam workshop (lokakarya) CSWG akan digunakan dalam sesi paralel 1st EDM-CSWG untuk meng-exercise commonalities (persamaan), kebutuhan, dan elemen relevan lainnya negara-negara angota G20,” tandasnya. (foto: Biro Humas KLHK).