Konflik Rusia-Ukraina Jadi Tantangan Pemulihan Ekonomi Global

:


Oleh lsma, Senin, 21 Maret 2022 | 17:53 WIB - Redaktur: Untung S - 352


Jakarta, InfoPublik - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa ketegangan geo politik antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pemulihan ekonomi global.

"Ketegangan Rusia dan Ukraina setidaknya memberikan tiga dampak dalam pemulihan ekonomi global. Pertama, terjadinya kenaikan harga-harga komoditas global, tidak hanya energi tapi juga pangan. Hal ini tentunya berdampak pada kenaikan inflasi dari berbagai negara," kata Perry dalam acara KULIAH UMUM: Mendorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi dan Menjaga Stabilitas secara virtual pada Senin (21/3/2022).

Perry menambahkan, bagi Indonesia, yang menjadi negara eksportir komoditas, tentu saja ada dampak positif dan negatifnya. Karena naiknya harga komoditas global akan berdampak pada naiknya harga-harga di dalam negeri.

Kemudian, lanjut Perry, dampak kedua dari ketegangan geo politik antara Rusia dan Ukraina adalah terjadi gangguan terhadap rantai pasok perdagangan global. Ketegangan ini juga berpengaruh terhadap distrbusi pasokan dan juga volume perdagangan global.

"Hal ini tentu saja berpengaruh pada pertumbuhan ekonommi global yang kemungkinan berisiko lebih rendah, dari yag diperkirakan 4,4 persen, karena menurunnya volume perdagangan global," jelas Perry.

Dampak ketiga, lanjut Perry, terganggunya jalur keuangan, tidak hanya berpengaruh pada persepsi global. Saat ini banyak investor global kembali memegang aset-aset mereka. Tentu saja hal ini mengakibatkan tersendatnya cash. Selain itu, para investor global juga menarik aliran modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan bisa berdampak terhadap stabilitas eksternal dan nilai tukar.

"Tiga dampak dari ketegangan geo politik antara Rusia dan Ukraina ini juga berpangaruh bagaimana banyak negara harus melakukan kalibrasi ulang kebijakan-kebijakan dalam merespon penurunan pertumbuhan ekonomi global, naiknya harga-haraga dan inflasi, dan tentu juga persepsi risiko di dalam pasar keuangan global termasuk Indonesia," ujar Perry.

Ketidakseimbangan Pertumbuhan Ekonomi Global

Perry menjelaskan, pola pertumbuhan ekonomi global masih belum mencapai titik keseimbangan antara negara-negara maju yang cepat terhadap negara-negara berkembang yang lambat.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memprediksi proses pemulihan ekonomi global pasca pandemi COVID-19 akan tetap berjalan tidak seimbang pada tahun ini. Isu ini menjadi salah satu perhatian utama Indonesia dalam Presidensi G20 2022.

Perry mengatakan, dunia sudah berjuang menghadapi COVID-19 sejak dua tahun terakhir. Dia melihat adanya secercah harapan menuju arah perbaikan.

"Tapi jarak untuk menuju kepada pemulihan tidaklah selalu mudah. Mari kita lihat, apa yang terjadi secara global. Bagaimana perkembangan ekonomi global, dan tantangan penting yang harus kita pahami bersama di ekonomi global," ungkapnya.

Perry lantas bercermin pada pertumbuhan ekonomi global di 2021 yang sebesar 5,7 persen. "Masalahnya, ekonomi global yang tumbuh tinggi ini bertumpu pada dua negara besar, Amerika Serikat dan China. Tentu saja jadi tidak seimbang," kata Perry.

Ketidakseimbangan ekonomi global ini diramalnya bakal tetap berlanjut di 2022. Meskipun sejumlah kalangan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini bisa berada di angka 4,4 persen.

"Tapi ketidakseimbangan masih berlanjut. Kenapa? Karena kemampuan untuk pulih dari COVID-19 memang tidak seimbang," tegas Perry.

Sebagai contoh, Perry mencermati proses vaksinasi yang berjalan cepat di negara maju. Di sisi lain, negara mapan dunia juga telah jor-joran memberikan stimulus fiskal dan moneter untuk proses pemulihan ekonomi.

Contoh-contoh tersebut, kata Perry, sulit terjadi di negara berkembang dengan kemampuan terbatas. "Di banyak negara berkembang, kemampuan untuk membeli vaksin dan melakukan langkah-langkah kesehatan dari COVID-19 itu terbatas. Melakukan stimulus fiskal dan moneter juga terbatas. Belum lagi banyak negara berkembang, terutama di Afrika terbebani utang. Itu lah ketidakseimbangan dalam ekonomi global. Itu lah mengapa tema G20 kita pulih bersama (recover together recover stronger)," ujar Perry.