:
Oleh Eko Budiono, Senin, 21 Maret 2022 | 20:28 WIB - Redaktur: Untung S - 163
Jakarta, InfoPublik - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, sekitar 7200 anak-anak terdampak pandemi COVID-19 di wilayahnya. Karena itu, penting sekali berkolaborasi dalam mengatasi dampak itu.
Hal itu disampaikan Setiawan usai webinar U20 A Common Framework: Towards Child-Friendly-cities Amid COVID-19 Pandemic, Climate Crisis, and Rising Structural Inequalities, Senin (21/3/2022).
"Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan telah bekerja sama dengan Zakat Forum, untuk meringankan dampak pandemi khususnya terhadap anak-anak," ujar Setiawan.
Menurut Setiawan, pihaknya mempercepat vaksinasi COVID-19 terhadap anak-anak di Jabar
"Kampanye 5 M protokol kesehatan juga kami lakukan," ujarnya.
Kampanye 5M yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi.
Dia menambahkan, pihaknya telah meningkatkan fasilitas kesehatan di masa pandemi COVID-19.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jabar, Dodo Suhendar, menuturkan sejumlah 7.200-an anak di Jawa Barat (Jabar) harus kehilangan orang tua selama pandemi COVID- 19.
Dodo mengatakan proses verifikasi dan validasi masih terus dilakukan. Karena, dari 7.200-an anak yang dilaporkan kehilangan orang tua karena pandemi COVID-19, baru sekitar 2.500 anak yang telah selesai cleansing datanya.
"Yang datanya sudah masuk ke Disdukcapil 4 ribu itu sudah clear dari 7 ribuan ya. Kami berikan bantuan 2.500 dulu sambil nunggu yang lain. Sisanya 4 ribu datanya masih disisir," ujar Dodo.
Menurut Dodo, ke 2.500 anak yatim piatu tersebut memperoleh bantuan uang Rp 300 ribu.
Dodo mengatakan, Dinsos pun akan menyiapkan program pemberdayaan. Yakni, ada keterampilan yang diberikan agar anak yatim yang sudah remaja memiliki kemampuan ekonomi.
"Termasuk ibunya ada yang namanya perempuan rawan sosial ekonomi ini diberdayakan. Kalau punya keterampilan akan kami berikan alat dan modal," katanya.
Menurut Dodo, Dinsos memiliki griya wanita mandiri sebagai tempat untuk memberikan pelatihan keterampilan. Selama 3 bulan, peserta pelatihan akan di didik agamanya, didik displin, motivasi dan keterampilannya agar setelah selesai pemberdayaan mereka punya kemampuan.
"Kalau sekarang kan merangkul penggiat sosial ini jangka pendek," katanya.
Jangka panjangnya, kata Dodo, harus ada akses kesehatan dan jaminan pendidikan dari Disdik agar mereka bisa sekolah.
"Kalau anak yatimnya butuh keterampilan ada panti sosial bina remaja," katanya.
Foto: ANTARA