Indonesia Dorong Implementasi Kampus Merdeka di Presidensi G20 Indonesia 2022

:


Oleh G. Suranto, Sabtu, 19 Maret 2022 | 06:02 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 170


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memimpin Kelompok Kerja Pendidikan G20 Education Working Group (EdWG) menyelenggarakan pertemuan perdana Kelompok Kerja Pendidikan G20 yang diselenggarakan pada tanggal 16-17 Maret 2022. Dalam pembukaan acara tersebut, Indonesia mengajak dunia bergotong royong untuk menata dan membangun kembali sistem pendidikan.

Pada pertemuan ini, 27 negara membahas empat agenda utama. Pertama, Universal Quality Education, para perwakilan negara saling berbagi pengalaman dalam meningkatkan inklusifitas dan pendidikan yang berkeadilan selama masa pandemi dan setelah pandemi COVID-19. Kedua, Digital Technologies in Education, membahas usaha negara memanfaatkan teknologi digital untuk memulihkan diri dari pandemi COVID-19 dan mempertimbangkan pembangunan pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif.

Ketiga, Solidarity and Partnership, menekankan pentingnya solidaritas dan kemitraan agar tercipta sistem pendidikan yang tangguh dan efektif. Keempat, The Future of Work Post Covid-19, perwakilan negara menyampaikan strategi dan praktik baik untuk mendukung transformasi pendidikan tinggi dan vokasi dalam menyediakan akses yang adil ke jenjang pendidikan tinggi dan vokasi.

Iwan Syahril, selaku Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 mengajak negara-negara G20 untuk bergotong royong secara global menghadapi masalah pendidikan akibat dari pandemi COVID-19. Menurut Iwan, anak-anak tidak bisa terus menunggu sekolah dibuka kembali dan mengalami learning loss, bukan masalah tidak masuk kelas atau gagal dalam ujian, melainkan ancaman kehilangan minta anak-anak untuk belajar dan kehilangan kepercayaan diri.

Selain empat topik utama pembahasan dalam G20, bidang pendidikan tinggi mendapatkan kesempatan melakukan bilateral meeting bersama pihak dari Australia dan Perancis. Hal ini bertujuan untuk membahas rencana kerja sama yang lebih spesifik.

Pada pertemuan tersebut, Pelaksana tugas (Plt.) Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Tjitjik Srie Tjahjandarie mengemukakan beberapa isu di bidang pendidikan tinggi, riset, dan teknologi.

Tjitjik mengusulkan beberapa poin kerja sama dengan pihak Australia antara lain dalam bidang pengakuan kualifikasi, implementasi Kampus Merdeka melalui program Indonesia Internasional Student Mobility Awards (IISMA), program Joint Working Group, serta kerja sama pengembangan riset dan inovasi melalui kerangka Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).

"Kita sudah bermitra cukup dekat dengan Australia. Kita mendorong agar Australia juga membuka kesempatan apprenticeship dan internship bagi mahasiswa Indonesia ke Australia. Tentunya dengan skema yang akan ditetapkan melalui program Kampus Merdeka. Setelah berhasil, perguruan tinggi dapat menduplikasi bentuk kegiatan ini, agar banyak mahasiswa Indonesia memiliki wawasan global dan berdaya saing," tutur Tjitjik.

Tak jauh berbeda, pertemuan dengan pihak Perancis pun membahas penguatan implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka melalui program IISMA. Pihak Perancis yang diwakili oleh Philomene Robin, Atase Kerja Sama Universitas, Institut Français D’indonésie mengatakan akan memobilisasi perguruan tingginya agar berpartisipasi dalam program MBKM. Adapun sasaran program IISMA yaitu bekerja sama dengan perguruan tinggi top 100 dunia di Perancis dan perguruan tinggi terbaik (acknowledged) di Perancis.

"Kami mendukung program Kampus Merdeka dengan memobilisasi perguruan tinggi di Perancis agar semakin banyak perguruan tinggi dapat berpartisipasi, khsusnya dalam program IISMA," ucap Philomene.

Sementara di bidang riset dan inovasi sudah terbangun kerja sama University to University (UtoU) antara perguruan tinggi Indonesia dan Perancis.

Sumber Foto: Ditjen Diktiristek