Oleh Juli, Selasa, 15 Februari 2022 | 16:51 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 311
Likupang, InfoPublik - UN Women Representative and Liaison Asean Jamshed M. Kazi memaparkan beberapa data penting terkait kesenjangan gender yang masih harus dihadapi negara G20 dalam W20 policy dialogue "Freedom from Discrimination" Historical Journey from Japan to Indonesia, Selasa (15/2/2022).
Menurut Jamshed, kesenjangan tersebut antara lain, secara global pertisipasi perempuan turun 4,2 persen akibat pandemi COVID-19, dan hilangnya 54 juta pekerjaan dialami lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki yang bekerja dalam pekerjaan rentan, dan terdampak besar oleh COVID-19.
Hal itu lanjutnya, diperburuk oleh kekerasan berbasis gender yang dialami perempuan. "Seringkali berarti perempuan terjebak dalam rumah bersama pelaku kekerasan. Ini juga tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat tetapi menghambat partisipasi ekonomi perempuan," tutur Jamshed.
Dia juga mengungkapkan bahwa tidak ada pemulihan ekonomi yang lengkap dan berkelanjutan apabila perempuan dan anak perempuan masih tertinggal dan tidak diberikan prioritas, khususnya oleh 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia yang menyumbang 80 persen terhadap PDB global.
Kesenjangan lainnya sambung Jamshed, yakni teknologi terus berkembang tetapi di negara berpendapatan rendah dan menengah, 433 juta perempuan tidak memiliki akses terhadap internet. Selain itu perempuan yang tidak memiliki ponsel berjumlah 165 juta lebih dibanding laki-laki.
"Digitalisasi membuka banyak potensi untuk menunjukkan pemberdayaan perempuan namun 1,7 miliar orang dan lebih dari setengahnya adalah perempuan yang belum mendapat manfaat dari kemajuan digital," tambahnya.
Selain itu lanjut dia, perempuan termarginalisasi dalam ekonomi, dan kurang terepresentasi dalam pengambilan keputusan termasuk dalam politik dan diskusi publik. "Hanya 12 persen pemimpin dunia baik sebagai kepala negara maupun pemerintahan adalah perempuan," ungkapnya.
Perempuan kata Jamshed, juga cenderung tidak dilibatkan dalam panel diskusi tingkat tinggi. "Saya sungguh berharap kita dapat mengakhiri fenomena manel tersebut, atau diskusi publik dengan panelis yang semuanya laki-laki dalam G20 ini maupun dalam diskusi lainnya," katanya.
Langkah tersebut kata dia, merupakan langkah kecil namun berarti, untuk menunjukkan pentingnya memasukkan perspektif yang berbeda yang mengarah pada hasil akhir kebijakan yang lebih baik.
Selain membuat komitmen baru dan mengambil langkah-langkah konkret lebih lanjut, W20 diharapkan dapat mengubah pola pikir para pimpinan G20 di dunia untuk lebih memperhatikan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.
"Salah satu tindakan yang paling nyata adalah komitmen untuk mengurangi kesenjangan gender pada partisipasi angkatan kerja antara laki-laki dan perempuan sebesar 25 persen di negara-negara G20 pada 2025," tambahnya.
Jamshed juga menyoroti pentingnya pendanaan yang memadai dalam pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. "Mengadakan konferensi dan diskusi seperti ini tentu penting. Tetapi seperti satu istilah walk the talk artinya meletakkan komitmen yang kuat di atas meja juga perlu didukung oleh pendanaan yang memadai," tutupnya.
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id