:
Jakarta, InfoPublik - Momentum presidensi G20 Indonesia, menjadi kesempatan emas bagi pelaku usaha sektor pangan di Indonesia secara umum, dan khususnya Holding BUMN Pangan, untuk mengenalkan merek pangan maupun produk pertanian kepada semua stakeholders dalam dan luar negeri yang menghadiri berbagai event G20, sekaligus sebagai salah satu cara promosi dagang.
“Hal itu, juga mendukung strategi lainnya, seperti peningkatan kapasitas produksi, perluasan akses pasar domestik dan internasional, penguatan jaringan distribusi dari hulu hingga hilir,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, dalam katerangan tertulis yang diterima, Jumat (11/2/2022).
Melalui kuliner Indonesia yang sangat beragam, peluang untuk mengenalkan makanan lokal tentunya akan menjadi pengungkit sektor UKM. Kemudian, untuk sektor perikanan dapat mengenalkan produk perikanan, garam untuk kecantikan/spa, dan sebagainya.
“Untuk sektor pertanian atau perkebunan, peluang strategis mempromosikan cita rasa kopi khas (specialty coffee) Indonesia, seperti kopi gayo, kopi toraja, kopi luwak, dalam setiap event meeting. Sementara, untuk subsektor hortikultura, tantangannya yaitu memasarkan produk hortikultura buah-buahan dan bunga selama meeting,” tutur Deputi Musdhalifah.
“Posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 sangat memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan investasi di bidang pangan,” tambah Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia, yang merupakan induk dari Holding BUMN Pangan atau ID FOOD.
Arief juga menambahkan bahwa ID FOOD akan mendukung penguatan ketahanan pangan nasional dan mempromosikan produk pangan berorientasi ekspor, baik produk pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan industri turunannya, agar dunia internasional semakin mengenal produk pangan Indonesia.
Dari sektor perikanan, PT New Perikanan Indonesia (New Perindo) pada 2021 telah melakukan ekspor gurita ke Amerika Serikat senilai Rp2,4 miliar, ikan kaca piring ke Thailand senilai Rp489 juta, ikan black marlin ke Filipina senilai Rp629 juta, serta fresh tuna loin dan gurita ke Jepang senilai Rp1,5 miliar.
Meskipun banyak tantangan di bisnis perikanan ini, semisal minimnya sarana dan prasarana penyimpanan paska panen dan kapal angkut ikan yang menyebabkan penurunan mutu produk pada saat paska panen dan distribusi, namun PT New Perindo optimis dapat melakukan peningkatan transaksi ekspor perikanan pada 2022 ini.
“Khusus untuk produk perikanan, kami memiliki pasar ikan di Muara Baru Jakarta dan Benoa Bali yang dapat dikunjungi oleh para Delegasi G20. Mereka dapat menikmati sajian ikan segar dan melakukan pemotongan ikan tuna segar di lokasi tersebut,” kata Arief.
Selanjutnya, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia juga telah menandatangani kontrak ekspor kopi ke Mesir sebanyak 3.000 ton di 2022, dan realisasi hingga Januari 2022 sebanyak 353 ton atau 10 kontainer. Sedangkan, PT Sang Hyang Seri (SHS) telah melakukan ekspor beras Long Grain Indonesian Rice kemasan 5 kg ke Arab Saudi sebanyak 140 ton dengan target estimasi penjualan di 2022 sebesar Rp2 miliar.
Melalui Forum G20 itu, diharapkan juga dapat menjadi media komunikasi strategis untuk menyuarakan kampanye positif menghadapi berbagai kampanye negatif kelapa sawit Indonesia, juga menjadi wadah promosi dagang kepada dunia internasional bahwa kelapa sawit Indonesia berkontribusi dalam penyediaan pangan di dalam negeri maupun pasar global. Selain itu, juga menjadi penggerak ekonomi, baik dari sisi petani, pedagang, maupun industri turunan kelapa sawit.
Foto: Humas Ekon