:
Oleh G. Suranto, Rabu, 9 Februari 2022 | 17:37 WIB - Redaktur: Untung S - 306
Jakarta, InfoPublik – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan presidensi G20 Indonesia merupakan momentun tepat untuk merefleksikan kebangkitan bersama dari pandemi COVID-19, terutama terkait pendidikan.
Bagi Indonesia, presidensi itu juga memiliki arti penting karena di tengah pandemi berbagai gagasan-gagasan terkait pendidikan yang berkelanjutan silih berganti muncul, sebagai sebuah ide yang cemerlang.
“Selama pandemi ini saya belajar dan refleksi tentang banyak hal. Saya belajar dari para guru, yang tidak menyerah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap berlangsung, serta para seniman dan pelaku budaya yang terus menghasilkan karya-karya kreatif dan melestarikan warisan budaya Indonesia,” ucap Menteri Nadiem pada acara Kick Off G20 on Education and Culture secara daring, Rabu (9/2/2022).
Selain itu juga, kata dia, dirinya semakin sadar pentingnya gotong-royong. “Salah satu nilai dasar dari bangsa kita yang sekarang menjadi semakin penting untuk membantu kita untuk pulih dan bangkit. Itulah kenapa presidensi G20 Indonesia 2022 mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger,” paparnya.
Menteri Nadiem menyebutkan, gotong royong adalah poin yang penting, gagasan mendasar yang menjalankan roda gerakan "Merdeka Belajar", khususnya dalam penerapan kurikulum prototipe yang saat ini mulai diterapkan sebagai opsi bagi sekolah-sekolah di Indonesia.
Kurikulum itu, mengedepankan pembelajaran berbasis project dan memerdekakan guru dalam merancang proses belajar dengan dibantu platform Merdeka Mengajar.
“Dengan kurikulum prototipe pembelajaran jadi lebih menyenangkan. Berfokus kepada kompetensi yang esensial dan juga relevan, sehingga membantu kita mencapai empat tujuan prioritas dari Education Working Group yaitu pendidikan universal yang berkualitas, teknologi digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan, serta dunia kerja pasca-COVID-19.
Kembali ke Akar Budaya
Berbicara tentang kehidupan pascapandemi, menurut Nadiem juga harus dipikirkan bagaimana cara untuk mewujudkan sustainable living, sehingga anak-anak masih tetap bisa hidup berdampingan dengan alam.
“Saya sekarang sudah mulai memberi contoh dan membiasakan anak-anak saya, untuk sama sekali tidak menggunakan plastik di rumah dan mengurangi sampah,” terangnya.
“Dan satu hal lagi yang penting yaitu belajar mencintai alam semesta, seperti yang sudah diajarkan oleh generasi sebelum kita, lewat warisan budaya dan kearifan lokal. Inilah yang menjadi tujuan utama dari rangkaian kegiatan kebudayaan yang melibatkan penggerak budaya Indonesia serta negara-negara G20 menuju Ministerial Meeting on Culture yaitu mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan dengan kembali ke akar budaya,” ungkapnya.
Foto: Kemendikbudristek/InfoPublik/Istimewa