Lewat TIIWG G20, Pemerataan Vaksin COVID-19 Kunci Pemulihan Ekonomi Global 

:


Oleh Tri Antoro, Selasa, 8 Februari 2022 | 13:53 WIB - Redaktur: Untung S - 322


Jakarta, InfoPublik - Pemerataan vaksinasi COVID-19 di berbagai belahan dunia menjadi faktor penting dalam pemulihan ekonomi global. Karena itu, melalui Presidensi G20, Indonesia dalam forum trade, investment and industry working group (TIIWG) bertekad membawa isu pemerataan ini sebagai tema prioritas.

Hal itu disampaian Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi, dalam diskusi inagurasi kelompok kerja perdagangan, investasi dan industri atau TIIWG, secara virtaul Selasa (8/2/2022).

Jadi menurut Mendag, seluruh negara harus mendapatkan jatah vaksin COVID-19 sesuai dengan jumlah penduduk dari negara terkait, "Tidak ada yang boleh ditinggalkan di dalam penyelesaian wabah pandemi ini," ujarnya.

Dalam sejumlah pertemuan internasional antarnegara yang digelar, lanjut Mendag, capaian vaksinasi COVID-19 menjadi indikator penting penyelenggaraan kegiatan tersebut. Dengan mempertimbangkan hal itu, kegiatan rutin yang digelar oleh organisasi internasional baru boleh diselenggarakan. 

Mendag mengungkapkan, sejumlah agenda yang berkaitan dengan pertemuan antar negara dalam World Trade Organization (WTO) pernah terganjal dalam penyelenggaraannya. Karena, salah satu menteri perdagangan dari negara di benua Afrika belum mendapatkan jatah vaksin. 

"Ada menteri perdagangan dalam pertemuan ministerial meeting itu belum dapat vaksin jadi  menyebabkan tidak bisa kita kerjakan pertemuan itu," ungkap Lutfi. 

Melalui Keketuaan Indonesia dalam perhelatan G20 pada 2022, Indonesia akan menyuarakan pemerataan vaksinasi COVID-19 di semua belahan dunia. Yang masuk dalam agenda tentang perbaikan arsitektur kesehatan global. 

Negara yang memiliki limpahan vaksin COVID-19, dapat segera menyalurkan kepada negara-negara lain yang membutuhkan. Seperti negara di Eropa, yang memiliki limpahan stok vaksin yang mencapai tiga kali lipat dari jumlah populasi penduduknya. 

"Adanya varian baru ini mengajarkan kepada kita untuk bersama-sama melawan pandemi ini," katanya. 

Adanya kolaborasi bersama dalam penanganan pandemi antarnegara di kelompok G20, tentunya akan membuka peluang dalam pengentasan wabah ini ke depan. Sehingga, pengendalian pandemi dapat segera dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. 

"Tidak ada yang selamat sampai semua selamat. Karena kalau ngga selesai-selesai nih varian COVID-19,"  imbuhnya.  

Transformasi Ekonomi Digital

Selanjutnya, dalam presidensi G20 juga pemerintah akan menyuarakan tentang transformasi ekonomi digital. Pembahasan itu, sesuai dengan kondisi global yang pada saat ini cenderung menggunakan ruang digital dalam setiap kegiatan perdagangan. 

Melalui medium ruang digital akan memangkas kesenjangan antara masyarakat yang memiliki status ekonomi dari mulai kaya hingga status ekonomi yang kurang mampu. Dengan begitu, akan membuka peluang jalinan kerja sama dalam berbagai sektor. 

"Ternyata transformasi digital ini bisa menjadi salah satu kunci untuk bisa mendekatkan antara yang kaya dan yang miskin," tutur Lutfi. 

Dari pemanfaatan ruang digital ketika melakukan kegiatan perekonomian menjadikan nilai tambah bagi Indonesia. Dampaknya,  akan membawa sejumlah keuntungan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

"Format ini menunjukkan antara yang kaya dan miskin dapat berkembang," tutur Mendag lagi. 

Terakhir, dalam persidangan pertemuan G20, Indonesia juga menyuarakan tentang transisi energi hijau atau energi baru terbarukan (EBT).  Karena, ancaman perubahan iklim hanya dapat diantisipasi oleh adanya hal itu. 

Penggunaan EBT, akan meminimalisir dampak fenomena perubahan iklim yang saat ini sedang terjadi pada setiap sudut benua. 

"Menjadi salah satu yang penting, karena climate change adalah masalah yang nyata harus kita hadapi bersama-sama," jelasnya. 

Diperlukan kolaborasi solid antar negara anggota G20 dalam mewujudkan transisi energi hijau tersebut. Sebab, nilai investasi dari peralihan energi berbasis fosil menjadi EBT memerlukan investasi yang sangat besar. 

"Ongkosnya besar sekali, makanya dengan transisi ini kerja sama antara negara kaya dengan miskin akan dapat terjalin," tutup Mendag. 

Foto: Istimewa/Tangkapan Layar Youtube