Membumikan Narasi Presidensi G20, Dirjen IKP: Hindari Istilah Asing dan Elitis

:


Oleh Tri Antoro, Jumat, 4 Februari 2022 | 16:30 WIB - Redaktur: Untung S - 261


Jakarta, InfoPublik - Narasi yang digaungkan dalam perhelatan Presidensi G20 Indonesia dapat dikemas dengan pendekatan yang lebih membumi. Artinya, setiap narasi terkait dengan perhelatan itu, dapat menggunakan bahasa atau istilah yang mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Kita memerlukan pendekatan yang lebih mengena, yang lebih membumi untuk menjangkau masyarakat," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Usman Kansong, ketika memberikan sambutan dalam siaran virtual Kick Off Setneg Mantul Road to G20 pada Jumat (4/2/2022).

Menurut Dirjen IKP, secara spesifik ketika menyebarkan narasi yang berkaitan dengan perhelatan penting itu, instansi pemerintah yang berkaitan harus menghindari istilah asing. Karena, berpeluang besar dapat membuat masyarakat di suatu wilayah tidak paham terhadap informasi terkait gelaran G20 selama 11 bulan ke depan.

Kemudian, narasi yang juga harus dihindari adalah menggunakan bahasa terpilih untuk kelompok masyarakat tertentu atau elitis. Karena, hanya sekelompok masyarakat saja yang mampu memahami narasi G20 yang disebarkan oleh pemerintah selama penyelenggaraan ajang akbar itu.

"Hindari istilah-istilah asing dan elitis. Supaya narasi yang disebarkan dapat dipahami oleh siapapun, terutama publik yang menjadi sasaran kita," tutur Usman.

Menghindari dua hal itu, lanjut Dirjen, peluang perhelatan G20 dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat semakin besar dalam beberapa waktu mendatang. Karena, masyarakat dapat mengetahui substansi dari setiap pembahasan-pembahasan yang akan dibahas dalam setiap persidangan pertemuan pada negara-negara maju tersebut.

Adanya pemahaman terhadap gelaran G20, otomatis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut akan semakin meningkat secara signifikan. Dampaknya, masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menyukseskan perhelatan G20 yang akan digelar selama 11 bulan mendatang.

"Kita butuh partisipasi masyarakat untuk mendapat pastisipasi masyarakat. Kita butuh trust atau kepercayaan dari masyarakat," imbuh Usman Kansong.

Dalam memastikan narasi yang disampaikan kepada masyarakat lebih mudah dipahami, beberapa waktu lalu Kominfo telah merilis G20Pedia. Sebagai medium, yang dapat dipergunakan dalam memberikan informasi terkait dengan perhelatan G20 yang digelar di berbagai tempat. Situs itu, mengemas informasi G20 dengan menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

Dengan mengakses situs itu, akan terasa seakan mengakses buku hidup yang berkaitan dengan gelaran G20. Melalui bahasa ringan yang digunakan, akan membuat masyarakat semakin mudah dalam mengetahui substansi-substansi yang diselenggarakan pada ajang itu.

"Menyediakan informasi yang berguna edukatif dan membumi pada masyarakat terkait G20, Kementerian Kominfo sudah meluncurkan G20pedia," ungkap Dirjen IKP.

Dalam buku itu juga akan mengupas secara tuntas, terkait agenda besar Indonesia dalam gelaran G20. Ada tiga isu yang akan diusung oleh Indonesia dalam perhelatan tersebut yaitu memperkuat arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi hijau.

Dalam memperkuat arsitektur kesehatan global, Indonesia akan menyerukan kepada pimpinan negara anggota G20 tentang penanganan kesehatan yang inklusif. Dari isu tersebut, Indonesia mendesak para pimpinan negara G20 untuk mengentaskan kesenjangan terhadap ketersediaan vaksin wabah global COVID-19 yang masih mengancam berbagai belahan dunia.

Kemudian, pada isu transformasi eknomi digital, Indonesia akan menyerukan kepada pimpinan G20, bahwa melalui ruang digital dapat memulihkan perekonomian dunia dari dampak pandemi. Dengan begitu, pentingnya antar sesama anggota G20 dapat menjalin kerja sama dalam pengembangan ekonomi digital di masa mendatang.

Terakhir, isu yang berkaitan dengan transisi energi hijau yang dilakukan oleh Indonesia dalam beberapa waktu mendatang. Dengan cara beralih menggunakan energi baru terbarukan (EBT) dari sebelumnya menggunakan energi yang berbasis fosil. Bentuk dukungan hal itu, selama perhelatan internasional tersebut, Indonesia akan menggunakan kendaraan mobil listrik atau electric vehicle.

"Ketiganya akan terus disuarakan oleh Indonesia selama memegang tampuk Presidensi G20," pungkas Dirjen IKP Usman Kansing.