Seluk Beluk Isu Industri dalam Presidensi G20

:


Oleh DT Waluyo, Jumat, 14 Januari 2022 | 10:49 WIB - Redaktur: Untung S - 863


Jakarta, InfoPublik – Isu industri, poin penting ini diusung Pemerintah Indonesia selaku Presidensi Forum G20 pada 2022. Masuknya isu tersebut dalam Trade and Investment Working Group (TIWG), sehingga TIWG berubah menjadi Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG).

Langkah penting Indonesia itu, dimaksudkan untuk dapat turut memacu kinerja dan daya saing sektor industri di tanah air dalam rangka mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

Memasukkan isu industri dalam forum internasional ini, sebenarnya sudah lama diperjuangkan Indonesia. Jejaknya bisa ditelusuri dalam World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2019, 22-25 Januari 2019, Davos, Swiss.

WEF Annual Meeting merupakan satu-satunya pertemuan tahunan terbuka dan inklusif untuk mengumpulkan para pemimpin masyarakat global. Forum ini melibatkan 100 pimpinan dan jajaran pemerintahan, eksekutif dari 1.000 perusahaan global serta pemimpin organisasi internasional dan organisasi non-pemerintah yang relevan.

Kala itu, delegasi yang dipimpin Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto (saat ini menjabat Menko Perekonomian -red) sudah membicarakannya (https://infopublik.id/kategori/sorot-ekonomi-bisnis/408926/isu-industri-4-0-indonesia-diusung-menperin-di-wef-2019). Kala itu,  Airlangga memanfaatkan ajang empat hari itu sebagai panggung untuk mempromosikan Indonesia yang memasuki era industri 4.0. 

Bagi Indonesia, kata Airlangga Hartarto, kesiapan Indonesia di era industri 4.0, ditandai dengan peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0. Ini menjadi wujud komitmen pemerintah untuk semakin mendongrak daya saing industri manufaktur nasional di kancah global.

Merujuk hasil riset McKinsey, penerapan industri 4.0 mampu meningkatkan efisiensi manajemen operasi berkisar 5-12,5 persen. Selain itu, penerapan industri 4.0 dinilai dapat menekan pengeluaran untuk perawatan mesin hingga 10-40 persen dan meningkatkan daya tahan mesin 3-5 persen.

“Revolusi industri 4.0 adalah satu-satunya revolusi industri yang terantisipasi. Pada tahun ini, kita akan meluncurkan INDI 4.0 sebagai bagian tahapan implementasinya. Untuk itu, kami meminta pelaku industri untuk melakukan self assessment dalam kesiapan memasuki industri 4.0,” tutur Airlangga.

Maka, begitu Indonesia resmi sebagai Presidensi G20 (dimulai dari 1 Desember 2021 hingga KTT G20 di November 2022), Indonesia cepat memasukkan isu industri ini, sehingga TIWG menjadi TIIWG.

Menurut Airlangga mengungkapkan, sedikitnya terdapat tiga manfaat besar bagi Indonesia dengan menjadi Presidensi G20, yakni manfaat ekonomi, pembangunan sosial, dan politik. Dari aspek ekonomi, beberapa manfaat langsung yang diproyeksikan dapat tercapai dengan menjadi Presidensi G20 (terutama jika pertemuan dilaksanakan secara fisik) antara lain adalah peningkatkan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun, penambahan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional hingga Rp7,4 triliun, dan pelibatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), serta penyerapan tenaga kerja sekitar 33 ribu di berbagai sektor.

Sehingga secara agregat, diperkirakan manfaat ekonominya dapat mencapai 1,5 – 2 kali lebih besar dari pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings 2018 di Bali, karena pelaksanaan pertemuan G20 tahun depan yang direncanakan sejumlah 150 pertemuan dan side events selama 12 bulan. “Terutama untuk sektor akomodasi, makan-minum, pariwisata, dan yang terpenting adalah branding Indonesia di dunia internasional. Dalam jangka panjang, branding itu akan meningkatkan confidence dari negara-negara lain terhadap Indonesia, dan Indonesia dapat menjadi central stage di dunia,” imbuh Menko Perekonomian, Airlangga.

Tiga Isu Besar Forum G20

Pada Forum G20 2020, Pemerintah Indonesia menetapkan  tema Recover Together, Recover Stronger. “Maksud tema ini adalah untuk meningkatkan sinergi, aksi kolektif dan kolaborasi inklusif antara anggota G20 dan dunia guna mencapai pemulihan dunia yang lebih kuat dan berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (13/1/2022).

Adapun isu besar yang siap diangkat pada Forum G20 nanti ada tiga; yaitu arsitektur kesehatan dunia yang harus dibangun karena adanya pandemi COVID-19, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan atau ekonomi hijau.

Dari ketiga isu ini, Kementerian Perindustrian memiliki kepentingan di sektor industri. Misalnya, di aspek kesehatan dimana bisa berharap mendobrak akses yang fair terhadap industri farmasi dan alat kesehatan, khususnya terkait dalam produksi dan distribusinya.

Sementara itu, untuk aspek transformasi digital, Indonesia telah siap mengadopsi teknologi industri 4.0. Hal ini diwujudkan melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. “Kemudian, dalam aspek transisi energi, kami berharap sektor industri di Indonesia dapat memenuhi standard berkelanjutan sehingga bisa berdaya saing global,” tandas Eko.

Mendorong Pemulihan Ekonomi Dunia

Adapun tema TIIWG pada Forum G20 tahun ini adalah “Collective economic recovery: Aligning Trade, Investment and Industry agenda with SDGs”. “Ini adalah upaya G20 untuk mendorong pemulihan ekonomi dunia secara kolektif melalui penyelarasan agenda Perdagangan, Investasi, dan Industri dengan SDGs (Sustainable Development Goals),” jelas Eko.

Berdasarkan tema besar besar TIIWG tersebut, akan dibagi menjadi priority issues yang krusial, antara lain mengenai reformasi sistem perdagangan multilateral – WTO reform dan kontribusi multilateral trade system untuk pencapaian tujudan SDGs.

Isu prioritas lainnya, yakni perdagangan dan investasi terhadap arsitektur kesehatan dan pemulihan dari pandemi secara global, pengembangan ekonomi digital dan rantai pasok global yang berkelanjutan, memacu investasi yang berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global, serta strategi bersama untuk industrialisasi inklusif dan berkelanjutan melalui penerapan industri 4.0.

“Kami berharap agar aspek substansi yang diangkat pada pertemuan TIIWG tersebut dapat diterima dengan baik oleh para negara anggota G20 dan menjadi topik pembahasan yang terus berkembang dalam Presidensi G20 selanjutnya,” papar Eko.

Rangkaian TIIWG dapat dimanfaatkan untuk menampilkan sejumlah kemajuan pembangunan Indonesia, mulai dari bidang infrastruktur, sektor industri, konektivitas yang terintegrasi, hingga pelaksanaan program vaksinasi Indonesia.

"Ini menjadi momentum yang baik buat kita, karena dapat meningkatkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia khususnya dalam penanganan pandemi, yang akhirnya akan memacu peningkatan investasi di Indonesia,” imbuh Eko.(ind)

Ilustrasi, Forum G20 Tahun 2022 di Bali, Indonesia (ist)