:
Oleh Untung S, Senin, 10 Januari 2022 | 19:09 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 283
Jakarta, InfoPublik – Menyambut pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menyatakan telah mempersiapkan dari jauh hari sejumlah dukungan khususnya aspek Amenitas, Atraksi, Aksesibilitas (3A).
Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, saat bincang santai dalam rubrik Juru Bicara di Studio GPR TV Kominfo, Senin (10/1/2022) mengungkapkan dari informasi sementara yang dimiliki pihaknya, Side Event dari penyelenggaraan G20 yang akan digelar di Labuan Bajo sedikitnya akan menghadirkan sekitar 7 Working Group Meeting.
“Nah ini tentu membutuhkan akomodasi berstandar internasional hingga pelayanan lain yang karena kondisi pandemi harus betul-betul disiplin protokol kesehatan dengan sudah tersertifikasi protokol berbasis Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) atau dikenal dengan CHSE,” ungkap Shana.
Untuk itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai stakeholder terkait mulai pemerintah daerah, pemerintah pusat, kementerian dan lembaga (KL), hingga para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
Menurut Shana, BPOLBF sendiri sejauh ini telah mendata setidaknya di Labuan Bajo dan sekitarnya ada 11 hotel bintang 3 hingga bintang 5 dengan total kapasitas sebanyak 848, kamar dan ditargetkan akan terus bertambah hingga 1500 kamar pada 2022.
Sehingga nantinya diharapkan bisa menampung kapasitas para peserta KTT G-20. Tercatat di Labuan Bajo sendiri sejauh ini sudah ada sekitar 6 Hotel dan juga 46 pelaku usaha tersertifikasi CHSE.
Selain itu sebanyak 261 operator tur atau agen tur yang datang dari lima asosiasi kapal yang secara legal terdaftar juga serta telah berintegrasi dalam satu sistem registrasi di dalam ekosistem digital.
“Kami tentu tidak bisa menyiapkan sendiri, bagaimana akses transportasi laut, udara, kesiapan jaringan komunikasi 4G hingga 5G, transportasi publik ramah lingkungan, ketersediaan peta perjalanan hingga tentu saja paket wisata menarik di seputar Labuan Bajo," kata Shana Fatina.
Dengan 11 kabupaten yang ada dalam wilayah koordinatif BPOLBF dan tersebar dari barat hingga timur wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), menurut Shana pihaknya bertekad menjadikan kawasan ini sebagai wilayah yang didukung dengan penyelenggaraan infrastruktur, pemberian fasilitas dan insentif serta kemudahan berinvestasi.
“Apalagi sebagai sebuah institusi yang dibentuk pada 2019, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 32 Tahun 2018. Diamanatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola Kawasan Strategis Pariwisata (KSPN) Labuan Bajo Flores, seluas 400 hektar, dan sudah secara tegas diminta daerah ini bukan hanya harus menjadi catatan sukses salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) tapi juga wajib menghadirkan wisata premium yang berkelanjutan, tidak hanya mengejar kuantitas, tapi wisata berkualitas,” tutur Shana.
Kerja sama dan koordinasi antarstakeholders terkait tersebut, menurut Shana juga demi menghadirkan destinasi wisata ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga BPOLBF hingga saat ini terus membuat program agar wisatawan tidak hanya disuguhkan pada atraksi saja, tapi bagaimana wisatawan bisa belajar melestarikan alam guna mencegah perubahan iklim.
“Sederet desa wisata yang ada di dalam Kawasan Taman Nasional Komodo seperti Goa Rangko, Cunca Wulang, Mbeliling, dan desa lainnya di luar Labuan Bajo seperti desa-desa wisata di Manggarai, Ngada, hingga Ende juga sudah dipersiapkan untuk menunjang paket perjalanan wisata selama event-event internasional berlangsung nantinya, semua akan dibuat dengan standar wisata berkelanjutan,” jelas Shana.
Shana menegaskan, pihaknya sampai saat ini tidak memiliki program membangun wahana atau destinasi bari di kawasan koordinat BPOLBF, namun melakukan peningkatan dan renovasi fasilitas yang ada demi keberlangsungan destinasi ini di masa mendatang.
“Yang kami tingkatkan adalah fasilitasnya bukan hanya demi kenyamanan wisatawan, tapi juga demi keberlangsungan hewan dan tumbuhan endemi yang merupakan habitat asli, jadi kami buat koridor jangan sampai wisatawan berinteraksi langsung, kan bukan hanya komodo, banyak hewan-hewan lain dan tumbuhan unik yang harus tetap dilestarikan,” tegas Shana.
Belum lagi lanjut Shana, ada sejumlah desa yang sudah lama berada di sana dan memiliki kearifian lokal yang tinggi sehingga destinasi wisata ini tetap ada juga terjaga hingga kini, maka keberadaan BPOLBF ini akan makin mempertegas upaya pemerintah memastikan bahwa destinasi wisata labuan bajo khususnya komodo akan terus dijaga dengan baik.
Foto: Untung S/InfoPublik