Menko Perekonomian: Indonesia Jadi Titik Sentral Pertemuan Penting

:


Oleh lsma, Jumat, 17 Desember 2021 | 11:06 WIB - Redaktur: Untung S - 343


Jakarta, InfoPublik - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto, mengatakan saat ini Indonesia menjadi titik Sentral pertemuan penting kerja sama kawasan regional dan dunia karena Indonesia bergabung dalam kawasan dan forum seperti ASEAN, APEC dan G20.

Airlangga menuturkan, pada 2022 Indonesia menerima Presidensi G20 dan akan dilanjutkan dengan Chairmanship ASEAN di 2023. Ini menjadi momentum berharga bagi Indonesia karena kesempatan Presidensi G20 yang siklusnya 20 tahun sekali, dan menjadi Chairmanship ASEAN yang siklusnya 10 tahun sekali.

"Untuk itu saya mengajak kepada kita untuk bersama-sama, terutama para alumni Gadjah Mada untuk menyukseskan Presidensi G20 yang punya potensi untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri sebesar Rp1,7 triliun, penambahan PDB sebesar Rp7,47 triliun, serta pelibatan tenaga kerja langsung sebesar 33.000 di berbagai sektor industri hospitality. Secara ekonomi ini akan mendorong kepercayaan dari investor Global untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional," ujar Airlangga dalam webinar yang bertema Presidensi G20 Indonesia: Tantangan, Kesempatan, dan Peran Masyarakat Indonesia pada Jumat (17/12/2021).

Airlangga menambahkan, terdapat keberagaman kelompok-kelompok negara dalam G20 antara lain Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan yang tergabung di dalam BRICS, termasuk juga G7 (Amerika Serikat, Jerman, Itali, Perancis, Inggris, Jepang, Kanada, dan Uni Eropa) yang dianggap sebagai kelompok yang sangat mempengaruhi di G20.

Indonesia sendiri yang mempunyai falsafah musyawarah dan mufakat seperti yang selama ini diberlakukan di AsEAN diharapkan bisa menjembatani Fasilitas kerja antar berbagai kelompok negara ini dan tentunya Indonesia merupakan emerging country pertama yang memimpin G20.

"Keberagaman merupakan ciri khas G20 dan keberagaman ini sering didorong dengan Unity in diversity, dan ini sangat cocok dengan Bhinneka Tunggal Ika, dan Indonesia tentu diharapkan dapat bisa mendorong prinsip yang selama ini dijalankan di ASEAN yaitu konsep musyawarah untuk mufakat untuk mewarnai dan menjiwai meeting-meeting G20 ke depan," ujar Menko Perekonomian.

Airlangga memaparkan, saat ini berbagai ketidakpastian masih ada, terutama untuk di sektor kesehatan. Masih terlihat adanya varian baru, walaupun di berbagai negara varian baru ini sudah menyebar di 75 negara, dan salah satu yang bisa memprotect terhadap varian-varian baru adalah tingkat vaksinasi. Oleh karena itu, tingkat vaksinasi didorong untuk lebih dari 50 persen populasi.

Dalam Presiden G20, Indonesia mengajak anggota anggota negara di G20 untuk melihat tantangan ke depan dan beberapa tantangan yang perlu diperhatikan adalah tentunya target SDGS 2030 yang kemungkinannya bisa meleset. Kemudian, gangguan rantai pasok atau Global supply chain ini terganggu terutama yang kita perhatikan agar terhadap ketahanan pangan di mana tentu ini akan bisa mendorong peningkatan inflasi.

Lalu, terlihat juga berbagai bencana alam. Keadaan khusus di Indonesia, kemarin terjadi bencana di Semeru dan juga baru-baru ini gempa bumi di NTT dan Sulawesi Selatan.

Kemudian juga perlu adanya mekanisme untuk transisi energi. Pemerintah juga mendorong program untuk mengatasi kemiskinan ekstrem yang diharapkan ini akan turun menjadi 0 di 2024.

Terlihat juga tidak berimbangnya prosedur kesehatan antara negara-negara berkembang dan negara maju dan tentunya dengan berbagai kebijakan yang diambil mobilitas antar Penduduk ini sangat berpengaruh dan tentu beberapa negara mengalami kesulitan fiskal dan keuangan akibat tingkat

hutang yang meningkat selama pandemi COVID-19.

"Indonesia maupun masyarakat dunia sedang menunggu kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G20 untuk mengambil kebijakan yang berwawasan ke depan, bersifat inklusif dan mempunyai langkah-langkah yang konkrit di luar narasi politik. Oleh karena itu Bapak Presiden mencita-citakan bawa platform kerjasama yang dibangun dalam G20 adalah tiga sektor yaitu sub sektor Kesehatan Global, transformasi ekonomi melalui digitalisasi, dan transisi energi yang berkelanjutan," kata Airlangga.

Menki Perekonomian menambahkan, di bidang kesehatan Indonesia tentu akan mengajak berbagai negara berperan melalui gugus tugas gabungan atau working group antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Kesehatan.

Langkah konkritnya adalah, Pertama, mobilisasi dana global yang diatur melalui mekanisme multilateral untuk kepentingan bersama. Kedua, arsitektur Kesehatan Global yang proaktif dan merespons terhadap berbagai pandemi dan juga terhadap varian-varian baru dan secara cepat adil juga mengatasi agar tidak direspon dengan panik.

Kemudian, mempromosikan teknologi transfer antar beberapa negara khususnya untuk penanganan terapeutik atau obat-obatan di pandemi COVID-19 termasuk pembuatan plasma ataupun globulin, ini yang sangat dibutuhkan, dan juga vaksinasi berbasis merah putih di Asia Tenggara termasuk teknologi MRNA yang perlu dikuasai.

"Kita merasakan manfaat teknologi digital di berbagai sektor dan tentunya kita akan terus mendorong sektor-sektor yang dapat menjadi mesin pertumbuhan baru sebagai nilai daripada ekonomi dari digital sendiri, kita ketahui di 2020 digitalisasi di Indonesia sebesar pasarnya sebesar USD40 miliar dan di 2021 USD70 miliar dan di 2025 ini bisa meningkat menjadi USD130 miliar atau 40 persen tertinggi di Asean," kata Airlangga.

Kemudian, lanjut Airlangga, literasi digital menjadi kunci agar semua masyarakat bisa mengikuti dan tidak ada yang ketinggalan. Pengutan terhadap usaha mikro kecil menengah dan pembiayaan di UMKM yang mendorong maksimalnya inklusi keuangan.

Agenda ketiga, kata Airlangga, adalah transisi energi dan tentu transisi energi bagi Indonesia adalah pengembangan policy renewable, kemudian juga pengembangan dari infrastruktur energi dan juga tentunya kebijakan terkait pengembangan solar cell, pengembangan geothermal dan pengembangan hydro.

Presidensi G20 Indonesia juga akan membangun pemahaman bersama tentang bagaimana kita membuat proyek percontohan, termasuk pembiayaan, agar proyek percontohan bisa dibangun dan proyek percontohan ini tentu perlu melibatkan tidak hanya pemerintah ataupun BUMN, tetapi sektor-sektor swasta.

"Sekali lagi saya sampaikan terima kasih kepada keluarga alumni Gadjah Mada selaku penyelenggara kegiatan ini dan juga apresiasi kepada para narasumber dan seluruh peserta semoga Kegiatan ini dapat mensosialisasikan mendukung dan menyiapkan Presidensi G20 ke depan sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah tentu berharap bahwa darah mendapatkan masukan dari seluruh stakeholder termasuk para pakar akademisi agar betul-betul Presidensi G20 Indonesia ini bisa membantu pemulihan bersama dan pemulihan yang tangguh," pungkas Airlangga.

Foto: Kemenko Perekonomian/Istimewa