:
Jakarta, InfoPublik - Agenda utama dari sektor kesehatan pada Presidensi G20 Indonesia yaitu Restructuring the Global Health Arcitechture. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan dengan adanya pandemi COVID-19 harus memperkuat arsitektur kesehatan global.
Hal tersebut dikatakan Menkes Budi dalam Webinar Nasional Peluncuran Science20 dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, Kamis (16/12/2021) secara virtual. Ia mengatakan ada tiga agenda kesehatan yang didorong.
Yaitu pertama, Building Global Health System Resillince. Menkes Budi mengatakan saat ini Indonesia dibantu tim World Bank dan tim dari World Health Organization (WHO) untuk menyusun dan membangun mekanisme Global Health Fund.
“Kita perlu bekerja sama dengan negara-negara maju juga perusahaan-perusahaan internasional besar. Agar ketika ada krisis kesehatan selanjutnya kita bisa akses dana yang ada di Global Health Fund, baik untuk vaksin, obat-obatan, dan lainnya,” kata Menkes Budi.
Agenda kedua yaitu, Harmonizing Global Health Protocol Standards. Menkes Budi mencontohkan, ketika ia pergi ke Italia, Inggris, dan beberapa negara, peraturan terkait PCR, karantina, dan lainnya berbeda.
Maka ia mendorong agar sistem tersebut dirubah seperti di imigrasi sebagai standar dunia. Menkes Budi mengatakan mau pergi ke negara manapun semua data yang dibutuhkan ada, seperti layaknya paspor di dunia imigrasi.
“Indonesia sudah mengintegrasikan PeduliLindungi dengan aplikasi Tawakkalna yang ada di Arab Saudi. Juga sedang berjalan dengan ASEAN Communities juga dengan European dan diharapkan pada Leader Meeting sudah selesai,” kata Menkes Budi.
Agenda ketiga yaitu, Expending global manufacturing and knowledge hubs for Pandemic prevention, preparedness, and response. Menkes Budi menjelaskan jangan hanya di negara yang pendapatannya tinggi saja namun juga dinegara lain.
Ia mengatakan jangan sampai hanya ada satu ahli virus di Amerika, kemudian meninggal. Indonesia juga saat ini sedang bekerjasama dengan WHO dan lembaga kesehatan dunia lainnya agar terjadi redistribusi manufaktur, tidak hanya vaksin namun secara keseluruhan.
“Yang paling penting adalah meredirstribusikan knowlegde atau kompetensinya. Harus ada transfer pendidikan dari universitas maupun institusi dari negara maju ke negara berkembang agar membangun Global Network of Knowledge,” kata Menkes Budi.
(Foto: Tangkapan Layar/Putri)