Menparekraf akan Kembangkan Pola Perjalanan Wisata Candi Plaosan di Desa Bugisan Jateng

:


Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 4 Juli 2022 | 11:18 WIB - Redaktur: Untung S - 628


Klaten, InfoPublik - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, akan menyiapkan sebuah travel pattern atau pola perjalanan wisatawan ke Candi Plaosan, yang masuk dalam ekosistem pengembangan Destinasi Super Prioritas (DSP) Borobudur.

"Candi Plaosan itu, menjadi destinasi wisata unggulan yang masuk dalam ekosistem Borobudur. Nanti akan kami kembangkan travel pattern dari Borobudur. Karena tidak terlalu jauh, umurnya sama, dan juga menampilkan kearifan lokal dan relief-relief menggambarkan kondisi masyarakat kita yang penuh dengan kearifan lokal 1.200 tahun yang lalu,” kata Menparekraf Sandiaga, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (4/7/2022).

Candi Plaosan yang terletak di Desa Wisata Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau, sebab lokasinya berada di dekat pusat kota Yogyakarta dan hanya memakan waktu sekitar 45 menit berkendara. Desa Wisata Bugisan masuk dalam 50 besar ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Lanjut Sandi, dengan dikembangkannya travel pattern, Candi Plaosan dapat memberikan pengalaman berwisata yang lebih berkualitas bagi wisatawan sesuai dengan tren wisata ke depan yang bersifat personalize, customize, localize, dan smaller in size.

Selain juga menjadi alternatif dalam menyikapi permintaan kunjungan wisatawan yang tinggi ke kawasan wisata Candi Borobudur.

"Jadi kita pastikan 20 juta wisatawan yang datang ke Borobudur ini juga melambung ke Klaten untuk bisa mengunjungi Desa Wisata Bugisan," kata Menparekraf.

Candi Plaosan itu, biasa disebut dengan Candi Kembar, karena terdapat dua candi yang dalam sejarahnya dibangun oleh raja keenam kerajaan Mataram Kuno, Rakai Pikatan, untuk dipersembahkan kepada salah seorang permaisurinya bernama Pramudyawardani.

Keduanya memiliki perbedaan agama. Raja Rakai Pikatan beragama Hindu sementara permaisurinya Pramudyawardani beragama Buddha. Perbedaan agama bukan menjadi penghalang, justru semakin memperkuat cinta mereka. Kisah ini pun tergambar jelas pada relief-relief yang ada di Candi Plaosan. Maka tidak heran jika Candi Plaosan ini mengisyaratkan berbagai aspek kehidupan seperti alam, budaya, toleransi, dan keagamaan.

Menparekraf Sandiaga mengatakan kisah percintaan itu semakin memperkuat potensi yang ada di Desa Wisata Bugisan. "Itu saya melihat daya tarik atau magnet dari Candi Plaosan atau Candi Kembar, karena ada storynomics percintaan," kata Sandiaga.

Di dalam kawasan Candi Kembar terdapat halaman rumput hijau yang menambah keasrian alam pedesaan khas Jawa.  Candi Plaosan yang memadukan corak Hindu dan Buddha menjadi daya tarik utama wisatawan nusantara hingga mancanegara.

Selain Candi Plaosan yang menjadi objek wisata utama, Desa Wisata Bugisan juga memiliki daya tarik di bidang kesenian yang masih melekat kuat di masyarakat lokal hingga sekarang. Berupa kesenian musik tradisional karawitan (gamelan), Pring Sedapur (alat musik asli Bugisan yang terbuat dari rumpun pohon bambu), Gejlog lesung (lesung sendiri merupakan alat yang digunakan masyarakat zaman dahulu untuk menumbuk padi), hingga aksara jawa yang dikenal juga dengan Hanacaraka.

Desa Bugisan itu, memiliki beragam kuliner yang terbuat dari olahan pepaya yang dihasilkan ibu-ibu PKK desa. Seperti permen, nuget, manisan, keripik, dan puding. Selain kuliner, ada pula produk kriya pahatan kayu hingga miniatur Candi Plaosan yang dapat dijadikan sebagai suvenir. Tentunya hal ini akan mendorong peningkatan ekonomi dengan terbukanya lapangan kerja.

Desa Bugisan juga dikenal sebagai desa mandiri dalam pengolahan sampah. Dimana proses pembuatannya berasal dari sampah rumah tangga yang tidak dapat diurai. Sehingga menghasilkan produk seperti pupuk, kerajinan, bahkan fesyen daur ulang.

Dengan potensi alam, budaya, serta kesenian yang dimiliki desa, kian lengkap akan hadirnya beberapa homestay yang dikelola langsung oleh warga. Dengan gaya arsitektur Jawa yang masih kental, wisatawan dapat ikut merasakan kebiasaan dan berinteraksi langsung dengan warga desa.

Selain homestay, amenitas lainnya yang dihadirkan adalah toilet umum, tempat cuci tangan, hingga Paseban Candi Kembar (rumah makan yang dilengkapi dengan panggung untuk ruang pertunjukan kesenian tradisional). Kelembagaan desa yang menjadi salah satu poin penilaian ADWI 2022 juga sudah diterapkan oleh masyarakat Desa Bugisan.

"Saya melihat Desa Wisata Bugisan ini bisa menjadi kluster percontohan penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru berbasis komunitas yang ada di pedesaan. Sehingga akhirnya kekuatan masyarakat untuk bangkit kembali pascapandemi bisa kita wujudkan. Dan target 2024 penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru bisa kita realisasikan," kata Menparekraf.

Foto: Dok Birkom Kemenparekraf