:
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Selasa, 21 Juni 2022 | 18:55 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 516
Nusa Dua, Infopublik – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/KaBaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, meminta investor melirik subsektor kuliner yang dinilainya punya potensi turut melengkapi kebangkitan sektor pariwisata usai badai pandemi COVID-19.
Apalagi saat ini sudah semakin banyak pelaku kuliner yang potensial, termasuk mereka yang turut serta di ajang FoodStartUp Indonesia (FSI) 2022
Hal itu dijelaskan Sandiaga saat menjadi super mentor di FSI 2022, di The Westin Nusa Dua, Bali, Selasa (21/6/2022).
Sandiaga sempat berdiskusi dengan salah satu pelaku usaha kuliner saat pitching, yaitu Jonathan Lurniadi dari Lean Lab.
Lean Lab memiliki produk selai kacang bubuk rasa cokelat pertama di Indonesia. Dibuat menggunakan kacang pilihan, salah satu produknya yaitu 1/3PB yang telah dipisahkan kandungan minyaknya dan menjadi selai rendah kalori dengan kandungan 50 kalori, 6 gram dan 1 gram lemak, yang ideal untuk gaya hidup sehat yang saat ini tengah digandrungi masyarakat pascapandemi.
“Saya salut Jonathan masih muda namun punya visi misi produknya luar biasa,” ujar Sandiaga melalui keterangan tertulisnya.
Menparekraf juga menjelaskan, salah satu makanan favorit dirinya setiap pagi adalah roti menggunakan selai kacang dan meses. Namun banyak masyarakat yang khawatir dengan kandungan selai kacang yang tinggi kandungan lemak.
“Jadi banyak kekhawatiran peanut butter bikin gendut. Nah, problem statement makan penut butter jadi gendut ini sudah dipatahkan oleh produk Lean Lab. Dan Jonathan sudah membuktikannya ini juga mematahkan bawah peanut butter tidak perlu merk luar negeri,” ujarnya.
Menparekraf Sandiaga pun tertarik berinvestasi di produk Lean Lab, lantaran pasarnya besar akan selai kacang yang rendah kalori ini, karena masyarakat di dunia sudah menerapkannya.
Produknya juga dijual dan harga terjangkau. Hanya Rp85 ribu dengan kualitasnya bagus. Lean Lab sendiri menargetkan investasi sebesar Rp1 miliar dan ekuitas 10 persen sehingga valuasi perusahaan senilai Rp10 miliar. Untuk itu saya mau investasi namun harus, target profit harusnya jelas dan menggunakan kanal distribusi baru yaitu health, digital, sustainability,” ujarnya.
Menparekraf juga sempat mengunjungi 69 brand kuliner yang merupakan finalis ajang FoodStartUp Indonesia (FSI) 2022. Di sana juga para finalis dipertemukan dengan sejumlah investor dan mereka mempresentasikan rencana bisnisnya guna meraih permodalan dalam kegiatan Demoday FSI 2022.
Jembatan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kreatif
FoodStartUp Indonesia sendiri merupakan agenda tahunan Kemenparekraf/Baparekraf yang diselenggarakan sejak tahun 2016 yang berupaya mempertemukan pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner dengan akses permodalan/pembiayaan, sehingga diharapkan terjadi peningkatan percepatan pertumbuhan ekonomi kreatif kuliner dan terbukanya lapangan kerja di Indonesia.
Beberapa investor yang hadir dalam Demoday FSI tahun ini berasal dari kategori fintech, dan venture capital. Penilaian pemenang sendiri berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership, dan strategi investasi.
Menparekraf Sandiaga mengatakan, FoodStartUp Indonesia terbukti telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan subsektor kuliner. "FSI telah memberikan kontribusi bagi subsektor kuliner. Tercatat sekitar 25 ribu pelaku ekonomi kreatif kuliner terlibat, 3.200-an pitchdeck usaha dibangun, dan Rp65 miliar dana investasi bergulir," kata Menparekraf Sandiaga Uno.
FSI tidak hanya fokus pada aspek kompetisi atau memperoleh kesempatan permodalan. Namun juga meningkatkan kapasitas dan kompetensi para peserta yang dilakukan bersama (kolaboratif) dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).
"Sehingga nantinya bisa bersama-sama membangun ekosistem dan industri kuliner yang lebih kuat,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Pada tahun ini pencapaian FSI lebih strategis karena berhasil menggandeng Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Global Conference 2022. AVPN sendiri merupakan forum tahunan investasi sosial terbesar di Asia.
"Kerja sama ini tentu saja membuka peluang lebih banyak investor dunia membangun kemitraan dengan pelaku industri kuliner nasional. Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan peserta FSI 2022," ujar Sandiaga.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Henky Manurung, menjelaskan, Demoday merupakan tahap akhir dari kegiatan Demoday 2022 dimana sebelumnya para peserta melalui rangkaian proses sejak Maret 2022. Mulai dari pendaftaran, seleksi administratif, mentoring, dan tahap akhir Demoday.
"Kegiatan Demoday kali ini berhasil memilih 69 brand atau sekitar 138 peserta yang terdiri dari 37 brand food manufacture, 15 brand food service, dan 17 brand gabungan dari keduanya.
Semua peserta Demoday 2022 berasal dari sembilan provinsi dimana perwakilan terbanyak dari Jakarta (16 peserta), Jawa Barat (13 peserta), dan Jawa Timur (2 peserta)," ujar Henky Manurung.
Henky menilai FSI terbukti berhasil meningkatkan kolaborasi semua pemangku kepentingan industri kuliner tanah air yang sempat terdampak pandemi COVID-19. Hal ini terlihat dari produk-produk kuliner yang dihasilkan finalis FSI 2022 terus mengalami peningkatan kualitas usaha.
“FSI mendukung rantai pasok industri melalui akses pembiayaan, distribusi, dan pemasaran produk subsektor kuliner. Penguatan ekosistem kuliner sangat dibutuhkan agar proses pemulihan industri pariwisata dan ekonomi kreatif berjalan secara komprehensif," kata Henky.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim, menjelaskan, selain investor, FSI 2022 juga menghadirkan berbagai narasumber dan mentor dalam sesi seminar serta coaching yang dilakukan bagi masing-masing finalis. Kehadiran berbagai narasumber dan mentor dalam Demoday dapat mempertajam aspek soft skill dan hard skill peserta atas bisnis yang sedang dijalankan.
“Melalui Demoday, para pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner didorong untuk berpikir out of the box untuk tetap bangkit dan berinovasi dalam menciptakan produk yang dapat diterima oleh masyarakat dan investor," kata Hanifah Makarim.
Meski bukan menjadi pemenang, ajang Demoday tetap strategis bagi finalis lainnya. Banyak finalis yang mendapatkan jejaring usaha dan dukungan langsung oleh masing-masing investor yang disampaikan usai pergelaran FSI.
Jika dilihat pada jenisnya, kata Hanifah, dukungan pendanaan yang dibutuhkan terdiri dari lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing, dan lembaga pinjaman lainnya. Besaran dana investasi yang paling banyak dibutuhkan pada FSI tahun ini terdiri dari dua kelompok yaitu antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar dan Rp100 juta hingga Rp500 juta.
"Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku UMKM sektor kuliner yang mengikuti FSI," kata Hanifah Makarim.
Sementara Co-Founder FSI, Bonnie Susilo mengatakan, konsistensi FSI telah memberikan dampak besar dalam mendukung perkembangan subsektor kuliner tanah air. Kegiatan ini seakan telah menjadi brand dan prestise bagi pelaku bisnis kuliner skala UKM di Indonesia.
“Perlu disampaikan, FSI telah membawa dampak yang signifikan dalam mempercepat kemandirian UKM pangan dan agroindustri Indonesia. Kemandirian ini dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia yang terampil, solid, serta bisnis yang berkelanjutan," kata Bonnie Susilo.
Foto: Dok Birkom Kemenparekraf