:
Oleh G. Suranto, Sabtu, 23 April 2022 | 21:44 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menggelar seri webinar Sapa Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) III dengan tema Gotong Royong Memajukan Pendidikan Melalui Program Organisasi Penggerak (POP). Narasumber yang hadir menyampaikan kisah-kisah inspiratif baik dari para guru maupun pelaksana terkait pelaksanaan Program Organisasi Penggerak (POP).
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Iwan Syahril menegaskan, POP sejak awal digagas sebagai gerakan gotong-royong pendidikan. “POP mewujudkan budaya dan semangat kolaborasi Merdeka Belajar antara pemerintah dan ormas secara masif melalui berbagai pelatihan dan pendampingan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas peserta didik,” tutur Iwan, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Sabtu (23/4/2022).
Salah satu kisah inspiratif yang disampaikan oleh Mulyadi, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 06 Tanjung Gunung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Mulyadi mengungkapkan kesan baik dan dampak positif yang dirasakan selama mengikuti program POP dari Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat.
Mulyadi mengungkapkan ada tiga perubahan mendasar yang dirasakan. Pertama, ia merasa bahwa semangatnya tumbuh dalam menulis dan menerbitkan buku. Kedua, termotivasi untuk selalu melakukan perubahan-perubahan dalam meningkatkan kompetensi diri khususnya dalam bidang menulis. Dan ketiga, ia merasa semangat dalam berkarya untuk menumbuhkan inspirasi bagi keluarga, guru, dan peserta didik.
Ketika ikut pada 2021, Mulyadi mengaku sudah disuguhkan dengan tema yang sangat menarik, yaitu mengenai Wisata Literasi Guru. Pada awalnya ia mengira melalui tema ini para peserta akan diajak ke tempat-tempat lain melihat contoh literasi mengenai wisata untuk menambah wawasan, tapi ternyata melalui virtual.
“Kami bersyukur karena para narasumber yang disediakan mempunyai kemampuan luar biasa. Meskipun berbagai kalangan dari kami dari berbagai kalangan dan umur yang sudah tidak muda lagi tapi kami bisa mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan,” katanya.
Sebagai guru dan kepala sekolah, katanya, mereka diberi semangat untuk menyelesaikan sebuah buku. Bahkan sampai hari ini semangat itu terus membuat kami untuk terus menulis melatih diri kami,” tambah Mulyadi.
Mulyadi mengungkapkan POP melalui Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat juga sangat berdampak bagi sekolah-sekolah. Secara umum, terlihat dari bagaimana sekolah-sekolah tersebut berlomba-lomba untuk kembali mendesain pojok baca mereka. Selain itu sekolah-sekolah juga berusaha untuk menghadirkan tempat-tempat yang lebih nyaman untuk memunculkan semangat peserta didik dalam membaca.
“Saya melihat beberapa sekolah dengan pendanaan seadanya mereka membagi dana tersebut untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca. Mereka membangun pojok-pojok baca yang dapat mereka gunakan untuk menarik minat siswa membaca. Dampak ini sangat positif dan luar biasa,” kata Mulyadi.
Kisah inspiratif selanjutnya hadir dari Flora Elisabeth Luwunaung, seorang Guru SD YPPK Bunda Maria Pikhe, Kab. Jayawijaya, Provinsi. Papua. Elisabeth yang mengikuti program dari Wahana Visi Indonesia mengungkapkan bahwa ia sangat merasa termotivasi dan berdampak baik bagi dirinya sebagai seorang guru.
Elisabeth merasa kegiatan literasi yang diberikan oleh Wahana Visi Indonesia menjawab permasalahan yang ia hadapi sebagai guru kelas.
“Masalah yang saya hadapi di sekolah, mengenai anak didik yang datang dari latar belakang terbatas. Saya katakan terbatas, karena mereka dari keluarga yang betul-betul berbahasa ibu, sehingga kami terkendala dalam proses belajar-mengajar,” ujar Elisabeth.
Namun setelah mendapatkan pelatihan melalui POP oleh Wahana Visi Indonesia, Elisabeth kembali ke sekolah dan mengumpulkan teman-teman dan melakukan sosialisasi, dan saya berbagi pada guru-guru dari materi yang diberikan selama mengikuti POP terkait materi penggunaan bahasa ibu untuk perantara belajar siswa.
Elisabeth mengungkapkan dari pengalaman yang didapat melalui POP, ia kemudian menyadari bahwa bahasa Ibu sangat penting sebagai sarana pendidikan.
“Kami rata-rata bukan berasal dari Kabupaten Jayawijaya, sehingga kami mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, dan satu solusi yang kami dapat menggunakan tutor sebaya dalam membantu mengajar. Beberapa bulan kami lakukan itu, kami melihat anak-anak didik kami ada kemajuan dalam membaca,” terangnya.
Perubahan dan kemajuan yang terjadi pada murid-murid tersebut membuat Elisabeth senang dan memacu semangatnya sebagai seorang guru.
“Kami menjadi semangat dalam mengajar, karena anak-anak yang pada awalnya merasa kesulitan dalam belajar karena jenuh, setelah menggunakan tutor sebaya mereka antusias dan dengan semangat memperhatikan apa yang kami ajarkan,” kata Elisabeth.
Selain perubahan terhadap dirinya sebagai seorang guru, Elisabeth merasakan suasana sekolahnya pun berubah setelah ia mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam POP. Hal ini terkait dengan kehadiran pojok-pojok baca di sekolah yang menghiasi kelas-kelas untuk memberi semangat para siswa untuk datang ke sekolah dan berkegiatan literasi. Perubahan tersebut tampak dari perubahan kebiasaan murid yang sebelumnya banyak bermain ketika datang ke sekolah menjadi terbiasa untuk membaca.
“Setelah ada pojok-pojok baca yang dibuat di kelas-kelas, mereka termotivasi untuk membaca, meskipun kami daerah kami terbatas untuk buku bacaan. Tapi kami membuat bacaan-bacaan lain yang membuat mereka tertarik untuk meluangkan waktu dan membiasakan diri untuk membaca,” terang Elisabeth.
Pada kesempatan ini, Ketua Umum Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat, Fakhrul Arrazi yang merupakan salah satu ormas POP memberikan pesan pada guru-guru peserta POP. Ia menuturkan, pada dasarnya memang butuh keberanian untuk maju dan mendobrak hal-hal yang sifatnya positif dan butuh keikhlasan dalam berkarya serta mengabdi sebagai tenaga pendidik.
Fakhrul mengungkapkan untuk membuat perubahan semua elemen harus turut andil dalam bergotong royong agar anak-anak didik siap untuk menjadi yang terdepan. “Maju bersama dan berkarya bersama dibutuhkan untuk menginspirasi dunia,” katanya.
Semantara itu, Nasional Program Manager POP Wahana Visi Indonesia, Hotmianida Panjaitan mengungkapkan, bahwa para guru dan tenaga pendidik harus bekerja sama dan bergandengan tangan dengan peran dan kemampuan masing-masing untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
“Langkah kecil yang kita mulai dari sekolah kita masing-masing akan menghadirkan generasi cerdas yang berkarakter baik. Tantangan pasti selalu ada, tapi biarkan tantangan tersebut menjadi batu asah untuk menajamkan dan menolong kita untuk terus berkreasi, supaya tetap semangat apapun yang kita hadapi di depan,” pesannya.
Sebagai informasi, POP merupakan bagian dari Merdeka Belajar yang diluncurkan Kemendikbudristek pada tahun 2020 lalu. Program ini sendiri dalam rangka mewujudkan visi pemerintah mengembangkan sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta.
Sementara itu, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan, Ditjen GTK, Praptono menuturkan POP adalah program pemberdayaan masyarakat secara masif melalui dukungan pemerintah untuk peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan POP difokuskan pada peningkatan kompetensi di bidang literasi, numerasi, dan/atau penguatan pendidikan karakter. Dalam pelaksanaannya, POP melibatkan sejumlah Ormas bidang pendidikan, terutama yang sudah memiliki rekam jejak baik dalam implementasi program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan serta memiliki model, antara lain model pelatihan yang efektif dalam peningkatan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.
Praptono mengatakan program ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan untuk mewujudkan pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif dan hasil belajar peserta didik yang terus meningkat. “Fokus kami adalah peningkatan kompetensi fundamental peserta didik yaitu: literasi, numerasi, dan penguatan karakter. Program ini akan berdampak dengan mengubah cara mengatasi masalah, cara mengelola satuan pendidikan, cara pengawas satuan pendidikan mengawasi dengan lebih gotong-royong, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik,” tutur Praptono.
Sumber Foto: Kemendikbudristek