- Oleh Jhon Rico
- Selasa, 8 Oktober 2024 | 21:20 WIB
: Bantuan kemanusiaan dari Pemerintah Indonesia tiba di Bandara Internasional Benina, Benghazi, Libya pada Senin (2/10/2023)/ dok. BNPB.
Jakarta, InfoPublik - Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 11 jam atau pukul 10.52 waktu Libya, bantuan kemanusiaan dari Pemerintah Indonesia tiba di Bandara Internasional Benina, Benghazi, Libya pada Senin (2/10/2023).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang diwakili oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang 2 Kemenko PMK, Sorni Paskah Daeli bersama Sekretaris Utama BNPB, Rustian yang mewakili Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melepas bantuan itu.
Bantuan dengan total 46 ton senilai Rp13,9 miliar tersebut diberangkatkan bersama rombongan yang terdiri dari Sekretaris Utama BNPB, Rustian, Anggota DPR RI Obon Tabroni termasuk delegasi lain dari Kemlu, Kemkes dan BPKP.
“Pemerintah Indonesia mengirimkan 27 jenis bantuan logistik dengan berat lebih dari 46 ton senilai lebih dari Rp13,9 miliar,” ungkap Sorni Paskah Daeli.
“Pemerintah Indonesia juga mengirim tim delegasi. Saya berharap tim itu dapat melaksanakan tugas dengan baik dan lancar di Libya serta kembali ke Tanah Air dengan selamat,” tambahnya.
Awalnya bantuan itu direncanakan untuk dapat diturunkan di Tripoli yang berada di Libya Barat. Namun dengan berbagai aspek pertimbangan, maka pesawat kemudian diarahkan ke Benghazi, wilayah Libya Timur.
Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, pihak ground handling dan kru kargo bandara segera bergegas membongkar isi perut burung besi yang bertengger di apron khusus kargo.
Rombongan delegasi, sebagai representasi masyarakat Indonesia pun turun menuju ruang VIP bandara.
Di sana perwakilan Red Crescent Libya atau Palang Merah Libya telah menanti, termasuk KBRI, KJRI dan tim aju BNPB yang lebih dulu datang untuk mengurus segala persyaratan dan memastikan proses pengiriman bantuan dapat berjalan sesuai harapan.
Sekretaris Utama BNPB Rustian dan Anggota DPR RI disambut hangat. Tanpa berlama-lama, upacara sakral serah terima barang bantuan itu dilaksanakan sesaat setelah rombongan menginjakkan kaki di Libya.
Usai serah terima dilaksanakan, Sekretaris Utama BNPB menandatangani dokumen bersama Sekjen Red Crescent wilayah Benghazi, Libya, Omer Ali Budabous di gedung VIP Bandara Benina.
Mewakili masyarakat Libya, Sekjen Red Crescent wilayah Benghazi, Libya, Omer Ali Budabous mengatakan bahwa kehadiran delegasi Indonesia beserta bantuannya sangat berarti bagi masyarakat terdampak bencana di Libya.
Atas bantuan itu, Omer Ali mengucapkan rasa terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas kepeduliannya terhadap masyarakat Libya.
“Beberapa hal yang lalu terjadi bencana di daerah kita Derna, Libya. Masyarakat kami merasakan dampak bencana termasuk kerugian materi atau non materi. Sehingga kehadiran bantuan dari masyarakat Indonesia ini sendiri cukup berarti dan sangat membantu masyarakat kami yang terkena dampak bencana tersebu. Kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas bantuan ini sehingga ini bisa membantu menenangkan masyarakat yang terdampak bencana yang ada di Libya,” ucap Omer Ali.
Kurang lebih tiga jam setelah proses bongkar muat dan penyerahan bantuan secara simbolis, rombongan delegasi beserta tim aju langsung pamit kembali ke Tanah Air.
Menggunakan pesawat yang sama, rombongan tersebut terbang menuju Turki untuk transit dan melanjutkan kepulangan ke Indonesia di hari berikutnya.
Diketahui, lebih dari 4.200 jiwa bukan angka yang sedikit dalam hasil penghitungan kaji cepat sementara jumlah korban meninggal dunia dalam peristiwa jebolnya dua bendungan di Derna, Libya.
Otoritas setempat bahkan memperkirakan angka tersebut masih sangat berpotensi merangkak naik. Hal ini dikarenakan masih ada ribuan warga yang hilang.
Banjir dahsyat itu juga menyapu permukiman hingga mengakibatkan 43 ribu lebih jiwa kehilangan tempat tinggalnya.
Peristiwa yang disebut-sebut mirip tsunami itu terjadi Minggu (10/9) saat matahari mulai pergi ke peraduannya.
Menurut otoritas setempat, Badai Daniel dikatakan sebagai biang kerok yang memicu terjadinya bencana dahsyat itu.
Sebelumya, badai dengan kecepatan angin 70-80 kilometer per jam disertai hujan dengan intensitas 150-240 milimeter itu juga menghantam Pantai Mediterania.
Tim pencarian dan pertolongan korban harus bekerja non-stop untuk mengevakuasi para korban termasuk penyelamatan. Bahkan dalam sehari tim SAR mampu menemukan sebanyak 245 korban meninggal dunia.
Pihak berwenang Libya kemudian mendeklarasikan status darurat ekstrem, menghentikan aktivitas masyarakat seperti sekolah, perdagangan dan memberlakukan jam malam demi alasan keamanan.
Sebagai upaya percepatan penanganan darurat, pihak Libya akhirnya membuka kran bantuan dari berbagai pihak termasuk internasional.
Secara diplomasi, Libya juga mengetuk pintu Pemerintah Indonesia melalui Nota Diplomatik KBRI Libya di Tripoli bernomor B-00266/Tripoli/230913 dan menaruh harap untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan guna meringankan beban yang sedang dialami masyarakat di sana.
Atas dasar itu kemudian Pemerintah Indonesia memutuskan memberikan dukungan secara langsung.
Keputusan itu sendiri diwujudkan atas arahan Presiden Joko Widodo, yang kemudian dibahas dalam Rapat Tingkat Menteri (RTM) di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (22/9/2023).
Dari hasil rapat itu, Pemerintah Indonesia di bawah komando Kemenko PMK dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membentuk tim bersama Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Kementerian Kesehatan (Kemkes) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengirimkan dukungan kemanusiaan berupa logistik dan peralatan.
Ihwal pemberian dukungan penanganan bencana kepada internasional sudah menjadi budaya Indonesia yang selalu berpegang teguh untuk selalu "Among the first to help our brother countries".
Selain Libya, Pemerintah Indonesia sebelumnya juga membantu negara-negara sahabat yang dihantam bencana seperti Turki, Suriah, Pakistan, Myanmar dan Vanuatu.