Minggu, 27 April 2025 19:55:12

Tito Beri Bantuan Korban Banjir

:


Oleh Eko Budiono, Jumat, 3 Januari 2020 | 14:36 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 466


Jakarta,InfoPublik-Kepedulian yang tinggi dan empati mendalam ditunjukkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) M.Tito Karnavian, terhadap para korban banjir di Bekasi, Jawa Barat.

Tito  mendatangi posko banjir Kemendagri, dan meninjau kondisi banjir di kawasan Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/2/2019).

Dalam kunjungan tersebut, Tito  memberikan bantuan untuk korban banjir di Jati Asih secara simbolis, yang diterima oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendy.

"Kalau lihat di sini air sudah surut, tapi sisa-sisanya dampak dari banjir masih kelihatan sekali. Banyak lumpur, listrik belum hidup," kata Tito dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/1/2020).

Ketersediaan makanan juga terpenuhi, karena sudah ada banyak posko yang memberi bantuan logistik, termasuk posko Kemendagri.

"Tapi yang perlu dibantu adalah masyarakat yang rumahnya masih berlumpur, dan perlu peralatan tertentu, baik penyedot air maupun penyiram," tuturnya.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, titik banjir terbanyak berada di Kota Bekasi, Jawa Barat.

Menurut laporan BNPB, terdapat 169 titik banjir di seluruh wilayah Jabodetabek dan Banten. Di mana lokasi terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat (Jabar) dengan 97 titik, DKI Jakarta 63 titik dan Banten hanya sembilan titik.

Menurut BNPB, banjir di Provinsi Banten terdeteksi di sembilan lokasi dengan rincian Kota Tangerang tiga titik dan Tangerang Selatan (Tangsel) enam titik. Kemudian DKI Jakarta 63 titik dengan rincian, Jakarta Barat tujuh titik, Jakarta Pusat dua titik, Jakarta Selatan 39 titik, Jakarta Timur 13 titik dan Jakarta Utara dua titik.

Sementara di Jawa Barat terdapat 97 titik banjir. Rinciannya, Kabupaten Bekasi 32 titik, Kota Bekasi 53 titik dan Kabupaten Bogor sebanyak 12 titik.

Dari data tersebut dapat disimpulkan wilayah yang paling terdampak banjir yaitu Kota Bekasi diikuti Jakarta Selatan, Kabupaten Bekasi dan Jakarta Timur," tuturnya.

Sedangkan kedalaman banjir tertinggi mencapai 2,5 meter terjadi di Perumahan Beta Lestari, Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Adapun banjir dengan kedalaman satu hingga dua meter berada di 49 titik.

Banjir serentak ini juga sempat menyebabkan gangguan perjalanan KRL dan pengalihan rute Bus TransJakarta.

Sedangkan Wahana Lingkungan Hidup Indonesi (Walhi) menyatakan, curah hujan yang ekstrem sebagaimana yang terjadi di kawasan Jabodetabek di awal tahun 2020, ini merupakan salah satu fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global.

“Cuaca ekstrem sesungguhnya adalah bagian dari konsekuensi perubahan iklim," kata Dewan Eksekutif Nasional Walhi Khalisah Khalid.

Khalisah meminta agar banjir yang terjadi secara masif ini seharusnya dijadikan momentum untuk mengoreksi paradigma, dan arah kebijakan pembangunan yang mengabaikan daya dukung, dan daya tampung lingkungan hidup.

“Terlebih tantangan berat kita ke depan menghadapi krisis iklim," tegas Khalisah.

“Karena ini musim hujan, saat nantimusim panas dalam kurun waktu sebentar saja, kita akan dihadapkan pada bencana kekeringan dan kebakaran hutan," urainya.

Khalisah menilai, bahwa penting untuk melakukan penataan ruang wilayah yang memasukkan kerentanan dan risiko bencana suatu wilayah.

“Dan ini semua untuk menjelaskan bencana banjir yang terjadi di mana-mana, bukan hanya di Jabodetabek," pungkasnya.