BPPT Siap Bangun Kembali Fasilitas Alat Deteksi Tsunami

:


Oleh G. Suranto, Minggu, 23 Desember 2018 | 18:42 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 386


Jakarta, InfoPublik - Bencana gelombang tsunami kembali menerjang daratan Jawa. Kali ini gelombang setinggi 1 meter melanda wilayah Banten dan Lampung, Sabtu (22/12) malam tadi.

Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza, menyebut tim dari Pusat Teknologi Reduksi dan Risiko Bencana (PTRRB) BPPT saat ini tengah melakukan kajian di wilayah terdampak bencana.

Hammam  mengatakan bahwa bencana ini kembali menyadarkan akan pentingnya teknologi, yang mampu mengurangi dampak kebencanaan seperti ini. “Sesegera mungkin, Indonesia harus membangun fasilitas alat deteksi Tsunami. Dalam hal ini BUOY Tsunami maupun CBT atau Cable Based Tsunameter," ungkapnya melalui pesannya, Minggu (23/12).

Disebutkan, BPPT sebagai salah satu aset pemerintah dalam bidang teknologi, merasa perlu mengoptimalkan peran Teknologi dalam kesiapan menghadapi bencana. "Kami siap jika diminta untuk segera membangun kembali fasilitas alat deteksi dini tsunami, baik BUOY maupun CBT," ujarnya.

Ia menambahkan, jangan terus disibukkan dengan upaya penanganan pasca gempa, sementara upaya antisipasi masih sangat minim, bahkan belum menjadi fokus perhatian. “Kita perlu membangun kemandirian teknologi peringatan dini (early warning system) sebagai komponen pembangunan nasional,” terangnya.

BPPT, katanya, telah memiliki berbagai teknologi yang siap digunakan untuk mengantisipasi bencana gempa bumi serta tsunami. "Kita harus lebih advance dalam mengantisipasi bencana dengan menggunakan teknologi. Selain itu, sinergi dan komitmen yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan juga dibutuhkan. Teknologi mampu  berperan signifikan dalam upaya mengurangi risiko bencana,” tegasnya.

Sementara pakar tsunami BPPT, Widjo Kongko yang melakukan kaji cepat mengungkapkan, ada indikasi tsunami tersebut disebabkan oleh erupsi Anak Krakatau. "Kemungkinan besar terjadi flank failure/collapse akibat aktivitas Anak Krakatau petang ini dan akhirnya menimbulkan tsunami," katanya.

Jika benar hal itu menjadi penyebab, maka fenomena ini diduga olehnya, masih berpotensi berulang. "Aktivitas Anak Krakatau belum selesai dan flank atau collapse yang terjadi bisa memicu ketidakstabilan berikutnya," jelasnya.

Untuk itu, Hammam menyebut pihaknya berduka atas musibah ini, BPPT juga akan terlibat dalam mencari penyebab dan solusi atas bencana ini.