Kapal Riset Baruna Jaya 1 Bantu Proses Pencarian Lion Air JT 610

:


Oleh G. Suranto, Selasa, 30 Oktober 2018 | 21:45 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 458


Jakarta, InfoPublik – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir menyampaikan, Kapal Riset Baruna Jaya 1 sudah turun membantu proses pencarian Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.

Kapal tersebut sudah diterjunkan sejak tadi malam. Kapal ini diperbantukan karena memiliki sonar yang bisa mendetaksi benda dari jarak jauh. “Kapal ini sudah diturunkan di sana mulai tadi malam, karena Baruna Jaya punya sonar yang bisa mendeteksi hingga kedalaman 1.000. Dari jarak jauh juga bisa dilihat,” kata Nasir di Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Selasa (30/10).

Disebutkan, kapal ini baru saja diterjunkan di Palu, Sulawesi Tengah, untuk mendeteksi potensi gempa. “Jadi kapal ini baru pulang dari Palu mendeteksi gempa, ada atau tidak. Setelah aman, satu hari yang lalu ternyata ada bencana ini, maka berangkat lagi,” ujarnya.

Untuk itu, kata dia, masalah penelitian kebencanaan akan terus dikembangkan. Dulu tidak pernah diperhatikan, sekarang mulai diperhatikan bagaimana masalah penanggulangan bencana.

“Salah satu masalah bencana asap sudah dapat diselesaikan, yaitu dengan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), di Kalimantan dan Sumatera, alhamdulillah tidak terjadi bencana kebakaran,” paparnya.

Kemudian masalah bencana banjir, ini juga menggunakan TMC bergandengan dengan LAPAN terkait dengan perkiraan cuaca. “Kalau daerah itu berpotensi banjir, bagaimana hujan belum terjadi kita jatuhkan lebih dulu, jangan sampai jatuh di tempat yang berpotensi banjir, sehingga perlu penyiapan pesawat,” tuturnya.

Menurutnya, saat ini pesawat baru ada dua, yaitu satu pesawat dari Pelita Air, dan satu lagi dari TNI AU. Mestinya punya 10 pesawat, padahal pesawat itu bisa dibuat oleh  PT DI. “Untuk itu, nanti kita akan memohon untuk dianggarkan,” katanya.

Ia menambahkan, anggaran itu ada dimana-mana, bagaimana bisa mensinkronkan, maka penting dibentuk UU Sinas Iptek. Presiden menyampaikan pengintegrasian tersebut sangat penting. Kalau ini bisa kita lakukan, maka masalah bencana banjir,  kebakaran hutan bisa kita selesaikan,” terangnya.

Berikutnya masalah bencana longsor, ini juga telah terpasag dimana-mana tempat, tapi masyarakat perlu diedukasi, karena kadang-kadang ada alarm dianggap biasa saja tidak terjadi apa-apa. Ini terjadi di Jawa Tengah sudah dipasang alarm, tapi karena mereka menganggap dulu juga gak ada apa-apa, akhirnya tergulung oleh bencana longsor. Itu terjadi di Purbalingga.

“Sekarang mereka  mulai perhatian betul. Jawa Barat kita sudah pasang di Kamojang, yaitu untuk menahan terhadap geothermal, supaya geothermalnya jadi aman. Karena itu, masyarakat disitu tidak perlu melakukan penebangan hutan supaya kondisinya aman,” ungkapnya.