Aktivitas Gunung Agung Didominasi Gempa Frekuensi Rendah, Status Siaga

:


Oleh Reporter, Jumat, 29 Juni 2018 | 17:19 WIB - Redaktur: Juli - 360


Jakarta, InfoPublik - Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana Geoligi (PVMBG) menyebutkan hingga pukul 15.00 WITA intensitas emisi gas dan abu erupsi Gunung Agung, Bali mengalami penurunan tajam, sedangkan dalam periode pukul 06.00-12:00 WITA hembusan masih teramati dengan warna dominan putih setinggi 1500 m di atas puncak.

Secara kegempaan, aktivitas Gunung Agung masih didominasi oleh gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah. Gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah umumnya berkaitan dengan aktivitas aliran fluida. Di Gunung Agung, Gempa Hembusan yang terekam biasanya dimanifestasikan di permukaan berupa emisi gas dan/atau abu. Tremor yang terekam di Gunung Agung dengan konten frekuensi rendah dimanifestasikan di permukaan berupa aliran lava.

Jumlah Gempa Hembusan mengalami peningkatan sejak 25 Juni 2018 dengan 15 gempa per hari dan pada 28 Juni 2018 jumlahnya mencapai 69 gempa per hari. Pada 27 Juni 2018 gempa frekuensi rendah lainnya yaitu Tremor Harmonik terekam sebanyak 5 kali dengan durasi berkisar 70-292 detik. Pada 28 Juni 2018 sejak Tremor dengan konten frekuensi rendah terekam secara menerus mulai pukul 14:00 WITA (28 Juni 2018) dan berlangsung hingga sekitar pukul 04:00 WITA (29 Juni 2018). Setelah itu hingga pukul 12:00 WITA, aktivitas didominasi oleh kegempaan Hembusan.

Amplitudo seismik Gunung Data pemantauan yang komprehensif mengindikasikan bahwa fenomena emisi gas dan abu yang terjadi secara menerus dari kemarin hingga saat ini merupakan bagian dari erupsi Gunung Agung yang terjadi secara efusif, yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah (pertumbuhan kubah/kolam lava).

Hal ini juga diindikasikan dari tingginya energi termal yang terekam di kawah Gunung Agung dimana material lava yang memiliki temperatur yang sangat tinggi (~1200 derajat Celsius) mengalir mengisi kawah. Volume lava yang berada di dalam kawah Gunung Agung masih belum dapat diestimasi.

Erupsi efusif (aliran) dapat bertransisi ke erupsi eksplosif (lontaran). Hal ini bergantung pada dinamika magma di dalam tubuh Gunung Agung. Dalam fase erupsi efusif, beberapa fenomena yang mengiringi dapat berupa suara gemuruh, suara dentuman hingga lontaran lava pijar di sekitar kawah dapat terjadi.

Hingga saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi panjangnya dan dari aktivitas yang terekam masih mengindikasikan bahwa sistem magmatik Gunung Agung masih sangat dinamis dan belum stabil.

 

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan analisis data dan potensi bahaya erupsinya maka disimpulkan bahwa tingkat aktivitas Gunung Agung saat ini berada dalam Status Level 3 (Siaga) dengan rekomendasi.

Masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah G. Agung, dan di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak G. Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Mengingat masih adanya potensi ancaman bahaya abu vulkanik dan mengingat bahwa abu vulkanik dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut (ISPA) pada manusia, maka diharapkan seluruh masyarakat, utamanya yang bermukim di sekitar G. Agung agar senantiasa menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun pelindung mata sebagai upaya antisipasi potensi ancaman bahaya abu vulkanik.

Pemerintah Daerah, BNPB dan instansi/lembaga terkait lainnya agar terus menjaga komunikasi di antara pihak-pihak terkait mitigasi bencana letusan G. Agung sehingga proses diseminasi informasi yang rutin dan cepat dapat terus terselenggara dengan baik.

Seluruh pemangku kepentingan di sektor penerbangan agar tetap mengikuti perkembangan aktivitas G. Agung secara rutin karena data pengamatan dapat secara cepat berubah sehingga upaya-upaya preventif untuk menjamin keselamatan udara dapat dilakukan.

Seluruh pihak agar tetap menjaga kondusivitas suasana di Pulau Bali, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi G. Agung yang tidak jelas sumbernya.

 

Sumber Data:

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Badan Geologi, Kementerian ESDM