:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 13 September 2016 | 09:42 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K
Jakarta, InfoPublik - Wilayah Kalimantan Barat kembali marak pembakaran hutan dan lahan (Karhutla), terbukti Satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua milik NASA, mendeteksi 140 hotspot kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut awal pekan ini.
Ke-140 hotspot tersebut terdiri 63 dengan tingkat kepercayaan Sedang (30-70 persen) dan 77 hotspot dengan tingkat kepercayaan Tinggi (lebih dari 70 persen). "Sumber kebakaran berasal dari pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian di Kabupaten Sekadau, Ketapang, Landak, dan Sanggau," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Senin (12/9).
Menurutnya, Satelit Himawari, pada Senin (12/9) pukul 16.00 WIB, mendeteksi sebaran asap tipis di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Sebaran asap di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah juga terdeteksi.
"Upaya pemadaman terus dilakukan oleh Tim Satgas Terpadu dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Damkar, dan relawan. BNPB mengerahkan dua helikopter water bombing jenis Bolco dan Bell 214, serta 1 pesawat Casa TNI AU untuk hujan buatan," ujar Sutopo.
Ditambahkannya, penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan di 10 kabupaten yang telah menetapkan status siaga darurat yaitu Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Landak, Bengkayang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Kapuas Hulu, dan Kayong Utara.
Sebanyak 3.500 personil dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat. Total 600,6 hektar hutan dan lahan terbakar selama 2016, dimana 509 hektar adalah lahan masyarakat, 1,6 hektar perkebunan, dan 90 hektar kawasan konservasi.
Sutopo menilai, kendala yang dihadapi adalah masih ada masyarakat membuka lahan pertanian untuk menanam padi dengan cara membakar. "Terbatasnya air untuk pelaksanaan water bombing. Juga jauhnya sumber air dari lokasi kebakaran hutan dan lahan saat pemadaman darat. Lahan yang sudah dipadamkan seringkali dibakar kembali," ujarnya.
Hotspot baru cenderung muncul pada siang hari karena pembakaran sering pada siang hari. Kabupaten Ketapang belum menetapkan siaga darurat meskipun banyak hotspot dan Kabupaten Sambas belum membentuk BPBD.
Sementara itu provinsi lain juga terdapat hotspot kebakaran hutan dan lahan. Satelit Modis mendeteksi ada 351 hotspot di wilayah Indonesia pada Senin (12/9) pagi hari. Sebanyak 211 hotspot dengan tingkat kepercayaan Sedang yaitu di Sulawesi Selatan 3, Sulawesi Tenggara 9, Nusa Tenggara Timur 41, Sumatera Utara 11, Riau 11, Sumatera Barat 5, Nusa Tenggara Barat 9, Sulawesi Tengah 5, Gorontalo 2, Kep. Bangka Belitung 19, Kalimantan Barat 63, Aceh 1, Jawa Timur 5, Jawa Barat 1, Kalimantan Selatan 6, Kalimantan Tengah 19 dan Jawa Tengah 1.
Sedangkan 140 hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi atau benar-benar terdeteksi terdapat api yang membakar lahan ada di Sulawesi Selatan 7, Nusa Tenggara Timur 13, Sumatera Utara 4, Riau 2, Sumatera Barat 2, Nusa Tenggara Barat 4, Sulawesi Tengah 1, Gorontalo 1, Kepulauan Bangka Belitung 5, Kalimantan Barat 77, Jawa Timur 1, Kalimantan Selatan 4, Kalimantan Tengah 17, dan Sumatera Selatan 2.