: Kepala Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat, Imik Eko Putro (kedua kanan) bersama Plt Direktur Penindakan dan Penyidikan Bea dan Cukai M Lukman (kanan), Plh General Manager PT Pelindo Regional 2 Pontianak Mustafa (kiri) dan Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Kalbagbar Beni Novri (kedua kiri) meninjau rotan di dalam kontainer saat rilis penggagalan penyelundupan ekspor rotan di Pelabuhan Dwikora, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (27/8/2024). Operasi gabungan Kanwil Bea Cukai Kalimantan Bagian Barat dan Bea Cukai Pontianak menggagalkan penyelundupan 861 paket rotan dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dikemas dalam delapan kontainer di Pelabuhan Dwikora pada Kamis (15/8/2024). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/aww.
Oleh Isma, Kamis, 26 September 2024 | 21:40 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 359
Jakarta, InfoPublik - Direktur Penerimaan dan Perencanaan Strategis, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), M. Aflah Farobi mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun terakhir target penerimaan bea dan cukai terus meningkat dan mayoritas realisasi terpenuhi.
“Kalau kita lihat mayoritas itu targetnya terpenuhi ya, kecuali di sini tahun 2014 dan 2015 itu target tidak tercapai karena turunnya harga CPO dan 2016 tidak tercapai karena turunnya produksi hasil tembakau,” ungkap M.Aflah di Anyer, Banten, Kamis (26/9/2024).
Berdasarkan capaian itu, lanjut Aflah, optimisme terus berlanjut. Target penerimaan bea dan cukai pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai Rp301,6 triliun atau naik 1,73% dilihat dari outlook 2024.
"Untuk mencapai itu, bea dan cukai menerapkan berbagai kebijakan yang mendukung ekonomi, termasuk di dalamnya pemberian fasilitas dan insentif kepabeanan, kemudian penerapan kebijakan terkait penerimaan, pengawasan, dan dukungan manajemen seperti insfrastruktur IT, SDM, dan penyempurnaan proses bisnis," ujarnya.
Selain penerapan kebijakan, M.Aflah juga mengungkapkan strategi pemerintah lainnya untuk mencapai target penerimaan di tahun 2025, salah satunya dengan penerapan ekstensifikasi dan intensifikasi cukai.
“Tahun 2025 kami akan menerapkan strategi setidaknya di dua sisi. Pertama, dari sisi kebijakan dengan memperkuat ekstensifikasi dan pengenaan tarif bea keluar untuk mendorong hilirisasi. Sedangkan dari sisi kebijakan intensifikasi kita melihat di produk sawit dan mineral, memperkuat kebijakan post clearance, pemanfaatan IT untuk pelayanan dan pengawasan, serta kegiatan join program di internal Kemenkeu,” tuturnya.
Aflah juga mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, perekonomian Indonesia menjadi salah satu yang terbaik. Rata-rata pertumbuhan ekonomi menunjukan angka di atas 5 persen, inflasi tetap terjaga, serta defisit fiskal yang positif atas hasil konsolidasi efektif.
"Itu semua dapat dicapai atas kerja keras pemerintah dengan kebijakan fiskal yang dikelola secara kredibel, sehat, dan sustainable. Hal itu dapat dilihat salah satunya dari pertumbuhan penerimaan negara dari sisi kepabeanan dan cukai," kata Aflah.