:
Oleh G. Suranto, Rabu, 28 September 2016 | 20:47 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K
Jakarta, InfoPublik - Tim Emergency Preparedness Review (EPREV) Mission International Atomic Energy Agency (IAEA) telah melakukan kunjungan kerja di Indonesia, mulai 19-28 Sepember 2016.
Kunker ini untuk menganalis dan mengidentifikasi segala hal yang behubungan dengan kesiapan Pemerintah Indonesia dalam membangun dan mengoperasikan sistem kesiapsiagaan nuklir nasional.
“Kami sudah bekerja melakukan review selama 10 hari di Indonesia, dan draf laporan sudah dihasilkan,” kata Ketua Tim EPREV, Toshimitsu Homma pada acara jumpa pers di kantor Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Jakarta, Rabu (28/9).
Menurutnya, laporan tersebut terkait kedaruratan dan kesiapsiagaan nuklir di Indonesia, dan laporan ini berisi rekomendasi, saran dan praktik baik yang dilakukan di Indonesia. Rekomendasi berdasarkan atas publikasi IAEA sebagai persyaratan keselamatan, sementara saran didasarkan pada panduan keselamatan dari IAEA.
Sedangkan temuan yang didasarkan atas kajian yang dilakukan melalui interview dan kunjungan ke lapangan. Kajian yang dilakukan di Indonesia dipandang komprehensif serta obyektif. Semua tenaga ahli dari misi tersebut merasa ada keterbukaan dan transparansi dari pemerintah Indonesia untuk membahas mengenai kedaruratan dan kesiapsiagaan nuklir di Indonesia dari segi penata pelaksanaannya.
“Tim menyimpulkan bahwa sudah ada kerangka pengawasan di bidang kedaruratan nuklir maupun radiologi di Indonesia. Namun demikian, dari hasil kajian yang didapat, Indonesia harus memberikan prioritas untuk membangun sebuah sistem manajemen kedaruratan dan kesiapsiagaan nuklir di level nasional dan diintegrasikan ke dalam sistem tanggap darurat,” ujarnya.
Sementara itu, Rodrigo Salinas, sebagai koordinator IAEA menambahkan, tujuan misi ini adalah untuk meningkatkan keselamatan nuklir di Indonesia. Misi berfokus pada penata pelaksanaan dan kemampuan untuk menyiapkan atau menanggapi kedaruratan dan kesiapsiagaan nuklir maupun radiologi.
“Misi ini dilaksanakan oleh IAEA karena adanya undangan dari Pemerintah Indonesia. Misi review ini bersifat independen didasarkan pada standar IAEA,” katanya.
Direktur Kesiapsiagaan dan Dukungan Teknis Bapeten, Dedik Eko Sumargo dalam kesempatan tersebut mengatakan, kunjungan misi IAEA ini merupakan yang ketiga kalinya untuk melakukan inspeksi mengenai kesiapsiagaan nuklir.
“Dulu pertama kali pada tahun 1999, rapor kita merah semua. Sekarang sudah lebih baik. Hal ini menunjukkan komitmen Bapeten dalam kesiapsagaan nuklir,” ujarnya.
Disebutkan, hasil laporan dari misi IAEA tersebut menunjukkan, bahwa kapanpun Indonesia siap membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), maka Bapeten siap mengawasi dengan standar internasional. “Jadi standar keamanannya sama dengan yang ada di Jepang maupun dengan yang ada di Indonesia,” paparnya.