Menhan Ryamizard Ajak Peserta Konferensi Ulama Bersatu

:


Oleh Yudi Rahmat, Rabu, 27 Juli 2016 | 13:15 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 736


Pekalongan, InfoPublik - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengajak para ulama negara-negara sahabat untuk bersatu dan menjaga Islam agar tidak disalahgunakan oleh kelompok yang mengatasnamakan Islam tapi perbuatannya tidak sesuai.

"Sebagai orang Islam kita harus bela Islam. Kita terpecahbelah karena kita tidak berpedoman pada Alquran dan alhadits," kata Ryamirzard saat menghadiri silahturahmi dengan para peserta Konferensi Ulama Internasional dari 46 Negara dan Ulama Thoriqoh Nasional dengan tema bela negara di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (26/7) malam.

Menurut Menhan, Alquran dan hadits sumber hukum, sumber peringatan yang penting agar tak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan. Keselamatan bagi diri sendiri maupun orang lain.

"Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin tidak sepatutnya orang yang beragama menyalahkan agama lain atau mengklaim kebenaran, atau paksakan kehendak pada orang lain. Juga memaksakan kehendak pada orang lain. Yang penting manusia tahu dan sadar tujuan hidup di dunia."

Ia mengatakan, di dalam Islampun sudah diatur mengenai konsep bela negara. Banyak yang mengira bertentangan. Namun, Bela negara merupakan perwujudan ukhuwah dalam Islam. Islam juga sangat mendukung paham kebangsaan. Di bahasa arab juga ada alkaumiah.

"Bangsa yang berarti kesatuan, bersama dalam turunan. Karena ciri utama dalam golongan bangsa adalah persatuan dan kesatuan keturunan, bahasa, sejarah, dan cinta tanah air," tutur Menhan.

Dari unsur-unsur kebangsaan tersebut, Menhan Ryamirzard menegaskan, bela negara tidak bertentangan Alquran dan alhadist bahkan inklusif. Dengan demikian muslim yang baik berarti mementingkan bangsa yang baik.

Bela negara bukan hanya untuk pertahanan, tapi harus dilaksanakan oleh semua rakyat, ucapnya.

Bela negara wujud cinta Tanah Air yang telah dicontohkan nabi, sebagai hadits nabi, cinta tanah air adalah sebagian dari iman. 

Dari makna hadits tersebut, lanjut Menhan, dapat dipahami bahwa pembelaan terhadap negara sama dengan pembelaan terhadap agama. Penistaan terhadap negara harus ditindak tegas. Bukan dengan angkat senjata dan mengusir mereka, tapi dengan jalan damai. 

Menhan didepan para ulama peserta konferensi dari 46 negara itu, juga menyinggung soal terorisme dan radikalisme. Menurutnya, salah satu ancaman yang nyata, dan salah satu penistaan agama, bangsa, dan negara dan mengganggu keutuhan negara adalah terorisme. Tidak hanya ancaman negara tapi juga menciptakan teror bagi bangsa dan negara.

"Kita semua mengecam aksi teror ini dan merusak nama baik Islam yang dikenal sebagai agama mengasihi bukan mengajarkan membunuh karena tidak ada hadits atau Alquran yang mengajarkan untuk membunuh," katanya.