Kepala Staf Presiden: Hotspot Karhutla 2016 Berkurang 60 Persen

:


Oleh H. A. Azwar, Kamis, 21 Juli 2016 | 20:51 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kepala Staf Presiden (KSP) Teten Masduki menyatakan, prioritas utama dilantiknya Willem Rampangilei menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah segera mengatasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Alhamdulillah berdasarkan analisis Kantor Staf Presiden, tahun ini hotspot (titik panas) kebakaran hutan dan lahan berkurang 60 persen, kata Teten.

Pernyataan Teten tersebut dikemukakan pada pertemuan Siaga Darurat Karhutla Provinsi Riau yang dihadiri antara lain Kepala Staf Presiden, Kepala BNPB, Gubernur Riau, Kapolda Riau, Danrem dan Badan Restorasi Gambut, perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, SKPD terkait, serta Bupati/Wakil Bupati Provinsi Riau di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, pada Kamis (21/7).

Keterangan tertulis Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, usai pertemuan rombongan melakukan pemantauan udara langsung dengan menggunakan helikopter.

Teten menambahkan, sesuai instruksi presiden, ada tiga hal yang harus dilakukan antara lain adalah pencegahan kebakaran hutan dan lahan, penegakan hukum, dan pemberdayaan masyarakat. “Jika terlihat ada api, segera padamkan sehingga kebakaran tidak meluas,” imbuhnya.

Kepala BNPB Willem Rampangilei menjelaskan tujuan Kepala Staf Presiden (KSP) ke Riau adalah ingin melihat secara langsung yang sudah dilakukan daerah dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Selain itu, juga untuk mendapatkan informasi dari sumbernya, sehingga presiden mendapat masukan yang tepat dan daerah dapat maksimal sebaik-baiknya dalam mengatasi penanganan kebakaran hutan dan lahan, jelas Willem.

Willem menambahkan, untuk melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Riau, BNPB telah mengoperasikan dua helikopter MI-171 water bombing, dua pesawat Air Tractor water bombing dan operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca bersama BPPT.

Setiap hari, heli dan pesawat melakukan penerbangan untuk melakukan pengecekan dan patroli dari udara serta pemadaman dengan menjatuhkan ribuan liter air. Saat api masih kecil langsung dipadamkan dari satgas udara dan darat. Hujan buatan dilakukan dengan menebarkan garam (NaCl) ke dalam awan-awan potensial di atmosfer.

Dengan adanya kondisi anomali cuaca dan hangatnya perairan laut di Indonesia maka awan-awan potensial jenis Cumulus dan Cumulonimbus tersedia cukup banyak sehingga mudah disemai menjadi hujan, kata Willem.

Sementara itu, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, mengajak semua pihak untuk bersama-sama berani mengukir sejarah Riau tanpa asap. “Maka dari itu, diperlukan partisipasi masyarakat dan dunia usaha. Mari bersama kita cegah kebakaran hutan dan lahan di Riau,” kata Arsyad.

Selanjutnya, Danrem Riau Brigjen Nurendi memaparkan, sejak Gubernur Riau menetapkan Riau Siaga darurat asap, pihaknya telah melakukan patroli darat, dan patroli udara.

Jika terlihat kebakaran hutan dan lahan langsung dilaporkan ke satuan petugas (satgas) untuk melakukan pemadaman segera dengan peralatan seadanya. Serta sosialisasi kepada masyarakat langsung dari pintu ke pintu, kata Nurendi.

Selain itu, lanjut Nurendi, mendinginkan lahan gambut, water bombing, membuka pos pelayanan kesehatan di kecamatan dan kabupaten. “Rencana kontinjensi sudah kami lakukan dan sudah didokumentasikan dalam bentuk buku, serta menjadi rekomendasi Menko Polhukam untuk penanganan Karhutla di provinsi lain,” kata Nurendi.

Dikatakannya, saat ini ada 64 titik kuat di Riau yang rawan dibakar, sehingga dibentuk kekuatan untuk menjaga wilayah tersebut yang berisi satgas gabungan antara lain TNI, Polisi, BPBD, Manggala Agni, masyarakat, dunia usaha dan sebagainya.

Strateginya di antara 64 titik tersebut dijadikan tempat latihan militer yakni tempat latihan menembak TNI dengan peluru tajam selain untuk latihan juga untuk menjaga agar tidak ada yang membakar hutan dan lahan dengan sengaja, kata Nurendi.