7 WNI Sandera Abu Sayyaf Berada di Pulau Sulu

:


Oleh Yudi Rahmat, Sabtu, 2 Juli 2016 | 13:29 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Jakarta, InfoPublik - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan keberadaan tujuh Warga Negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf diketahui keberadaannya yaitu di Pulau Sulu, Filipina.

“Hingga saat ini TNI terus memonitor perkembangan terkait kasus penyanderaan tujuh WNI yang di sandera oleh kelompok teroris dan apa saja yang menjadi tuntutannya. Saat ini ke-7 WNI tersebut telah diketahui keberadaannya, hanya saja ketujuh WNI tersebut posisinya terpisah dan tidak menjadi satu,” tutur Panglima TNI kepada awak media usai memimpin upacara penganugrahan tanda kehormatan tertinggi dari TNI kepada Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (1/7).

Terkait pengerahan pasukan TNI ke Filipina, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan masih dalam tahap pembahasan. Dimana sebelumnya Menhan RI Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu telah berkoordinasi dengan Menhan Filipina terkait rencana operasi yang dilakukan TNI untuk membebaskan tujuh WNI yang di sandera kelompok Abu Sayyaf.

Menurutnya, ini merupakan informasi yang positif, dimana Menhan Filipina mengijinkan TNI untuk dapat melakukan operasi pembebasan tujuh WNI yang di sandera kelompok Abu Sayyaf. “Hasil koordinasi antara Menhan RI dan Menhan Filipina nantinya akan ditindaklanjuti oleh Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Panglima TNI,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menegaskan, Undang-Undang di Filipina tidak mengijinkan tentara dari luar untuk melakukan operasi di Filipina. Namun demikian, dengan perkembangan yang baru terkait koordinasi antar Menteri Pertahanan kedua negara dapat segera dilakukan loby untuk membahas aturan terkait operasi militer yang dilakukan oleh TNI di Filipina.

“Nantinya akan dibuat SOP (Standard Operation Procedure) karena setiap perjanjian di negara Filipina dengan negara lain harus diratifikasi oleh lembaga legislatif,” kata Panglima TNI.

Terkait pengiriman batubara yang dilakukan oleh Indonesia untuk Filipina, Gatot mengatakan ini merupakan kerja sama dibidang ekonomi yang saling menguntungkan dimana hampir seluruh kebutuhan batubara untuk listrik di Filipina di pasok dari Indonesia.

“Yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia adalah bagaimana jalur kapal-kapal Indonesia yang membawa batubara ke Filipina dapat kembali dalam keadaan aman,” ucapnya.

Menurut Gatot, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengamankan jalur pengiriman batubara dari Indonesia ke Filipina antara lain dengan melakukan patroli bersama di wilayah perairan Filipina.

Selain itu dapat pula perairan Filipina yang menjadi jalur pengiriman batubara diamankan oleh militer Filipina atau Kapal Indonesia yang akan melakukan pengiriman dikawal oleh TNI. “Kedua negara ini saling memerlukan, kita perlu menjual batubara untuk ekonomi kita kemudian Filipina perlu batubara untuk pasokan listrik mereka,” pungkasnya.