:
Oleh MC KAB BULUNGAN, Senin, 11 November 2019 | 12:58 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K
Bulungan, InfoPublik – Kabupaten Bulungan menyimpan banyak keanekaragaman hayati yang kemudian membuahkan hasil alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik, seperti halnya di Kecamatan Sekatak yang terkenal dengan hasil madunya.
Camat Sekatak, Ahmad Safri melalui Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban, Umar menjelaskan madu Sekatak memang cukup terkenal lantaran kualitasnya yang cukup baik.
“Sebab yang dijual petani itu madu asli, tanpa campuran atau dioplos,” ujarnya saat ditemui, Senin (11/11/2019).
Ia menekankan, madu Sekatak sendiri merupakan sumber pendapatan lain bagi masyarakat di desa-desa yang ada di kecamatan tersebut. Sebab lanjutnya hasil dari penjualan madu juga mampu menopang kebutuhan sehari-hari.
“Ya bisa dikatakan jadi mata pencaharian juga, madu sendiri dijual dengan kisaran harga Rp 120 hingga Rp 150 ribu perliter,”tuturnya.
Ia melanjutkan madu yang ada di Sekatak ada tiga jenis yaitu Madu dengan warna kehitaman, keemasan hingga merah. Namun yang biasa di panen oleh petani yaitu petani yaitu madu dengan warna kehitaman dan keemasan.
“Madu Hitam dihasilkan oleh lebah yang mengkonsumsi nekstar akasia hingga bunga pohon Mahoni atau dari pohon pelawan, sehingga rasanyanya sedikit pahit. Sementara madu kuning dari lebah yang mengkonsumsi saripati pohon buah-buahan, cenderung manis dan harum,”imbuhnya.
Untuk bisa memanen madu tidak serta merta dapat dilakukan setiap bulan karena sifatnya yang musiman. Apabila musim buah, maka petani madu yang ada di Kecamatan Sekatak dapat memanen 3 kali atau bahkan lebih dalam setahun.
“Biasanya lebah itu menggunakan pohon-pohon tinggi, seperti pohon Menggeris atau pohon Sialang, Karena memang Madu sekatak ini dihasilkan dari lebah-lebah liar, bukan budidaya,” tambahnya.
Ia menceritakan, satu pohon menggeris bisa dapat berisi puluhan sarang atau rumah lebah. Dengan estimasi satu sarang bisa menghasilkan paling sedikit 10 Kilogram dan kemudian bisa menghasilkan literan madu.
“Untuk panen sendiri masyarakat atau petaninya masih menggunakan cara-cara tradisional, satu titik saja biasa sampai 20 liter madu,”imbuhnya.
Ia katakan, cara-cara yang digunakan pun cukup ekstrem dan pengambilannya pun harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Petani terlebih dahulu harus memanjat dengan alat seadanya sampai ketinggian puluhan meter.
“Sebelum pengambilan persiapan yang dilakukan membutuhkan waktu beberapa hari, karena perlu disiapkan alat-alatnya, termasuk rotan, kayu panjang dan lain-lain,”urainya.
Ia menceritakan, saking ekstremnya, pemanjat atau petani biasa menyebut kegiatan yang dilakukan mencari tiket mati, sebab benar adanya kegiatan panen sangat berbahaya, resikonya tinggi bahkan nyawa taruhannya.
“Pengambilan biasa dilakukan pada malam hari, untuk mengurangi rasa takut ketinggian, untuk mengusir lebahnya, itu menggunakan seperti bara api, apabila itu dijatuhkan maka lebah akan mengikutinya, setelahnya barulah di potong rumahnya untuk diambil madunya,”lanjutnya.
Disinggung mengenai apakah tidak ada upaya untuk membudidayakan agar pengambilan madu juga lebih muda, ia katakan dahulu pernah ada dari instansi terkait menyiapkan alat, namun hingga saat ini tidak berjalan.
“Kemungkinan juga terkendala SDM, karena lebih mengandalkan hasil alam, lagi pula ini lebah hutan yang liar memang sulit dibudidaya,”tambahnya.
Terlepas dari itu, ia juga menceritakan saking tenarnya nama madu Sekatak, banyak oknum pengecer madu menjual nama Sekatak sendiri, dalam artian oknum tersebut menjual madu yang telah dicampur untuk mencari keuntungan.
“Dikatakan madu yang dijual itu madu Sekatak, padalah madu yang mereka jual adalah madu oplosan, bukan madu asli lagi. Tapi kalau di Sekatak tidak yang jual madu oplosan, terkecuali telah keluar dari wilayah sekatak,”lanjutnya.
Tetapi saat ini kata dia, madu Sekatak pun telah memiliki BPOM demi menjaga nama Sekatak utamanya dalam hal kualitas madu agar tetap terjaga, sebab juga untuk kesehatan.
Ia pun memberikan sedikit trik untuk mengetahui madu asli, disebutkannya sebenarnya itu cukup mudah, seperti misal busa pada madu, apabila sedikit itu perlu dicurigai, kemudian madu dimasukan di freezer maka ia tidak akan membeku.
“Apabila membeku itu menandakan ada airnya, terlebih bekunya banyak, itu artinya telah dicampur air, kemudian bisa gunakan tisu, yang asli apabila ditetes pada tisu itu tidak akan merembes, jika ada air maka akan cepat merembes,”urainya.(MC Bulungan/sny/eyv)