:
Oleh MC KOTA BANDUNG, Kamis, 5 Juli 2018 | 12:16 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 2K
Kota Bandung, InfoPublik - Pola pikir masyarakat tentang sekolah berkualitas harus diubah. Selama ini masyarakat menganggap sekolah bagus adalah, yang gedungnya bagus dan menjadi favorit banyak orang. Padahal dua hal tersebut tidak menentukan kualitas pengajaran kepada siswa.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Elih Sudiapermana saat kegiatan Bandung Menjawab di Taman Sejarah Balai Kota Bandung, Jln. Aceh, Selasa (3/7/2018).
Elih menuturkan, memilih sekolah tidak sama seperti memilih pakaian atau barang yang didasarkan pada tampilan fisik atau tren semata. “Kita harus mengubah cara berpikir masayarakat. Kita jangan hanya melihat dari fasilitas, seperti sekolahnya di pinggir jalan atau gedungnya bagus. Akhirnya orang tua hanya melihat sekolah yang favorit saja. Padahal sekolah yang dekat rumah juga bagus,” katanya.
Elih menyarankan, memilih sekolah berdasarkan akreditasi yang dilakukan oleh lembaga independen terpercaya. Akreditasi menilai kualitas sekolah berdasarkan 8 standar Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), mulai dari sarana dan prasarana hingga kualitas guru.
Di Kota Bandung untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dari 57 SMP negeri sebanyak 54 SMP negeri sudah terakreditasi A. Tiga sekolah lagi, yaitu SMP 55, SMP 56, dan SMP 57 belum terakreditas karena sekolah baru.
Pada kesempatan tersebut Elih menegaskan jika mutu pendidikan di Kota Bandung sudah merata, sehingga sekolah tidak perlu diberi “favorit” atau “tidak favorit”. Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), orang tua dikatakannya bisa dengan tenang menyekolahkan anaknya di sekolah yang lokasinya dekat dengan rumah melalui sistem zonasi.
“Apalagi untuk pendidikan dasar, yakni SD dan SMP. Sekolah memperkenalkan anak-anak dengan dunia belajar. Masuk SD itu tujuannya untuk menumbuhkan kemauan belajar,” kata Elih.
Pendidikan yang baik, menurut Elih, harus mengajarkan secara bertahap sesuai dengan kapasitas usianya. Pemerintah telah mengatur semuanya dan Disdik Kota Bandung pun menerapkan hal tersebut. “Pada pendidikan dasar memberi hak-hal yang berat kepada anak. Nanti ketika masuk SMA, dia sudah tertekan. Anak yang masih kecil ini harus senang belajar, lebih ke arah membangun karakter baik, karakter mau belajar, bukan fokus ke hasil belajar. Kalau mau ahli, nanti di perguruan tinggi,” ucap Elih.
Pendidikan dasar dikatakannya mengedepankan empat aspek yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Keempat hal tersebut adalah komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas. “Pada pendidikan dasar, anak itu bukan belajar untuk menguasai substansi ilmunya. Misalnya, anak diajarkan matematika bukan supaya jago matematika, melainkan sebagai alat untuk melatih berpikir kritis,” paparnya.
Ia pun meminta kepada orang tua agar memahami kondisi ini. Dengan begitu, tidak membebani anak dengan ekspektasi yang tidak sesuai dengan kapasitas usianya. “Pencerdasan ini harus kita lakukan. Kami juga terus meningkatkan mutu pendidikan,” kata Elih. (humas.bandung.go.id/TR)