Balas Radikalisme di Kampus dengan Berpikir Benar

:


Oleh Yudi Rahmat, Selasa, 25 Juli 2017 | 19:05 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 395


Jakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenrestekdikti, Prof Intan Ahmad Ph.D mengatakan penangkalan pemahaman radikalisasi bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi harus dibalas dengan cara berpikir yang benar.

Namun demikian, lanjut Intan, hal itu memerlukan waktu sehingga dosen-dosen mahasiswa termasuk jajaran perguruan tinggi perlu memahami dinamika. Jangan sampai mahasiswa 'dibina orang lain' Jadi berbagai kegiatan perlu didampingi dan bukan saja dosen kemahasiswaan tapi semua dosen.

"Jadi dosen begitu mengajar masuk 5 menit atau 10 menit diberi materi wawasan kebangsaan dan apa yang namanya Pancasila itu nilai-nilainya bagaimana kemudiam wawasan kebangsaan  termasuk bahwa kita pada dasarnya beragam itu menjadikan Indonesia.", ucap Intan disela-sela Rakor dan Pembekalan Kepada Rektor/Ketua/Direktur Perguruan Tinggi dan Kopertis dalam rangka Pembinaan Kesadaran Bela Negara, di Kemhan, Selasa(25/7).

Disinggung apakah ada tambahan mata kuliah terkait Pancasila bagi mahasiswa untuk menangkal pemikiran radikalisme? Intan mengatakan mata kuliah Pancasila jelas sudah ada  dan juga di undang -undang. Namun demikian Kemenristekdikti terus mengembangkan misalnya pendidikan general edukasi yang merupakan tambahan di kurikulum yang ada. "Jadi bukan saja dosen Pancasila tapi semua dosen akan bicara soal wawasan kebangsaan dan tidak saja pada penerimaan mahasiswa baru tapi mahasiswa lama juga."katanya

Menurutnya penangkalan radikalisasi bagi mahasiswa bisa dilakukan melalui oriantasi mahasiswa baru. Begitu juga selama pendidikan diberikan pemahaman nilai -nilai kebangsaan yang terus diinternalisasikan. "begitu mereka lulus, mereka tahu posisinya tidak saja pandai secara akademik juga memahami persoalan indonesia sehingga mereka akan berkontribusi untuk indonesia yang lebih baik lagi."katanya

Dia mengatakan potensi rawan pemahaman radikalisasi bukan saja orang yang berpendidikan rendah atau ekonomi rendah tapi berpendidikan tinggipun ada yang terkena."Oleh karena itu, kita upayakan cegah kemudian dengan berpikir yang benar,"katanya.

Berbicara bela negara, Intan mengatakan Kemenristekdikti mencatat saat ini sebanyak 6 juta mahasiswa di indonesia dan sekitar 4500 Perguruan Tinggi seluruh Indonesia. Upaya Kemenristekdikti adalah bagaimana proses pembelajaran dan pendidikan baik sehingga lulusannya bisa berkompentisi dengan bangsa lain.

"Jangan sampai kita dijajah bangsa lain secara ekonomi. Kita harus menghasilkan lulusan-lulusan yang kompeten dan bisa bersaing dengan bangsa lain ditataran global. Apalagi kita sudah terbuka dengan masyarakat ekonomi Asean jadi jangan sampai kompetesi kita kalah dengan bangsa lain dan ini adalah bagian dari bela negara."tutur Intan.