:
Oleh MC Kabupaten Semarang, Senin, 14 Maret 2016 | 12:57 WIB - Redaktur: Kusnadi - 613
Bergas, InfoPublik - Ketika sampah plastik menjadi masalah yang dikhawatirkan banyak orang, siswa-siswi SD Negeri 03 Tegalwaton Kecamatan Tengaran justru menemukan ide kreatif. Di bawah bimbingan para guru, mereka menyulap sampah plastik menjadi bahan dasar pembuatan batu bata. Mereka menyebutnya dengan nama batu bata sampah (batasam).
“Kegiatan ini sudah kami lakukan sejak pertengahan tahun 2015 lalu. Kami memanfaatkan sampah plastik yang banyak dibuang warga saat beraktifitas mandi dan mencuci di Sendang Senjoyo Tengah,” terang Sri Listiyanti, salah seorang guru pembimbing siswa di sela-sela kunjungan kerja Wakil Bupati Semarang pada acara pembukaan lomba program unggulan/inovasi SD/MI di desa In Matra di Bergas, Senin (14/3) siang.
Kreatifitas para guru dan siswa SD Negeri 03 Tegalwaton itu ternyata menarik perhatian Wakil Bupati Ngesti Nugraha. Dia menyempatkan diri berbincang langsung dengan para siswa dan guru pendamping untuk membuktikan mutu batasam.
“Cukup bagus (mutunya) dan bisa menjadi pembelajaran bagi para siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan (dari sampah plastik),” katanya didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dewi Pramuningsih.
Diceritakan oleh Sri Listiyani, ide pembuatan batasam berawal dari keprihatinan para guru terhadap banyaknya sampah plastik yang ada di lingkungan sekolah dan di Sendang Senjoyo.
Lokasi sekolah dasar ini memang hanya berjarak sepelemparan batu dari Sendang Senjoyo. Banyak warga yang mandi dan mencuci di Sendang Senjoyo selalu meninggalkan sampah plastik.
“Kami lalu berdiskusi termasuk dengan para siswa untuk memanfaatkan sampah plastik ini. Akhirnya diputuskan untuk membuat batasam ini,” ujarnya.
Langkah itu ternyata tidak mudah. Diperlukan beberapa kali uji coba untuk mendapatkan komposisi campuran yang tepat agar batasam yang dibuat jadi bermutu.
Untuk membuat batasam, lanjutnya, dibutuhkan abu hasil pembakaran sampah plastik lalu dicampur pasir dan semen PC.
Perbandingan campuran yakni 3:2:1 atau tiga bagian abu sampah plastik dicampur dua bagian pasir dan satu bagian semen PC. Campuran itu lalu ditambahkan air dan diaduk hingga rata. Setelah itu siap untuk dituangkan dalam cetakan ukuran 21 cm x 11 cm x 4 cm.
Pembuatan batasam ini dilakukan para siswa kelas IV sampai kelas VI saat mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Setiap minggu rata-rata bisa dihasilkan kurang lebih 80 biji batasam.
Batasam itu digunakan untuk membuat taman di depan masing-masing kelas. Ukuran taman bervariasi dengan rata-rata panjang 5 meter lebar satu meter.
“Kami bisa berhemat karena tidak perlu lagi beli batu bata tapi memanfaatkan batasam hasil produksi anak-anak,” ungkap Listiyani bangga.
Sementara itu kepala sekolah SDN 03 Tegalwaton, Edi Setyo Hartono menghargai kerja keras para guru dan siswa memanfaatkan sampah plastik untuk membuat batasam.
“Program ini sangat strategis untuk mengurangi sampah plastik yang merugikan lingkungan. Kami tidak khawatir meski sampah plastik di Senjoyo semakin banyak karena justru bahan baku batasam akan melimpah,” ujarnya.
Ke depan, Edi juga yakin batasam bisa bersaing di pasar karena harga per biji yang lebih murah dibandingkan batu bata biasa.
“Batasam lebih murah bahkan harga jualnya bisa setengah dari harga batu bata biasa. Mutunya juga cukup bagus karena sudah kami manfaatkan untuk membangun saluran air di sekolah kami. Jadi jika dikembangkan dan diproduksi secara massal, tentu bisa bersaing dengan batu bata biasa,” katanya mantap.(*/junaedi/Kus)