Penyebab Musim Kemarau Bergeser

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Minggu, 19 Juni 2022 | 10:14 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 2K


Jakarta, InfoPublik - Maret lalu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau antara April hingga Juni 2022. Prakiraan itu didasarkan pada rata-rata 30 tahun (1991-2020).

Lalu kenapa saat ini justru hujan tetap turun di bulan Juni? BMKG punya jawaban. "Kondisi cuaca hujan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia saat ini disebabkan masih adanya asupan massa udara basah (banyak mengandung uap air) dari Samudera Pasifik. Selain itu kondisi hujan ini juga disebabkan terdapatnya daerah pertemuan angin yang menyebabkan tingginya peluang pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fahry Rajab, Jumat (3/6/2022).

Menurut peneliti Meteorologi BMKG, Deni Septiadi musim kemarau bukan berarti tidak terjadi hujan. Dalam penentuan musim di Indonesia, BMKG memiliki beberapa kriteria. Indikasi kemarau adalah jumlah atau intensitas curah hujan yang minim atau rendah seperti 1 dasarian di bawah 50 mm atau hari hujan yang semakin berkurang.

Pantauan terkini BMKG terhadap kondisi La Nina pada periode Maret hingga Mei menunjukkan terjadinya penguatan intensitas La Nina menjadi moderat atau sedang dengan nilai sebesar minus 1,05 penguatan kembali La Nina sejak awal Maret. Penguatan kembali La Nina sejak Maret ini menyebabkan hujan di Indonesia masih terjadi di bulan Juni.

La Nina adalah fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan Suhu Muka Laut (SML) tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

"Akibatnya, beberapa daerah di Indonesia yang seharusnya sudah memasuki masa peralihan menuju musim kemarau kini masih mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi," kata prakirawan BMKG Marlin Denata, Senin (13/6/2022).

Peningkatan hujan harian di beberapa wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer harian dan kondisi atmosfer lokal di suatu wilayah.

Marlin memperkirakan, kondisi La Nina akan menjadi lemah hingga netral pada periode Juli, Agustus, dan September 2022. Sementara itu, monsun Asia menunjukkan kondisi yang masih aktif dan diprediksi masih aktif hingga Dasarian I Juni 2022.

La Nina adalah fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan Suhu Muka Laut (SML) tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

BMKG memprediksi, kondisi La Nina akan menjadi lemah hingga netral pada periode Juli, Agustus, dan September 2022. Sementara monsun Asia menunjukkan kondisi yang masih aktif dan diprediksi masih aktif hingga Dasarian I Juni 2022. Dasarian adalah satuan waktu meteorologi yang artinya 10 hari.

BMKG membagi Indonesia menjadi 342 Zona Musim (ZOM). Dari jumlah ZOM itu, musim kemarau di 163 ZOM (47,7%) diprakirakan akan mundur. Sedangkan wilayah lainnya diprakirakan sama terhadap rata-ratanya 90 ZOM (26,3%) dan 89 ZOM (26%) maju terhadap rata-ratanya. Diperkirakan sebagian besar wilayah atau 181 ZOM (52,9%) akan memasuki puncak musim kemarau pada Agustus 2022.

Sifat hujan selama musim kemarau 2022 di sebagian besar daerah atau 197 ZOM (57,6%) diprakirakan normal, sedangkan wilayah lainnya di atas normal sebanyak 104 ZOM (30,4%) dan diprakirakan di bawah normal sebanyak 41 ZOM (12,0%).

Menurut Marlin, beberapa wilayah Indonesia yang sedang mengalami musim kemarau di bulan Juni adalah Aceh bagian utara dan timur, sebagian Riau, pesisir utara Banten, pesisir utara Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian besar NTB dan NTT, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian timur, Sulawesi Tengah bagian barat, Sulawesi Utara bagian selatan, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian selatan. Wilayah ini mencakup 26,6% dari total jumlah zona musim.

BMKG mencatat, wilayah Aceh juga masih mewaspadai hujan lebat disertai petir. Sementara itu, wilayah Indonesia lainnya masih berada pada periode musim hujan dan masa peralihan musim.

Menurut Marlin, wilayah yang diprediksi akan memasuki musim kemarau pada Juni meliputi sebagian besar Sumatera, sebagian Banten, Jawa Barat bagian tengah dan selatan, Jawa Tengah bagian tengah, Jawa Timur bagian timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Timur bagian selatan, Kalimantan Selatan bagian utara, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Selatan bagian barat dan selatan, Maluku bagian selatan, sebagian Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian tengah.(*)

(Sejumlah sepeda motor mendorong kendaraanya yang mogok saat melintasi genangan air di Jalan Kaliabang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/6/2022). Genangan air usai hujan dengan ketinggian 20 cm hingga 40 cm terjadi karena kualitas drainase yang buruk dan mengakibatkan kendaraan sepeda motor pengguna jalan mogok. ANTARA FOTO. Fakhri Hermansyah/hp.)