Gelap Membawa Manfaat

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Senin, 28 Maret 2022 | 08:51 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 314


Jakarta, InfoPublik - Suara perempuan berambut kriting berwarna coklat itu mengalun lembut. Dengan memainkan keyboard, ia mengalunkan sebuah lagu yang diciptakannya sendiri.

Selesai membawakan lagu pertama, musisi perempuan bernama Pamela Paganini ini berniat melanjutkan lagu kedua. Namun panitia meminta lagu kedua itu ditunda. "Kita count down dulu untuk switch up," kata pembawa acara.

Tak lama berselang, suasana gelap yang ada di di Samsara Backyart (Teman Baca) Lombok gelap gulita. Hanya terdengar suara pembawa acara yang memperkenalkan acara Sabtu (26/3/2022) malam itu.

Ya, Sabtu malam itu sejumlah pencinta seni, pelaku kebudayaan, dan sejumlah aktivis di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang berpartisipasi dalam gerakan earth hour 2022. Gerakan ini ditandai dengan mematikan lampu dan barang-barang elektronik dalam waktu satu jam, sejak 20.30 hingga 21.30.

Di Mataram acara diselenggarakan Samsara Backyart (Teman Baca) dengan memasang tagline #MataramPeteng2022.

Tahun ini, merupakan gerakan ke-15 earth hour di seluruh penjuru dunia. Gerakan global ini mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintah di seluruh dunia untuk berkontribusi terhadap upaya penanggulangan iklim.

Aksi ini diperingati pada Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya pukul 20.30 hingga 21.30.

Muasal Gerakan
Gerakan ini awalnya digagas Co-Founder earth hour, Andy Ridley. Saat itu tiba-tiba Ridley terbersit sebuah ide mematikan lampu saat sedang berhadapan dengan tatakan gelas birnya.

Mantan Director of Communications WWF Australia ini kemudian menemui Leo Burnett dan Editor Eksekuti Grup Fairfax Phil McLean. Dari pertemuan tersebut muncul ide mengeksplorasi pendekatan untuk mengurangi konsumsi daya yang dapat menangkap imajinasi dari banyak orang.

Ide itu kemudian dibawa ke forum di Sydney. Forum langsung menyambut baik gagasan itu. Kampanye untuk menyelamatkan bumi pun di mulai hingga akhir pada 2007, gerakan earth hour mulai dilakukan di Sydney.

Kala itu, di sekitar kota, banyak orang dan kelompok yang terlibat dan berpartisipasi dalam acara ini. Ketika perayaan berlangsung, terdapat sekolompok orang yang melakukan senam yoga dan pernikahan dengan penerangan cahaya lilin.

Tak disangka, gerakan yang awarlnya hanya menargetkan 20.000-30.000 orang ternyata diikuti hingga 2,2 juta atau 56 persen dari populasi Sydney.

"Salah satu alasan Earth Hour begitu sukses adalah karena siapa pun dapat mengambil bagian dan ini adalah kebijakan mandiri. Kami ingin ini tentang harapan, bukan keputusasaan, dan untuk inisiatif mengadakan pesta jalanan daripada protes jalanan," kata Ridley.

Melihat antusiasme itu, mereka kembali melakukan gerakan serupa pada 2008. Pada tahun kedua ini, peserta makin meluas. Tak hanya Sydney tapi juga diikuti oleh lebih 370 kota, lebih dari 35 negara di tujuh benua, dan lebih dari 18 zona waktu yang berbeda. Totalnya mencapai 100 juta orang yang turut berpartisipasi.

Dilansir dari earthhour.org, tahun ini earth hour kembali diadakan untuk menyatukan jutaan orang diseluruh dunia dengan menunjukkan aksi solidaritasnya. Direktur Jenderal WWF Internasional Marco Lambertini menyebut, pada 2022 ini menjadi tahun yang kritis bagi planet bumi. Selain itu, di tahun ini juga dunia akan bersatu menyepakati perjanjian Paris-style agreement for nature yang akan mengembalikan alam yang hilang pada 2030.

“Kami juga tahu bahwa untuk membangun masa depan yang selaras dengan alam, kami juga membutuhkan kedamaian di antara manusia," kata Lambertini.

Pada earth hour 2022, lebih dari 190 negara dan wilayah diharapkan berpartisipasi untuk mengkampanyekan kegiatan earth hour pada tanggal 26 Maret.

Gerakan ini sesungguhnya mengirimkan pesan tentang krisis iklim dan kerugian besar yang terjadi pada alam ketika kota-kota berlomba menggunakan banyak energi untuk mempercantik wajahnya.

Banyak yang sudah dicapai selama 15 tahun gerakan ini diadakan. Di antaranya:

1. WWF-Uganda menciptakan earth hour forest pertama di dunia.
2. Lebih dari 250.000 orang Rusia menyuarakan dukungan untuk perlindungan yang lebih baik terhadap laut dan hutan negara mereka.
3. Argentina menggunakan kampanye earth hour 2013 untuk membantu meloloskan RUU Senat untuk 3,4 juta hektar kawasan konservasi laut di negara itu.
4. Ribuan tungku hemat kayu dibagikan kepada keluarga di Madagaskar.
5. Lampu bertenaga surya dipasang di tiga desa tanpa listrik di India.
6. Di Paraguay, WWF menggunakan platform earth hour untuk membangun dukungan publik demi mendapatkan perpanjangan moratorium penebangan dan membantu mengurangi deforestasi.
7. Program pendidikan untuk sekolah diluncurkan di Thailand dan Taiwan.
8. Ratusan ribu lampu LED dipasang oleh anggota pramuka di Amerika Serikat.
9. Lebih dari 2.123 aksi mitigasi yang diajukan oleh kota peserta earth hour City Challenge 2014.

Mengutip situs WWF Indonesia, ketika gerakan earth hour berlangsung, setiap 10 persen warga Jakarta yang mematikan lampu, energinya dapat dimanfaatkan memenuhi kebutuhan listrik bagi 900 desa. Selain itu, energi yang dihemat dapat menyumbang oksigen untuk 524 orang. Dalam waktu satu jam saja, hal tersebut juga dapat mengurangi 267 ton emisi karbon dioksida.

(Dua gadis memegang lilin elektrik saat memperingati “Earth Hour 2022” di Swiss-Belhotel Jambi, Telanaipura, Jambi, Sabtu (26/3/2022). Kampanye untuk menghemat pemakaian energi tidak terbarukan dengan mematikan lampu selama 60 menit tersebut melibatkan beberapa organisasi, komunitas, dan pelaku usaha setempat. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/tom.)