:
Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Kamis, 17 Maret 2022 | 18:53 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 422
Jakarta, InfoPublik - Mengenakan ikat kepala, ia membawa bunga dan sejumlah keris. Ia menuju di lokasi yang agak lapang di dekat tempat acara akan digelar.
Setelah menemukan lokasi, kepalanya menengadah ke langit. Di atas, kumpulan awan hitam terlihat membalut langit.
Lalu ia menanam keris itu di sebuah tempat dan ditaburi bunga. Selesai menanam, ia duduk di kursi pendek menghadap keris yang ditanam tadi. Ia menelungkupkan tangan di dada. Mulutnya komat-kamit.
Upaya pria yang punya julukan Ki Joko Sapu Jagad (57 tahun) ini, diklaim membatalkan hujan turun di arena tempat acara. Namun di dekat tempat acara berlangsung, hujan lebat turun. Padahal, hari itu Badan Metereologi dan Geofisika telah memperkirakan hujan akan turun.
"Prinsip kerjanya tidak mengubah alam tapi membentengi di tempat acara berlangsung agar tidak turun hujan," kata pria asal Bali yang sudah puluhan tahun menjadi pawang hujan.
Jasa Ki Joko banyak digunakan sejumlah event organizer. Mungkin karena banyak berhasil menghalau awan, ia kemudian punya tagline keren. "Apapun persoalan Anda, cuaca urusan saya."
Ki Joko hanya satu dari sekian banyak pawang tradisional yang ada di Indonesia. Setiap pawang punya cara dan laku yang berbeda dalam membentengi sebuah acara.
Di era modern, sebenarnya sudah ada teknologi modifikasi cuaca (TMC). Tentu cara kerjanya tak seperti Ki Joko.
Jika ingin merekayasa cuaca supaya bisa mengurangi hujan pada suatu tempat ialah dengan melakukan penyemaian awan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik atau menyerap air mencapai suatu spot pertumbuhan awan, seluruh garam akan ditebar dari udara menggunakan pesawat. Hal ini diharapkan hujan akan turun terlebih dahulu sebelum awan sampai di wilayah yang akan 'diamankan.'
Urusan cuaca, apalagi hujan, memang tak mudah. Apalagi jika kita akan menggelar hajatan di area terbuka, seperti gelaran MotoGP yang bakal digelar pada 18-20 Maret 2022 di sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Belajar dari pengalaman pelaksanaan World Superbike (WSBK) November lalu, yang turun hujan deras, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berencana mengerahkan pawang hujan pada acara MotoGP itu.
Rencana pengerahan pawang hujan itu dikemukakan Menteri Sandiaga Uno dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR di Jakarta, Rabu (16/3).
"Karena waktu acara WSBK itu pawangnya (batal), iya tetap hujan,” kata Menteri Sandiaga disambut tawa anggota DPR.
Di era modern, pawang memang tak harus seperti Ki Joko. Saat ini juga sudah ada teknologi modifikasi cuaca (TMC). Pelaksanaan TMC biasanya melibatkan BRIN, BMKG, dan TNI-AU.
BMKG memperkirakan, saat MotoGp dilaksanakan pada 18-20 Maret mendatang, akan ada potensi terjadi hujan sedang hingga lebat.
"Prospek kondisi cuaca area Mandalika selama tiga hari ke depan di dominasi oleh adanya potensi berawan hingga hujan sedang," kata Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, dalam keterangan tertulisnya di Praya, Kamis (17/3/2022).
Pada hari pertama MotoGp atau 18 Maret, diperkirakan akan terjadi potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang di area Mandalika. Cuaca ini akan berlangsung siang sampai sore hari. Sedangkan pada 19 Maret diperkirakan cerah berawan hingga hujan sedang pada siang hari sampai sore hari.
"Pada tanggal 20 Maret diperkirakan hujan sedang hingga lebat pada siang sampai malam hari," katanya.
Dengan perkiraan seperti itu, benarkah Menteri Sandiaga akan mengerahkan pawang hujan di sekitar arena Sirkuit Mandalika?(*)
(Menparekraf Sandiaga Uno (tengah) menghadiri rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (16/3/2022). Rapat tersebut membahas kesiapan dukungan pelaksanaan MotoGP Mandalika 2022, strategi pemulihan dan penguatan parekraf setelah mulai melandainya pandemi COVID-19 (syarat perjalanan tanpa tes usap), serta keputusan Raker/RDP dan Panja yang belum ditindaklanjuti. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/tom.)