Indeks Naik Tapi Belum Tentu Bahagia

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Minggu, 6 Maret 2022 | 14:59 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 543


Jakarta, InfoPublik - Coba lihat hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) ini; Anda termasuk orang yang bahagia atau sengsara! Indeks kebahagiaan itu bisa dilihat dari tempat di mana Anda tinggal atau dalam hal ini provinsi, pendapatan, jenis kelamin, dan pendidikan.

Dari hasil survei Indeks Kebahagiaan 2021 BPS  disebutkan, indeks kebahagiaan Indonesia pada tahun ini naik 0,8 persen menjadi 71,49 dibandingkan pada 2017 lalu yang ada pada skor 70,69.

Laporan BPS itu juga menyebut, laki-laki lebih bahagia dibandingkan perempuan dengan angka 71,96 berbanding 71,04.

Sedangkan dari faktor pendidikan, orang dengan pendidikan S2 dan S3 memiliki tingkat kebahagiaan paling tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya.

Pun dari segi pendapatan. Orang yang memiliki penghasilan di atas Rp 7,2 juta memiliki kebahagiaan paling tinggi dibandingkan pendapatan di bawah Rp 7,2 juta.

Dari sudut provinsi, menurut BPS, Maluku Utara menjadi provinsi paling bahagia di Indonesia dengan skor 76,34, disusul Kalimantan Utara (76,33) dan Maluku (76,28). Di bawah Maluku ada Jambi (75,17), Sulawesi Utara (74,78), Kepulauan Riau (74,78), Gorontalo (74,77), Papua Barat (74,52), Sulawesi Tengah (74,46), dan Sulawesi Tenggara (73,98).

Bagaimana dengan DKI Jakarta? Ternyata Jakarta termasuk dalam provinsi indeks kebahagiaannya rendah. Selain Jakarta, provinsi dengan indeks ketidakbahagiaan rendah ada Sumatera Barat (71,34), Aceh (71,24), DKI Jakarta (70,68), Sumatera Utara (70,57), Sumatera Utara (70,57), Nusa Tenggara Timur (70,31), Jawa Barat (70,23), Nusa Tenggara Barat (69,98), Papua (69,87), Bengkulu (69,74), dan Banten (68,08).

“Indeks Kebahagiaan bertujuan untuk sebagai ukuran pembangunan yang bersifat subjektif ditawarkan guna melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dikutip dalam naskah publikasi Indeks Kebahagiaan 2021, Jumat (4/3/2022).

Indeks Kebahagiaan tersebut merupakan indikator yang bersifat subjektif. Indikator hanya mengukur persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Peringkat indeks kebahagiaan terbaik dinilai berdasarkan atas tiga dimensi, yaitu:

1. Dimensi Kepuasan secara Personal maupun Sosial
2. Dimensi Makna Hidup
3. Dimensi Perasaan.

Indeks Kebahagiaan 2021 menggunakan metode pengukuran yang baru, di mana kontribusi 2017 menjadi tahun dasar ukuran kebahagiaan. Sebab, perkembangan framework Indeks Kebahagiaan dari satu Dimensi Kepuasan Hidup pada 2014 menjadi tiga dimensi pada 2017 dan 2021.

Dua penambahan dimensi baru pada ukuran Indeks Kebahagiaan 2021, yakni Dimensi Perasaan dan Dimensi Makna Hidup. Setiap dimensi penyusun memiliki besaran kontribusi yang berbeda.

Dimensi yang berkontribusi terbesar dalam penyusunan Indeks Kebahagiaan adalah Dimensi Kepuasan Hidup, yaitu 34,80 persen. Adapun kontribusi Dimensi Makna Hidup sebesar 34,02 persen. Sementara Dimensi Perasaan, berkontribusi sebesar 31,18 persen.

Variasi besaran kontribusi ini terjadi karena penduduk memberikan penilaian dengan derajat yang beragam terhadap setiap indikator. Besaran kontribusi suatu indikator menggambarkan derajat pentingnya indikator tersebut terhadap Indeks Kebahagiaan penduduk. Semakin besar kontribusi suatu indikator, semakin penting pula indikator tersebut bagi kebahagiaan penduduk.

Survei semacam bukan pertama dilakukan BPS. Tercatat, BPS pernah melakukan uji coba pada 2012 dan 2013. Kemudian survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) sebanyak 3 kali, tahun 2014, 2017, dan 2021.

Pendekatan yang digunakan adalah kepuasan hidup, afeksi, dan eudaimonia.(*)

(Ilustrasi kebahagiaan keluarga. Foto: pixabay)