Enam Skenario WHO Akhiri Pandemi COVID-19

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Kamis, 27 Januari 2022 | 11:10 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 724


Jakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, dari markasnya di Jenewa mengajak seluruh pihak bekerja sama dan berani mengambil keputusan dalam upaya perang terhadap COVID-19. Pandemi dikatakannya mesti berakhir sebelum 2022.

Enam skenario yang dianggap bisa mengakhiri pandemi COVID-19. Karena itu Tedros berharap seluruh negara bisa bekerja bersama dan bahu membahu. Keenam skenario tersebut adalah, pertama memastikan 70 persen populasi setiap negara telah divaksinasi. 70 persen dari populasi warga satu negara harus telah divaksin (dosis 1 dan 2). Vaksinasi lengkap merupakan jalan keluar dari pandemi COVID-19 ini. Vaksinasi ini mesti dicapai pada pertengahan 2022 ini.

Kedua meningkatkan menejemen perawatan pasien COVID-19, dalam hal ini mengurangi tingkat kematian pasien di satu negara. Kematian bisa berkurang jika menejemen perawatan pasien dilakukan secara benar.

"Ini berarti mengurangi kematian melalui manajemen klinis yang kuat, dimulai dengan perawatan kesehatan primer, dan akses yang adil ke diagnostik, oksigen, dan antivirus di titik perawatan," kata Tedros seperti dilansir laman News.com.au, Rabu (26/1/2022).

Skenario ketiga adalah meningkatkan upaya dan kapasitas testing atau pengujian dalam pelacakan kemunculan varian-varian baru COVID-19.

Keempat adalah menyesuaikan langkah-langkah kesehatan masyarakat. Masyarakat dikatakan Tedros sangat berperan dalam menjalankan skenario ini. Caranya dengan menyesuaikan langkah-langkah kesehatan masyarakat, seperti memperketat penerapan protokol kesehatan (Prokes).

Kelima adalah memulihkan dan mempertahankan pelayanan kesehatan esensial. Caranya dengan mempelajari dan mengembangkan ilmu baru yang bisa menghasilkan solusi untuk mengakhiri pandemi. Seluruh pihak harus terlibat. Dukungan pemberdayaan, pembiayaan berkelanjutan, fokus pada kesetaraan, serta penelitian dan inovasi baru, juga menjadi hal yang penting.

"Kita tidak bisa mengakhiri fase darurat pandemi kecuali menjembatani kesenjangan ini dan kita membuat kemajuan," ujar dia.

Skenario keenam adalah kesiapan masyarakat yang harus mampu bangkit meskipun COVID-19 masih mengancam.  Tedros mengatakan mungkin masyarakat akan hidup bersama COVID-19 dalam waktu yang lama di masa mendatang. Namun begitu hidup bersama bukan berarti harus berhenti berusaha melawan virus Corona.

"Belajar hidup dengan COVID-19 tidak berarti kita memberikan virus ini tumpangan gratis," kata dia.

Sementara Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman meyakini jika pandemi COVID-19 bisa berakhir pada akhir 2022. Namun syarat mutlaknya adalah vaksinasi dua dosis harus sudah lengkap di seluruh dunia, setidaknya pada September. Selain itu, vaksinasi lanjutan atau booster terhadap mereka yang lanjut usia dan tenaga pelayan publik mesti sudah dilakukan menjelang kuartal terakhir 2022.

"Itu akan membawa kondisi di mana banyak benua termasuk negara dalam fase lebih terkendali," kata dia.

Namun Dicky memberi catatan. Target ini dapat tercapai jika seluruh negara juga terus mewaspadai munculnya varian baru yang "lebih hebat" dari varian Omicron dan Delta.

(Warga melintas di dekat mural bertema COVID-19 di Jakarta, Rabu (1/12/2021). Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru, Pemerintah kembali menaikkan status PPKM di DKI Jakarta menjadi level 2. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.)