Bersiap Menuju Endemi

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Sabtu, 13 November 2021 | 13:41 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 334


Jakarta, InfoPublik - Ada pesan penting yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Meski kasus COVID-19 sudah mulai melandai, Jokowi minta agar masyarakat tidak berlebihan menghadapinya. COVID-19 belum akan hilang karenanya, ia meminta masyarakat mulai belajar hidup bersama dengan COVID.

"Kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi," kata Jokowi saat meninjau pelaksanaan vaksinasi di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Endemi adalah penyakit yang muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu. Misalnya penyakit malaria di Papua atau demam berdarah (DBD). Penyakit ini akan selalu ada di daerah tersebut, namun dengan frekuensi atau jumlah kasus yang rendah.

Dalam transisi dari status pandemi ke endemi, dokter memegang peran yang sangat penting. Dokter harus melakukan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat dalam rangka transisi dari pandemi menuju endemi COVID-19. Komunikasi dan edukasi itu antara lain tentang pentingnya protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19.

Meski nanti statusnya berubah menjadi endemi, Jokowi meminta masyakat menyadari bahwa COVID selalu mengintip kita sehingga protokol kesehatan, terutama memakai masker, harus dilakukan.

Karena COVID-19 masih akan terus ada, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin hidup bersama COVID-19 merupakan kenyataan yang harus dihadapi bersama. Pilihan itu diambil setelah pihaknya mendengar masukan dari para epidemiolog, yang mengingatkan bahwa COVID tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Menurut Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, ada syarat jika Indonesia memasuki situasi endemi COVID-19. Yakni, pengendalian atas kasus positif, jumlah kematian dan kasus aktif.

"Apabila ketiga indikator ini baik, maka perkembangan kasus di tingkat nasional akan membaik dan kita akan semakin siap menghadapi endemi COVID-19" ujar Wiku, Selasa (9/11/2021).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut pandemi COVID-19 dapat berubah menjadi endemi jika 70-100 persen warga telah menerima vaksin COVID-19 secara lengkap.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, per Kamis (11/11/2021), secara setidaknya 128.147.345 orang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus corona. Sedangkan yang menerima vaksin dosis kedua baru 81.711.099 orang.

Artinya, dari target 208.265.720 orang, baru 61,53 persen yang menerima vaksin dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua baru berada di angka 39,23 persen. "Jadi kita tidak akan keluar dari pandemi kalau kemudian masih ada target sasaran yang belum mencapai vaksinasi," ujar Nadia.

Jika status pandemi berubah menjadi endemi maka akan ada konsekuensi yang terjadi di masyarakat. Sebab, jika COVID-19 berstatus endemi, maka ia akan dianggap sebagai penyakit biasa sehingga tak dibutuhkan penanganan khusus.

Namun, menurut epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, jika statusnya berubah menjadi endemi akan ada perlakuan izin bagi orang-orang yang mengalami gejala flu atau tidak enak badan. Kalau sebelumnya mereka masih diizinkan bekerja, maka jika statusnya endemi mereka tidak akan diizinkan masuk kantor.

Pun menjaga jarak dan menggunakan masker nantinya tidak lagi diwajibkan. Penggunaan masker bisa dilakukan jika mereka sedang di kendaraan umum atau tempat-tempat yang memiliki polusi udara tinggi. "Ketika di kantor bisa dilepas," kata dia.

(Petugas kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Gelanggang Remaja Makassar, Jakarta, Jumat (12/11/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.)