Mengubah Sampah Menjadi Rupiah

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Senin, 8 November 2021 | 05:15 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 564


Jakarta, InfoPublik - Jika Anda ke Banyuwangi, cobalah singgah ke Moca (Mobile Cafe)! Lokasinya ada di Jalan Jaksa Agung Suprapto Gang Annur, Kelurahan Penganjuran, Banyuwangi.

Cafe ini memang sengaja memilih lokasi yang letaknya di kebun kota yang dekat dengan depo sampah Banyuwangi. Pemilihan lokasi ini karena mereka memiliki misi khusus, yakni mengurangi penggunaan sampah.

Ya, di sini para penikmat kopi tak harus membayar kopi dengan rupiah tapi juga bisa dengan menukarkan sampah.

Menurut Koordinator Bank Sampah Banyuwangi (BSB) Agus Supriyadi, kegiatan ini dilakukan untuk menarik minat masyarakat agar mau menabung sampah. Ini merupakan inovasi program Bank Sampah Giat Keliling (Bagiak) dengan menggandeng UMKM MoCa.

Kebetulan MoCa juga memiliki perhatian yang sama ke masalah sampah. Melalui program ini, Bagiak ingin MoCa juga turut memberikan pemahaman ke masyarakat bahwa sampah juga bisa berharga. "Sampah-sampah ini kan bisa dikonversi menjadi rupiah," kata Agus September lalu.

Sesuai namanya, cafe ini menggunakan kendaraan motor yang didesain sedemikian rupa. Di sini Anda bisa mencicipi sajian kopi yang diracik langsung oleh barista kenamaan Banyuwangi BSB menggandeng barista kopi asli Banyuwangi, Novian Darma Putra (33 tahun).

Novian bercerita, ide ini berawal dari keprihatinannya melihat banyaknya sampah yang berserakan di lingkungannya. Karena sampah membludak, TPS penuh.

Akhirnya pada 2019 ia menggagas menikmati kopi bayar sampah. Tapi ingat, sampah yang digunakan untuk membayar adalah sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan kardus.

Sejak ide itu dicetuskan, setiap hari ia bisa mengumpulkan sekitar 5–6 kilogram sampah anorganik. Kesadaran masyarakat akan sampah ini terus meningkat setiap hari. Ini terbukti dari kopi yang terjual di MoCa ini. Kata Novian, saat ini pihaknya mampu menjual 75 cup kopi dari hasil penukaran sampah ini. Jika dikonversi ke sampah berarti, setiap hari Novian bisa mengumpulkan 18 kg lebih sampah anorganik.

Novian berharap edukasi ini mampu menyadarkan masyarakat akan sampah. ”Biar masyarakat sadar bahwa sampah ini punya nilai," kata dia.

Tak hanya menukar sampah dengan kopi, ke depan, menurut Agus, pihaknya juga akan mengembangkan program tukar sampah dengan sembako, sayuran hingga makanan berat atau ringan. "Sampah yang dibawa akan dikonversi dengan rupiah," kata dia.

Terobosan-terobosan baru dan kreatif menekan membludaknya sampah memang perlu dilakukan. Karena sampah memang menjadi masalah di mana-mana.

Masalah sampah ini sempat diutarakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan di forum COP26 The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).

Saat berpidato, Luhut bilang pemerintah Indonesia punya komitmen yang kuat mengatasi persoalan sampah ini. Komitmen ini dituangkan dalam Perpres sampah 35 Tahun 2018. Dalam Perpres itu, Indonesia punya rencana aksi penanganan sampah plastik hingga 2025. Ini merupakan perjuangan melawan polisi plastik di Indonesia.

Menurut Luhut, polusi plastik adalah masalah yang sangat memengaruhi bangsa Indonesia. "Kami tidak akan membiarkan krisis yang membayangi ini berlanjut," ujar dia.

Karenanya, pemerintah akan mengambil tindakan tegas dan berani di setiap tingkat dan lintas sektor di Indonesia untuk melakukan transformasi yang diperlukan untuk mencapai polusi plastik yang mendekati nol.

Saat ini Indonesia sedang dalam tahap penerapan teknologi terkini untuk memanfaatkan sampah sebanyak mungkin menjadi energi sumber daya baru. Contoh yang bisa disebut adalah pengolahan sampah di Benowo Surabaya yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo.

"Dengan bangga kami sampaikan bahwa pembangkit listrik berbahan baku sampah yang pertama telah diluncurkan di Surabaya tahun ini dengan kapasitas untuk mengkonversi 1.000 ton sampah domestik per hari menjadi listrik 10 megawatt," ujar dia.

Upaya ini tentu tak hanya berhenti di situ. Perlu upaya lain yang lebih ekstra agar masalah sampah bisa segera teratasi.

(Sejumlah truk sampah terparkir di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (28/10/2021). Kondisi TPA Jabon sudah melebihi batas ketentuan daya tampung atau overload, dengan produksi sampah mencapai 500 ton per hari. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/hp.)