Imbauan Retno Untuk Dunia

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Senin, 27 September 2021 | 19:03 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 381


Jakarta, InfoPublik - Di forum High Level Week Sidang Majelis PBB ke-17 New York, Jumat (25/9/2021) malam, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersuara lantang. Katanya, penanganan COVID-19 di Indonesia saat ini sudah membaik.

Retno pun membeberkan indikator positif penanganan pandemi di Indonesia itu. Mulai vaksinasi hingga penerapan protokol kesehatan.

"Saya sampaikan positivity rate di Indonesia saat ini rata-rata tidak sampai 2%, di bawah standar WHO sebesar 5%, di mana sebelumnya sempat mencapai titik 31%," katanya, Sabtu (25/9/2021).

Tren pertambahan kasus positif Virus Corona (COVID-19) di Indonesia melandai sejak awal Agustus 2021. Merujuk data Satgas Penanganan COVID-19 sepanjang Juli-September 2021, tren pertambahan kasus positif virus corona perlahan menurun memasuki Agustus hingga awal September 2021.

Jika dirinci pertambahan kasus perpekan, selama periode 1-7 Juli jumlah kasus COVID-19 mencapai 201.125. Kasus mulai melonjak menjadi 290.649 kasus dalam kurun waktu 8-14 Juli.

Sepekan setelahnya kasus positif kembali naik menjadi 313.784 kasus. Namun pada 22-28 Juli, tambahan kasus mulai menurun menjadi 303.897. Tren penurunan terus berlanjut. Pada periode 29 Juli-4 Agustus, kumulatif COVID-19 hanya bertambah 244.480 kasus.

Pada 5-11 Agustus, kasus positif COVID-19 bertambah 216.879. Sepekan setelahnya kasus baru bertambah 158.801. Setelah itu, pada 19-25 Agustus, kasus kembali turun menjadi 118.590.

Tren penurunan itu terlihat konsisten hingga tambahan kasus turun mencapai di bawah 100 ribu kasus dalam sepekan.

Pada periode 26 Agustus-1 September kasus kembali turun menjadi 73.301 kasus. Sementara dalam sepekan terakhir, tambahan kasus positif COVID-19 hanya sebesar 47.227 kasus.

Tak hanya kasus positif, tren penurunan juga terjadi pada kasus kematian. Selama periode 1-7 Juli jumlah kasus kematian mencapai 4.417 orang. Kasus naik menjadi 6.302 orang sepanjang 8-14 Juli. Pekan selanjutnya, 15-21 Juli kasus kematian bertambah menjadi 8.373 orang.

Kasus kematian COVID-19 melonjak signifikan dalam beberapa pekan berikutnya. Selama periode 22-28 Juli, kasus kematian bertambah 11.076 orang. Kemudian naik menjadi 11.977 orang sepanjang 29 Juli-4 Agustus.

Secara perlahan kasus kematian mulai turun, meski tidak drastis. Selama kurun waktu 5-11 Agustus, tercatat 11.562 orang meninggal usai terpapar COVID-19.

Sepekan setelahnya, jumlah kasus kematian COVID-19 turun menjadi 8.943 kasus. Sementara pada periode 19-25 Agustus, kasus kematian COVID-19 kembali turun menjadi 8.152 kasus.

Penurunan kasus kematian mulai terlihat pada 26 Agustus-1 September, dengan total tambahan 4.383 orang. Sedangkan dalam sepekan terakhir kasus kematian COVID-19 sebesar 4.106 orang.

Karena kasus positif sudah membaik, Retno meminta agar negara-negara lain yang masih memasukkan Indonesia ke dalam red list perjalanan segera menghapus red list atau daftar merah perjalanan ke Indonesia.

Di forum itu itu, Retno meminta agar negara lain mengikuti Prancis yang sudah mencabut red list ke Indonesia.

Ketika pandemi melonjak tajam di Indonesia pada Juli lalu, sejumlah negara seperti Uni Emirat Arab, Filipina, Oman, Arab Saudi, Jepang, Taiwan, Bahrain, Hong Kong, Inggris, dan Uni Eropa, ramai-ramai menolak kunjungan dari warga Indonesia. Beberapa negara ini menutup perbatasannya. Sementara Singapura mengurangi jumlah pendatang Indonesia yang memasuki wilayahnya.

Pada akhir Agustus lalu, pemerintah Saudi mengizinkan WNA penerima vaksin Sinopharm dan Sinovac masuk ke negaranya dengan catatan harus sudah menerima vaksin booster.

Di sela-sela persidangan, Retno juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Lizz Truzz. Kepada Truzz, ia menyuguhkan data COVID-19 dari Juli hingga September.

"Saya menjelaskan mengenai situasi COVID-19 Indonesia yang sudah sangat melandai dan membaik. Saya berikan semua data perbandingan," kata Retno saat konferensi pers virtual.

Dari data-data yang dibeberkan itu, Retno berharap bisa digunakan otoritas Inggris untuk melakukan mereview terhadap red green list mereka.

Dalam pertemuan bilateral selama sidang Majelis Umum PBB, Retno terus menyoroti diskriminasi, ketimpangan dan politisasi vaksin.

"Kita sepakat untuk mempersempit ketimpangan vaksin dan menghentikan diskriminasi serta politisasi vaksin," kata dia.

(Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (kedua kanan) besiap menggelar pertemuan 2+2 dengan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne (kiri) dan Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton (kedua kiri) di Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta, Kamis (9/9/2021). ANTARA FOTO/HO/Humas Kemenlu/wpa/aww.)