Perempuan Jaga Keluarga di Kala Pandemi

:


Oleh Kristantyo Wisnubroto, Jumat, 24 April 2020 | 15:41 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 1K


Jakarta, InfoPublik - Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda Indonesia saat ini, berdampak sangat luas, baik secara sosial, ekonomi dan hak asasi manusia terutama bagi kelompok rentan. Dampak pandemi ini, juga memberikan pengaruh ketidakadilan yang dirasakan perempuan dan kelompok rentan terdampak Covid-19 lainnya, seperti anak, penyandang disabilitas, serta lanjut usia (lansia).

Menyikapi kondisi tersebut, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Bencana, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) melakukan upaya perlindungan dalam penanggulangan bencana dengan memprioritaskan kelompok rentan, melalui upaya penyelamatan, evakuasi, pengamanan, dan pelayanan kesehatan serta psiko-sosial.

Kementerian PPPA juga menjalankan strategi dan pendekatan secara komprehensif dan terintegrasi dalam menghadapi fase darurat pandemi Covid-19, dengan melakukan koordinasi bersama kementerian/lembaga dan Dinas PPPA seluruh Indonesia melalui gerakan BERJARAK (Bersama Jaga Keluarga Kita). Gerakan ini memiliki fokus utama intervensi terhadap kelompok rentan terdampak dari bahaya paparan Covid-19, seperti anak, perempuan, lansia dan penyandang disabilitas yang diberikan perlindungan secara adil, non diskriminatif dan bebas dari stigma.

"Hingga 21 April 2020, tercatat 28 provinsi dan 378 kabupaten/kota telah melaksanakan 10 aksi gerakan BERJARAK, yaitu tetap di rumah; hak perempuan dan anak terpenuhi; alat perlindungan diri tersedia; jaga diri, keluarga dan lingkungan; membuat tanda peringatan; menjaga jarak fisik; mengawasi keluar masuk orang dan barang; menyebarkan informasi yang benar; aktivasi media komunikasi online; dan #10 aktivasi rumah rujukan," ungkap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dalam Konferensi Pers terkait Cara dan Strategi Perlindungan dan Kesejahteraan Perempuan dan Anak Hadapi Covid-19 bersama BNPB di Jakarta, Kamis (23/04/2020).

Menteri Bintang memaparkan, berdasarkan data BERJARAK sementara yang telah terkumpul dari 21 provinsi, diketahui sejumlah 94 perempuan positif Covid-19 dirawat, 27 positif sembuh, 141 meninggal, 4.254 pasien dalam perawatan (PDP), dan 14.755 orang dalam pemantauan (ODP). Untuk jumlah anak yang terpapar yaitu 26 anak positif dirawat, 9 positif sembuh, 6 meninggal, 991 PDP, dan 6.744 ODP (Pokja Berjarak, 22 April 2020). Data terpilah menurut jenis kelamin dan usia ini didapatkan atas kerja sama dengan Dinas PPPA dan Dinas Kesehatan di daerah, untuk mempertajam target intervensi, khususnya perempuan dan anak kelompok rentan terdampak.

Gerakan BERJARAK juga memiliki dua fokus intervensi, meliputi upaya pencegahan dan penanganan. Terkait pencegahan, langkah-langkah yang akan terus dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penularan virus, meliputi penyusunan materi edukasi, dan penyebarannya, melalui sosialisasi di media cetak, elektronik dan media sosial, serta memanfaatkan mobil dan motor perlindungan (Molin dan Torlin). Target lokasi utama penyebaran materi ini yaitu tempat yang banyak diisi kelompok perempuan dan anak, seperti pasar tradisional, lapas perempuan, lapas anak, panti anak, panti jompo, dan lainnya.

Upaya pencegahan lainnya yang dilakukan Kementerian PPPA yaitu menyusun regulasi dengan mengintegrasikan substansi perempuan dan anak, seperti pedoman umum perlindungan anak penanganan Covid-19 yang dikembangkan dengan semangat prinsip hak anak, yaitu non-diskriminatif, kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan dan perkembangan, serta penghargaan terhadap pendapat anak. Selanjutnya, regulasi ini pun akan menjadi masukan bagi regulasi yang disusun Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Mekanisme dari Program Berjarak, instansi daerah yang terkait dapat membentuk relawan tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Melalui petugas sukarela ini akan memantau target masyarakat dari program di atas yang rawan terinfeksi Covid-19 secara berkala setiap waktu.

Di samping itu, upaya penanganan yang akan terus dilakukan KemenPPPA, meliputi membentuk tim relawan dari jejaring yang ada, seperti Forum Anak, PUSPAGA, Fasilitator Sekolah Ramah Anak, PATBM, PUSPA, dan lain-lain. Selain itu, menyediakan kebutuhan spesifik dasar bagi perempuan dan anak, seperti vitamin, susu, makanan bergizi, biskuit, pembalut dan pampers yang dipilah menurut usia (anak balita, anak dan remaja perempuan dan lansia).

Satu hal, pemerintah juga meningkatkan fungsi unit pelayanan di daerah, seperti UPTD PPA, PUSPAGA, dan lain-lain untuk tetap menyediakan layanan melalui online maupun kunjungan ke keluarga jika dibutuhkan. Kemudian memastikan tetap dilakukannya pemenuhan layanan kesehatan bagi anak seperti imunisasi, maupun kesehatan reproduksi bagi perempuan yang tidak dapat ditunda, seperti pemeriksaan ibu hamil, persalinan, pelayanan KB.

Satu hal yang terpenting menurut Menteri Bintang pelayanan bagi perempuan tenaga kesehatan selama menangani pasien Covid-19, mengingat 70% perawat di Indonesia adalah perempuan. Begitu juga terkait pemenuhan layanan kesehatan bagi perempuan dan anak dengan HIV/AIDS.

Kementerian PPPA juga memastikan pemenuhan akses atas Jaring Pengaman Sosial (JPS) seperti kebutuhan dasar perempuan dan anak rumah tangga miskin dan sangat miskin, maupun lansia dan penyandang disabilitas, khususnya program keluarga harapan (PKH). Selain itu, memberi bantuan pemenuhan kebutuhan bahan pokok, pelatihan dan keringanan pembayaran kredit bagi perempuan pelaku usaha mikro dan ultra mikro, yaitu peserta program Industri Rumahan, perempuan nasabah Mekaar dan perempuan kelompok dampingan Asppuk, Pekka.

Saat berbincang di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Sekretaris Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Yayah Ruchyati mengatakan perempuan memiliki peran yang penting dan strategis dalam menyehatkan dan memperkuat ketahanan keluarga selama pandemi Covid-19.

"Kenapa dibilang strategis? Perempuan tadi selain di rumah juga di kantor sangat mempunyai peran yang sangat penting," ujar Ruchyati di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa (21/04/2020).

Dalam hal ini perempuan memainkan peran ganda yang penting baik untuk menjaga keluarga, produktif di dunia pekerjaan termasuk dalam memberikan pelayanan sebagai tugas tenaga medis, mengedukasi keluarga dan masyarakat sekitar tentang Covid-19 dan upaya pencegahan penularannya.

Yayah menuturkan perawat di Indonesia lebih banyak dari kaum perempuan dan mewakili porsi 71 persen dari total perawat 359 ribuan. Begitu juga relawan non medis yang mana sebagian besar adalah perempuan.

Selain itu ada juga banyak pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang mayoritas merupakan perempuan. Hal itu sekaligus menunjukkan perempuan memainkan peran penting dan strategis.

Perempuan juga mampu menyelaraskan kehidupan dan tanggung jawab baik di keluarga, pekerjaan dan masyarakat.

Yayah mencontohkan apa yang dialaminya setelah sang suami wafat. Yayah secara mandiri bekerja keras membesarkan tiga orang anak sendirian. Bagi dia, orang tua tunggal bukan menjadi halangan dalam membesarkan anak.

"Itu bukan halangan bagi kami kami bisa membesarkan anak sendiri walaupun sebagai orang tua tunggal," tuturnya.

Yayah menuturkan di balik pandemi Covid-19 ini, ada hikmah yang bisa diperoleh yakni meningkatkan kedekatan dan keharmonisan keluarga. Ada lebih banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama anak karena arahan untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi COVID-19. Ibu berkreasi untuk membuat kondisi keluarga nyaman sehingga anak, suami dan angota keluarga lainnya merasa nyaman dan senang menghabiskan waktu di rumah.

Ibu rumah tangga juga menjadi lebih kreatif. Dia menuturkan ada ibu yang tadinya tidak pernah masak di rumah sekarang kembali ke dapur dan berkreasi dengan masakan. Ibu menyajikan makanan yang sehat, bergizi dan seimbang di rumah untuk membuat keluarga sehat.

Bagaimana suara dari garis depan penanganan virus corona? Dokter spesialis paru dr. Erlina Burhan berpesan bagi para tenaga kesehatan di mana pun harus tetap berperan sekecil apa pun dan di mana pun, yang pasti semua ini akan sangat berarti untuk bangsa dan negara di tengah pandemi Covid–19.

Erlina Burhan selaku dokter di RSUP Persahabatan Jakarta menambahkan bahwa dirinya sebagai seorang ibu ketika di rumah, selain harus mendampingi anak-anaknya, juga dituntut untuk mampu memberikan edukasi yang benar tentang kesehatan kepada seluruh anggota keluarga. "Begitu juga, ketika kita harus berada di tengah masyarakat sesuai dengan profesi yang dimiliki," jelasnya di BNPB.

Berdasarkan data yang ada menurut dr. Herlina hampir 80 persen tenaga perawat adalah perempuan dan juga untuk tenaga dokter jumlahnya seimbang, 50 persen perempuan dan 50 persen laki-laki. Khusus untuk tenaga perawat, perempuan mempunyai kemampuan yang sedikit lebih dalam mendekati para pasiennya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Rahmawati Husein pihaknya juga melakukan jejaring di masyarakat dengan mendampingi perempuan yang terpinggirkan, yang menggantungkan hidup dari kerja keras dan mereka yang berperan ganda.

"Di sisi lain, perempuan juga dalam kondisi rentan, untuk itu perlu mendapat dukungan dan asupan gizi yang baik dan memadai," imbuhnya.

Mereka berharap ketahanan dan keharmonisan keluarga semakin kuat setelah masa pandemi Covid-19 usai.(kemenPPPA/bnpb/Foto: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)