Konsorsium Riset Anak Bangsa Tangkal Corona

:


Oleh Kristantyo Wisnubroto, Rabu, 22 April 2020 | 02:32 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 674


Jakarta, InfoPublik - Pandemi virus corona telah merambah seluruh dunia. Di daratan Eropa dan Amerika Serikat, sebulan terakhir ini, jumlah orang terjangkit Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),  jauh melampaui kasus yang sama di Tiongkok.

Sementara di Negeri Tirai Bambu, asal mula virus berkecamuk, sudah berhasil dikendalikan. Era pemulihan sosial ekonomi pun telah berjalan. Bahkan, mereka sudah mengirimkan tim dokter dan bantuan alat-alat kesehatan (alkes) ke sejumlah negara terdampak paling parah. Alat pelindung diri (APD) maupun alat-alat kesehatan menjadi krusial bagi tenaga medis untuk menangani pasien Covid-19.

Sisi lain yang dilaporkan kantor berita CNN, 3 April 2020 adalah terjadi perang rebutan APD seperti masker dan baju hazmat. Konsekuensi logis dari lonjakan jumlah pasien Covid-19 yang tidak sebanding dengan suplai alkes, jumlah tenaga medis maupun obat-obatan.

Para pemimpin daerah di Perancis mengaku pesanan masker dan APD dari Tiongkok dibajak oleh pihak Amerika Serikat - dituding sebagai otoritas resmi maupun swasta AS. Dua kepala daerah Perancis, Sud dan Grand Est, mengklaim,"pihak AS telah membayar tiga sampai empat kali lipat pesanan APD mereka dari pemasok Tiongkok." Satu kargo seharusnya mendarat di Perancis, malah terbang ke Amerika. Itu pun mereka harus membayar lebih mahal dari tawaran AS untuk mendatangkan 2 juta masker awal April ini. Pihak Paman Sam tentu mengelak tudingan ini.

Wapres AS Mike Pence selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 telah menegaskan pihaknya telah menyetop pengiriman alkes ke luar Amerika dan memprioritaskan kebutuhan domestik. Menyikapi kondisi kritis ini, Perancis, Spanyol, Inggris, dan Jerman sepakat untuk menggenjot produksi APD domestik demi mencukupi kebutuhan mereka sendiri.

Berdayakan Sumber Daya Sendiri

Bagaimana Indonesia? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa sekarang ini ada 213 negara yang terkena pandemi virus corona dan semua negara memperebutkan untuk memperoleh alat-alat kesehatan yang dibutuhkan untuk penanganan Covid-19.

"Dan untuk itu kita harus melihat kembali seluruh potensi sumber daya yang kita miliki di negara kita, terutama industri dalam negeri kita dalam memproduksi alat-alat kesehatan yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19," ujar Presiden saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Optimalisasi Industri Dalam Negeri untuk Penanganan Covid-19, Rabu (15/04/2020).

Berkaitan dengan industri bahan baku, obat, farmasi, fitofarmaka, APD, maupun industri masker atau yang berkaitan dengan ventilator, Presiden Jokowi menekankan empat hal.

Pertama, Presiden Jokowi meminta agar kementerian terkait mengatur betul manajemen kegiatan ekspor dan kebutuhan di dalam negeri terkait APD dan alkes ini.

Kedua, kementerian terkait perlu memberikan relaksasi proses perizinan industri APD dan alkes ini. Standar medis tetap dipenuhi namun jangan sampai mempersulit industri.

Hal lainnya adalah pemerintah menjamin ketersediaan bahan baku serta insentif fiskal bagi UMKM yang memproduksi barang-barang alkes.

Dukungan dari industri tentu saja belum cukup. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek BRIN) sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga telah membentuk konsorsium riset teknologi untuk penanganan Covid-19.

Konsorsium tersebut beranggotakan lembaga-lembaga penelitian yang ada di bawah koordinasi Kemenristek seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Litbangkes).

Konsorsium tersebut juga melibatkan sektor dunia usaha khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan swasta, dan perusahaan rintisan (start up) di bidang teknologi kesehatan yang diajak untuk membantu dalam memproduksi berbagai produk.

"Dari konsorsium tersebut kami menyusun rencana kerja yang difokuskan dalam rangka membantu mencegah, mendeteksi dan merespons secara cepat penyakit Covid-19 melalui riset dan inovasi di bidang pencegahan seperti vaksin dan suplemen, kemudian screening, diagnosis, pengobatan, dan teknologi alat kesehatan terkait Covid-19," kata Menristek Bambang Brodjonegoro.

Adapun Konsorsium memiliki skala prioritas jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Jangka pendek yaitu meningkatkan imunitas tubuh terutama penelitian yang terkait dengan tanaman herbal serta pengembangan APD maupun dukungan langsung kepada masyarakat seperti cairan pembersih tangan maupun mesin cuci tangan.

Selain itu, LIPI sedang melakukan pelatihan tenaga laboratorium untuk penanganan Covid-19, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan siar pesan pendek terkait kampanye jaga jarak dan dilarang mendeka (physical distancing). Adapun Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) menyediakan wisma tamu berkapasitas 100 kamar untuk para tenaga medis di wilayah kota Tangerang Selatan.

Kemudian untuk jangka menengah, kata Menristek, Konsorsium akan fokus pada penyediaan peralatan tes cepat (rapid test kit) baik yang bersifat deteksi awal maupun deteksi akhir, pengembangan suplemen, multivitamin, immune modulator dari berbagai tanaman Indonesia serta pengembangan robot layanan smart infusion palm, pengembangan ventilator serta pengembangan lainnya.

Secara jangka panjang, kata Bambang Brodjonegoro, konsorsium tersebut turut mengembangkan vaksin dari Covid-19. Indonesia merupakan salah satu dari negara Asia yang mampu memproduksi vaksin untuk kebutuhan dunia selain India.

Menyangkut pengujian pasien yang diduga mengidap Covid-19, Kemenristek/BRIN bersama Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman senantiasa mendukung Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Litbangkes) mempercepat tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Para tenaga lab LBM Eijkman sudah bekerja 24 jam dalam sehari dan sedikitnya menguji 180-270 spesimen melalui PCR. Seiring dengan bertambahnya kapasitas alat dan laboratorium, tidak hanya untuk LBM Eijkman namun juga laboratorium medis di RS rujukan, universitas maupun lembaga penelitian.

Syarat untuk pengujian spesimen kasus Covid-19 tersebut, laboratorium harus memenuhi Laboratorium level Biosafety Lab 2 (BSL-2), maupun BSL-3.
Sejumlah lembaga seperti LIPI dan Kampus IPB sudah Laboratorium BSL-3 dan BSL-2. Untuk menambah kapasitas tenaga pemeriksaan PCR, maka LIPI melakukan pelatihan terhadap relawan yang bersedia menjadi tenaga ahli di laboratorium minimum level BSL-2. "Pelatihan dilakukan di laboratorium BSL-3 LIPI yang ada di Cibinong Bogor," kata Bambang Brodjonegoro.

Kegiatan pelatihan bertajuk "Indonesia Memanggil" telah diminati oleh sekitar 800 orang ketika pendaftaran dibuka. Diharapkan seiring dengan penambahan tenaga lab, kapasitas mesin PCR laboratorium, reagen, dan VTM kit mampu meningkatkan jumlah pemeriksaan menjadi 10.000 sampel per hari dalam beberapa minggu ke depan. Sampai 17 April 2020 jumlah spesimen pasien terduga Covid-19 sudah mencapai 40.000 orang. Peningkatan signifikan dari hanya jumlah 10.000-an dalam seminggu terakhir.

Siap Produksi

Satu hal, beberapa purwarupa ventilator portabel buatan anak bangsa sedang diuji di Badan Pengujian Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes . Ventilator portabel tersebut dibuat di bawah kendali Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai salah satu anggota dari BRIN.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa ventilator portabel yang dikembangkan oleh konsorsium riset dan inovasi Covid-19 masih diuji oleh Kementerian Kesehatan.

"Rencananya minggu ini selesai pengujian di Kemenkes dan kemudian masuk produksi di mana dua perusahaan sudah siap produksi," kata Bambang Brodjonegoro seusai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Rabu (15/4/2020).

Adapun, dua perusahaan yang siap memproduksi ventilator tersebut ialah PT Len Industri (Persero) dan PT Poly Jaya Medikal.

Menristek menjelaskan bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki kapasitas produksi masing-masing 100 unit ventilator portabel per minggu di masing-masing pabrik.

"Jadi, diharapkan pada 25 April nanti kita mudah-mudahan bisa mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia yang dibuat oleh PT Len dan Poly Jaya yang didesain oleh tim yang dipimpin BPPT," ujarnya.

Selain ventilator yang dikembangkan oleh tim yang dipimpin BPPT, dia mengungkapkan bahwa ada 15 usulan pengembangan ventilator lainnya yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun dari masyarakat dan swasta. ITB, Unpad dan ITS merupakan beberapa kampus yang telah menyiapkan purwarupa ventilator.

Adapun, mengenai produksi test kit Covid-19 di dalam negeri, Menristek menambahkan sejumlah produsen dalam negeri sedang menyiapkan ada dua test kit yang berbasis PCR maupun rapid test. Untuk rapid test diharapkan enam minggu dari tanggal 15 April sudah bisa diproduksi massal hingga 100 ribu unit.

Alat tes cepat deteksi virus corona itu merupakan hasil kerja sama dari BPPT, Universtas Gadjah Mada yang kemudian diproduksi oleh PT Hematika di Yogyakarta. Jumlah 100 ribu bukan yang terakhir. Mereka nanti memproduksi dalam jumlah yang lebih besar lagi dalam rangka penanganan Covid-19.

"Untuk yang PCR, ini kerja sama antara BPPT dengan startup Nusantics dan PT Biofarma. Rencananya pengujian di BPOM dan Kementerian Kesehatan, dan setelahnya tentunya akan dilakukan produksi yang akan dilakukan oleh PT Biofarma,” urai Kepala BRIN.

Dengan demikian, tidak lama lagi Indonesia akan punya PCR test kit yang basisnya adalah virus yang merupakan transmisi lokal atau sebaran virus Covid-19 yang melanda Indonesia jadi bukan yang berasal dari luar. Tentunya diharapkan bisa meningkatkan akurasi dari pengujian PCR tersebut.

Adanya dua produk tersebut, menurut Menristek, tentunya tujuan akhirnya adalah mengurangi ketergantungan terhadap impor alkes maupun obat yang saat ini sangat dominan di Indonesia. Kolaborasi Kemenristek, Kemenperin, Kementerian BUMN, dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19/BNPB sebagai penjuru pelibatan semua elemen masyarakat menjadi fondasi dalam pengadaan alkes ini. Tujuannya agar wabah Corona segera berlalu. (ris/BNPB/setkab/Caption: Pegawai menggarap masker medis di pabrik alkes PT Multi One Plus di Bogor ANTARA FOTO Yulius Satria WijayaANTARA FOTO/Abriawan Abhe)