Menristek/Kepala BRIN Apresiasi Inovator Jembatan Lengkung LRT

:


Oleh R Nuraini, Selasa, 7 Januari 2020 | 18:49 WIB - Redaktur: Admin - 263


JPP, JAKARTA - Inovasi teknologi Jembatan Lengkung Panjang (Long Span) Light Rail Transit (LRT) Kuningan menjadi perhatian khusus Menteri Riset danTeknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.

Menristek Bambang mengatakan Kemenristek/BRIN selaku pembina riset dan inovasi di Indonesia, mengapresiasi dan mendukung Inovasi teknologi Jembatan Lengkung Panjang (Long Span) LRT Kuningan hasil karya Arvilla Delitriana (Dina) yang berdampak langsung pada masyarakat. Menurutnya hal ini membuktikan kemampuan Indonesia di tengah urgensi pembangunan infrastruktur.

“Ibu Dina selaku inovator yang merupakan seorang ahli jembatan dari Fakultas Teknik Sipil ITB menemukan desain jembatan lengkung untuk LRT yang pas untuk menyelesaikan permasalahan perlintasan di atas perempatan kuningan yang memiliki kerumitan struktur. Kami senang putri Indonesia comes up dengan inovasi yang berdampak signifikan,” jelas Menteri Bambang pada jumpa pers, di Jakarta, Senin (6/1/2020).

Perempatan kuningan memiliki arus lalu lintas yang ramai dan sibuk, namun sudah ada struktur jalan lain. Seperti jalan tol lingkar dalam, flyover jalur arteri, perempatan Kuningan yang sangat sibuk, underpass mampang menuju kuningan.

Bentangan LRT yang sifatnya lengkung tersebut panjangnya sekitar 148 meter merupakan yang terpanjang di Indonesia. Supervisor konsultan projek ini dari Jepang menyetujui bahkan mengapresiasi inovasi tersebut. Desain tersebut sudah dicek dan disertifikasi Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan dari Kementerian PUPR dan telah disetujui konsultan internasional untuk pembuatan lintasan LRT.

Menteri Bambang mengaku, konsultan Jepang selaku supervisor proyek ini yang tadinya ragu, namun kemudian menyetujui dan memberikan apresiasi. Menteri Bambang menyampaikan inovasi ini mengalahkan 3 metode konstruksi bentang panjang yang diusulkan oleh perancang dari Perancis. Ketiga metode itu dianggap sulit karena harus menambah tiang penyangga di tengah jembatan.

Arvilla Delitriana, mengaku ‘Jembatan Lengkung Panjang’ merupakan inovasi dari jembatan-jembatan yang sebelumnya sudah pernah ia kerjakan. Ia menjelaskan proses pembangunan Long Span memang harus dilakukan super hati-hati, sebab di bawahnya terdapat beberapa ruas jalan termasuk jalan tol.

“Jembatan ini lokasinya paling sulit dan tantangannya paling besar. Saya mengusulkan suatu struktur yang paling panjang untuk struktur lengkung. Berkat kerjasama dan kepercayaan dari Adhikarya bahwa kami bisa mendesain sehingga PT Adhikarya bisa melaksanakan dengan baik,” ujarnya.

PT Adhikarya selaku developer mempunyai konsultan internasional untuk pembuatan lintasan LRT ini. Usulan dari konsultan intinya sangat sukar diimplementasikan karena satu ada yamg membutuhkan lahan yang sangat luas, lainnya harus dengan membangun kolom tambahan yang jika dilihat dari segi konstruksi sangat berisiko. (ris)