- Oleh MC KOTA BANDA ACEH
- Senin, 23 Desember 2024 | 22:03 WIB
:
Oleh MC KOTA BANDA ACEH, Senin, 23 Desember 2024 | 18:06 WIB - Redaktur: Juli - 79
Jantho, InfoPublik – Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menggelar acara Malam Renungan 20 Tahun Tsunami yang berlangsung di Kompleks Masjid Rahmatullah, Gampong Lampuuk, Aceh Besar, Jumat (20/12/2024).
Acara ini dihadiri oleh Pj Gubernur Aceh Safrizal bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Plt Sekda Diwarsyah, serta seluruh Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA). Selain itu, juga hadir unsur Forkopimda Banda Aceh dan Aceh Besar serta para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Kegiatan yang penuh khidmat ini diisi dengan tausiah, samadiah, dan doa untuk korban tsunami yang dipimpin oleh ustaz Zul Arafah.
Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan pemberian santunan kepada anak yatim yang terdampak oleh bencana tersebut.
Kepala Disbudpar Aceh yang juga Pj Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal sebagai ketua panitia mengungkapkan bahwa Aceh memiliki memori mendalam terhadap bencana besar yang tidak hanya mengguncang provinsi yang dijuluki Serambi Mekkah, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam di dunia. Ia menekankan bahwa memori tersebut bukan hanya kenangan semata, tetapi merupakan pelajaran, ilmu, dan hidayah dari Allah SWT yang harus diambil sebagai pembelajaran untuk masyarakat Aceh agar tetap waspada dan peduli terhadap potensi bencana.
Almuniza Kamal menegaskan, langkah siaga saat ini, tidak hanya mengenang sebuah bencana, tetapi juga saling berbagi pengalaman bencana sebagai cara agar kita mampu selamat, bertahan, dan bangkit dari dampak bencana.
Ia juga menyebutkan bahwa Masjid Rahmatullah menjadi saksi sejarah bagaimana Allah SWT memperlihatkan kuasanya. Banyak keluarga yang kehilangan sanak saudara, anak-anak yang menjadi yatim piatu, dan hidup yang berubah drastis setelah bencana tsunami tersebut. Namun, menurutnya, peristiwa ini mengajarkan masyarakat untuk bersabar, bersyukur, dan mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Setelah 20 tahun berlalu, Almuniza mengingatkan bahwa setiap individu yang hadir pada malam itu, termasuk para peserta yang hadir, mungkin merupakan saksi hidup dari tragedi tersebut. “Kita semua telah menjalani lika-liku kehidupan pasca-tsunami. Kita bangkit, kita maju, dan kita belajar banyak dari apa yang telah Allah berikan kepada kita,” ujarnya.
Almuniza Kamal menambahkan bahwa pengalaman tersebut harus dijadikan ilmu yang dapat diteruskan kepada generasi berikutnya sebagai pembelajaran agar kesiapsiagaan terhadap bencana tetap melekat dalam diri setiap masyarakat. Ia juga mengajak semua pihak untuk terus berdoa demi kebaikan bersama.
Malam Renungan 20 Tahun Tsunami Aceh ini diharapkan dapat menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya, sebagai bentuk penghormatan dan kenangan terhadap keluarga, saudara, kerabat, dan orang tua yang telah meninggal dalam bencana tersebut. Melalui kegiatan ini, diharapkan rasa kebersamaan dan kewaspadaan terhadap bencana akan terus terjaga di hati masyarakat Aceh.
Sementara Pj Gubernur Aceh, Safrizal dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat untuk terus berdoa kepada yang maha kuasa agar selalu diberi perlindungannya.
Safrizal mengatakan, momentum peringatan tsunami harus senantiasa menjadikan masyarakat Aceh lebih waspada akan risiko dari bencana.
Dia mengatakan bencana tidak bisa dihindari, tapi dengan pengetahuan mitigasi setidaknya masyarakat dapat meminimalisir risiko dari bencana tersebut.
“Pelajaran yang bisa kita petik, misalnya kita tinggal di tepi pantai, tentu kita harus pandai-pandai membaca gejala untuk kemudian dapat mengambil langkah-langkah agar dapat terhindar dari bencana,” ujar Pj Gubernur Aceh.
Ia kemudian mengajak seluruh masyarakat yang hadir pada acara tersebut untuk bersama-sama mengirimkan doa untuk korban dari peristiwa dahsyat yang telah meluluhlantakkan Aceh dua dekade lalu.