: Pemilihan Penatua dan Diaken untuk periode 2025-2030 di Gereja Protestan Maluku (GPM) yang berlangsung serentak pada 4 November 2025 di berbagai jemaat di Maluku dan Maluku Utara berjalan dengan lancar Kamis.(7/11/2024).
Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Kamis, 7 November 2024 | 17:06 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 97
Ambon, InfoPublik – Pemilihan Penatua dan Diaken untuk periode 2025-2030 di Gereja Protestan Maluku (GPM) yang berlangsung serentak pada 4 November 2025 di berbagai jemaat di Maluku dan Maluku Utara berjalan dengan lancar Kamis.(7/11/2024).
Salah satu jemaat yang mencuri perhatian adalah Jemaat GPM Wayame di Klasis Pulau Ambon Utara, yang mengadopsi sistem digital berbasis web dalam proses pemilihan.
Meskipun menggunakan pendekatan digital, pemilihan ini tetap mengikuti petunjuk teknis (juknis) yang ditetapkan oleh Sinode GPM. Kehadiran Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM juga turut mendukung pelaksanaan pemilihan ini dengan melakukan kunjungan ke beberapa jemaat di Klasis Kota Ambon, Klasis Pulau Ambon, Klasis Pulau Ambon Timur, dan Klasis Pulau Ambon Utara.
Inovasi Digital dalam Pemilihan
Jemaat GPM Wayame berinovasi dengan melibatkan anggota jemaat yang berkompeten di bidang informatika untuk merancang sistem berbasis web bagi pemilihan Penatua dan Diaken. Ketua Majelis Jemaat GPM Wayame, Pendeta L. Laisila, menjelaskan bahwa ide ini muncul dari panitia yang memiliki keahlian dalam pengembangan sistem web. Setelah melakukan beberapa kali simulasi internal, ide tersebut disampaikan kepada pimpinan Klasis dan Sinode GPM, yang akhirnya memberikan izin untuk melaksanakan pemilihan dengan sistem digital.
“Kami melakukan simulasi sebanyak dua kali di internal panitia dan jemaat. Pada simulasi ketiga, kami mengundang perwakilan Klasis, MPH Sinode, dan Media Center,” kata Pendeta Laisila. Ia menambahkan bahwa pemilihan berbasis web ini lebih efisien dari segi waktu, tenaga, dan biaya.
Penggunaan Kartu Elektronik dan Layar Sentuh
Sistem pemilihan berbasis web ini menggunakan kartu elektronik yang menggantikan penggunaan kertas suara. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya pencetakan kertas suara, tetapi juga mempermudah jemaat dalam memberikan suara mereka melalui layar sentuh. Benhard Matheis, anggota panitia sekaligus perancang sistem, mengungkapkan bahwa meskipun prosesnya berbasis digital, jemaat tetap melakukan pemilihan di bilik suara dan menggunakan kotak suara, seperti pada pemilihan konvensional.
"Sistem berbasis web ini dirancang agar dapat dioperasikan dengan perangkat sederhana, sehingga biaya operasionalnya dapat ditekan seminimal mungkin. Data jemaat yang digunakan bersumber dari MSIPT," jelas Matheis.
Pendampingan bagi Jemaat
Untuk memastikan kelancaran proses pemilihan, panitia juga menyediakan simulasi dan video tutorial untuk jemaat. Selain itu, bagi jemaat yang mengalami kesulitan dalam penggunaan sistem, panitia menyiapkan pendampingan selama proses pemilihan berlangsung.
Seorang Warga Gereja Senior (WGS) menyatakan bahwa penggunaan sistem digital ini sangat memudahkan. “Kalau manual itu ribet, tapi dengan website ini lebih mudah, seperti menggunakan HP,”ujarnya.
Harapan untuk Masa Depan
Pendeta Laisila berharap bahwa inovasi ini dapat menjadi contoh untuk jemaat-jemaat lain dalam memanfaatkan teknologi digital untuk pelayanan gereja. “Kita sudah berada di era digital, jadi kita harus bisa memanfaatkannya untuk kepentingan pelayanan,” tambahnya.
Dengan pendekatan ini, Jemaat GPM Wayame berharap dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, serta mempermudah proses pemilihan bagi jemaat, sekaligus memberikan contoh bagi gereja-gereja lain dalam memanfaatkan kemajuan teknologi.(Mc.GPM/Eyv)