- Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU
- Sabtu, 30 November 2024 | 11:44 WIB
: Rayakan Kemerdekaan RI di Perbatasan, Para Dokter Bersama Yayasan INA GPM GPM AMA Mengabdi -Foto:Mc.GPM
Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Minggu, 18 Agustus 2024 | 03:05 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 275
Ambon, InfoPublik - Untuk melayani masayarakat Indonesia di perbatasan negara, para dokter bersama Yayasan Ina Ama Sinode GPM melakukan aksi pengobatan gratis selama tiga hari (15-17/8/2024).
Untuk melayani masayarakat Indonesia di perbatasan negara, para dokter bersama Yayasan Ina Ama Sinode GPM melakukan aksi pengobatan gratis selama tiga hari (15-17/8/2024). Tidak tanggung-tanggung, dalam tiga hari itu masyarakat yang dilayani berjumlah 2.323 orang dan dilayani di tiga tempat, yaitu Gereja Eliora Jemat GPM Tiakur (15/8/2024), Jemaat GPM Kaiwatu, P. Moa (16/8/2024) dan Lapangan Kalwedo Kota Tiakur, bertepatan dengan perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia (17/8/2024).
Para dokter tersebut adalah dr. Johan S. Norimarna (dokter umum), dr. Lita A. Tarumaseley (dokter umum), dr. Jansye C. Pentury (dokter spesialis penyakit dalam), dr. Rodrigo Limmon (dokter spesialis THT), dr. Sophia Sri W. Djoko (dokter spesialis anak), drg. Vonny B. Leatemia (dokter gigi), drg. Saartje Pattinama (dokter gigi), dr. Saphira Evani (dokter spesialis mata), dr. Laura B.S. Huwae (dokter spesialis saraf) dibantu tenaga kesehatan yaitu Petra Vian Paul, Ny. S. Sahulata dan Natalia M. Ferdinandus, serta staf Yayasan Rudy Helyanan dan Pdt. Dessy Aipassa-Maspaitella.
Dengan datang dan melayani secara langsung di perbatasan negara atau beranda depan negara Kesatuan Republik Indonesia, mereka telah mengabdikan diri kepada masyarakat, dan turut mengisi kemerdekaan RI dengan pelayanan nyata.
Ketua Yayasan Ina Ama Sinode GPM, Pieter Saimima mengatakan para dokter ini luar biasa, sebab mau meninggalkan tugas-tugas di Kota Ambon hanya untuk melayani masyarakat di pulau-pulau yang jauh dalam semangat kemerdekaan, itu adalah wujud dari panggilan kemanusian yang tinggi dan ditunjukkan oleh para dokter.
Bagi para dokter sendiri, seperti disampaikan dr. Lita A. Tarumaseley, sebagai koordinator, dalam dua hari sebelum aksi pengobatan, ia sudah tiba di Tiakur untuk melakukan kordinasi pengobatan. Dirinya merasakan bahwa masyarakat masih memerlukan pengobatan secara intensif, apalagi di daerah pelosok atau pulau yang jauh dan sulit dijangkau karena armada transportasi dan keadaan cuaca atau gelombang laut. Karena itu pilihan untuk datang ke tempat ini (Pulau Moa, red) adalah pilihan tepat dan kena pada sasaran secara langsung.
Bagi dr. Rodrigo Limmon, pelayanan seperti ini menolong dalam dua hal. Pertama, masyarakat bisa berobat secara gratis dan dilayani sesuai dengan keluhan masing-masing, tetapi yang kedua, bermanfaat sebab para dokter bisa datang dan menjumpai mereka. Karena mereka jauh dari pusat kesehatan yang memadai, apalagi dengan berada di perbatasan negara, maka kami (para dokter, red) sudah bisa menghadirkan pelayanan negara dan panggilan profesi dokter secara langsung.
Dalam semangat itu, dr. Jansye Pentury bahkan berharap agar ada fasilitasi dan sinergitas pemerintah dengan gereja dalam hal ini Sinode GPM untuk bisa menjangkau pulau-pulau yang lain juga. Merdeka. Kalwedo!(Mc.GPM/Eyv)