:
Oleh MC KAB AGAM, Senin, 29 April 2024 | 13:14 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 100
Agam, InfoPublik - Desa Wisata Lawang, Kabupaten Agam, menyimpan banyak daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Tahun lalu, Desa Wisata Lawang keluar sebagai juara satu Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kategori Homestay dan Toilet Umum.
Nagari Lawang dinilai memiliki standar kualitas pelayanan homestay yang baik serta melestarikan desain arsitektur budaya lokal dan toilet yang mampu memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kenyamanan wisatawan.
Namun tahukah apa saja yang menjadi daya tarik Desa Wisata Lawang? Simak ulasan berikut ini yang kami himpun dari berbagai sumber.
Pertama, Desa Wisata Lawang berada di dataran tinggi, tepatnya di ketinggian 1.250 mdpl. Dengan letaknya yang tinggi ini, Nagari Lawang memliki suhu dingin dan curah hujan tinggi. Luas desa wisata ini mencapai 16,69 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 3.972 jiwa.
Untuk tambah informasi, Desa Wisata Lawang terdiri dari enam jorong, atau wilayah. Meliputi, Jorong Lawang Tuo, Jorong Batu Basa, Jorong Katapiang, Jorong Gajah Mati, Jorong Pabatuangan, dan Jorong Buayan.
Kedua, Desa Wisata Lawang merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan Danau Maninjau yang berada di Kabupaten Agam. Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang berada di ketinggian 461,50 mdpl.
Danau Maninjau merupakan sebuah kaldera dari letusan besar gunung api yang menghamburkan kurang lebih 220–250 kilometer kubik material.
Jika ingin menikmati pemandangan Danau Maninjau, wisatawan bisa berkunjung ke Lawang Adventure Park atau Lawang Park. Dari lokasi ini, wisatawan dapat melihat keindahaan Danau Maninjau dari ketinggian serta bukit -bukit di sekitarnya.
Ketiga, di Desa Wisata Lawang banyak terdapat kilang tebu tradisional dimana kerbau menjadi penggeraknya. Tebu merupakan komoditas utama Desa Wisata Lawang, sejak zaman Belanda. Sebagian masyarakat desa menggantungkan hidup dengan mengolah tebu.
Uniknya, Desa Wisata Lawang memiliki kilang tebu tradisional guna mengolah tebu menjadi gula merah atau yang dikenal sebagai saka tabu, berdasarkan informasi dari website Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Pengolahan tebu tradisional tersebut memanfaatkan tenaga kerbau untuk menggiling tebu. Caranya, mata Kerbau ditutupi dengan tempurung kelapa dan kain agar kerbau tersebut mau berjalan. (MC Agam/Depit)