:
Oleh MC KAB SLEMAN, Selasa, 23 Januari 2024 | 14:02 WIB - Redaktur: Tobari - 110
Sleman, InfoPublik - Bertempat di Dusun Tegalweru, Kalurahan Margodadi, Kapanewon Seyegan, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan kegiatan Sosialisasi Pemilahan Sampah yang merupakan salah satu Program Kerja (Proker) dari KKN Tematik Kelompok 007.
Kegiatan digelar pada hari Senin (22/1/2024) di rumah Bapak Dukuh Tegalweru dan dihadiri oleh tokoh masyarakat dari 4 RT yang berjumlah 40 orang dari unsur pengurus RT/RW, Kader kesehatan, KWT dan Pemuda/Karang Taruna.
Ketua Kelompok 007 KKN UMY, Muh. Fadel Narendra yang menyampaikan bahwa maksud dari kegiatan sosialisasi pemilahan sampah adalah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat sekaligus menstimulasi warga untuk peduli dengan pengelolaan sampah.
“Kegiatan ini dipilih sebagai bentuk fasilitasi kepada warga setempat yang sangat membutuhkan kegiatan tersebut. Meskipun secara umum tema dari KKN UMY tahun 2024 adalah Kebangkitan Ekonomi dan Pemilu,” ungkap Fadel.
Bondy Akbar Wibowo, Dukuh Tegalweru dalam sambutannya menyampaikan dengan sosialisasi pengelolaan sampah ini diharapkan kepedulian warga semakin meningkat terhadap sampah dan sebagai penyegaran kembali kepada Pengurus Bank Sampah yang sudah pernah terbentuk beberapa tahun yang lalu.
Sutarto Agus Raharjo, Praktisi pengelolaan sampah yang menjadi nara sumber pada kegiatan tersebut, diawal paparannya menyampaikan bahwa sampah akan terus menjadi masalah karena pada dasarnya manusia adalah produsen sampah. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mereduksi timbulan sampah di tingkat sumbernya.
Lebih jauh, Sutarto menyampaikan tentang regulasi dalam pengelolaan sampah termasuk difinisi sampah sampai denda yang harus diberikan kepada siapapun yang melanggar hukum berkaitan dengan pengelolaan sampah yang tidak benar.
“Jenis-jenis sampah dalam 2 kelompok besar yaitu sampah organik dan anorganik menjadi bahan pengelolaan sampah termasuk dalam menentukan skema pengelolaannya. Apakah dilakukan dengan skema Bank Sampah atau Sedekah Sampah,” jelas Sutarto.
Pada dasarnya, Tegalweru sudah pernah mempunyai kelompok Bank Sampah, namun dalam perjalannya mengalami kemacetan dan tidak berkegiatan lagi. “Sehingga perlu kiranya dilakukan refreshing kepada pengurus untuk dihidupkan kembali katena sampah menjadi permasalahan yang tidak akan pernah selesai,” imbuhnya.
Sutarto juga mendukung gerakan 5 M yaitu mengurangi timbulan sampah, menggunakan kembali sampah, mendaur ulang sampah, memilah sampah dan menabung/menyedekahkan sampah.
Dua konsep pengelolaan sampah baik Bank sampah maupun sedekah sampah sama-sama mensyaratkan pemilahan sampah. “Untuk itu kata kunci pemilahan ini menjadi kegiatan yang inovatif sebagai bentuk rekayasa sosial karena ada perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat,” ujar Sutarto.
Diakhir paparannya, Sutarto mengingatkan ada tantangan yang harus dihadapi di waktu mendatang yaitu tentang keberlanjutan, perlunya study tiru, inovasi pengelolaan sampah, kelembagaan dan peran natural leader atau tokoh masyarakat sebagai panutan dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan forum tanya jawab.
Pada kesempatan tersebut, Kelompok 007 KKN UMY ini juga memberikan stimulan 40 ember untuk sampah organik kepada peserta yang hadir sekaligus berpesan untuk menempatkan tokoh masyarakat sebagai change agent/agen perubahan dalam pengelolaan sampah.
Sebagai bentuk pendampingan, mahasiswa KKN akan monitoring penggunaan ember tersebut kepada warga yang mendapatkannya. (Sutarto Agus/KIM Seyegan/toeb)