- Oleh MC KAB MALINAU
- Senin, 25 November 2024 | 22:18 WIB
: Pj. Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo menabur bunga di Jembatan Sungai Progo, Jumat (10/11/2023).Foto:Mc.Temanggung
Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Sabtu, 11 November 2023 | 14:11 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 163
Temanggung, InfoPublik - Peringatan Hari Pahlawan di Kabupaten Temanggung, menjadi momentum sangat penting bagi seluruh masyarakat. Pasalnya, di Jembatan Sungai Progo pada masa agresi militer ke-2 menjadi saksi bisu pembantaian ribuan pejuang RI oleh tentara NICA (Netherlands Civil Administration) Belanda.
Untuk mengenang peristiwa pilu itu, setiap 10 November selalu digelar ritual doa dan tabur bunga di sisi Jembatan Sungai Progo di perbatasan Temanggung-Kranggan ini. Adapun pembantaian itu terjadi pada kurun waktu tahun 1948-1949. Saat itu, Belanda ingin kembali menancapkan penjajahannya di Indonesia, namun mendapat perlawanan sengit tentara dan rakyat yang tidak mau dijajah lagi.
Pj. Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo mengatakan rombongan Forkopimda melakukan tabur bunga di atas Jembatan Sungai Progo untuk menghormati ribuan pejuang dan rakyat Indonesia yang menjadi korban kekejaman tentara NICA Belanda. Para pejuang meninggal secara tragis, dengan cara dipenggal kepalanya, tubuhnya diberondong peluru kemudian jasadnya di buang di aliran Sungai Progo.
"Tabur bunga di Jembatan Progo ini untuk menghormati pejuang dan rakyat yang menjadi korban kekejaman penjajah Belanda. Ada ribuan korban, sumber dari pelaku sejarah bernama Saleh yang selamat dari peristiwa itu mengatakan, lebih dari 1.300 orang dibantai tentara Belanda," katanya, Jumat (10/11/2023).
Peristiwa itu, kata, pejuang RI yang sempat ditangkap dan ditawan Belanda di sebuah penjara di Kota Temanggung, yang saat ini menjadi Kantor Kesbangpol Temanggung. Setiap malam satu persatu tahanan usai menjalani penyiksaan dengan cara kaki di gantung, kepala di bawah lalu dipukul menggunakan selang, mereka dibawa ke Jembatan Progo untuk di ekskusi.
Sampai akhirnya, tiba giliran Saleh, dibawa ke Jembatan Progo.Sebelum ia dipenggal kepalanya menggunakan parang dan moncong senjata terarah padanya, ia menyampaikan permintaan terakhirnya untuk berdoa yang kemudian dikabulkan oleh serdadu Belanda. Ternyata itu hanya siasat Saleh untuk lolos dari maut. Benar adanya, dalam hitungan detik saat tentara Belanda lengah ia pun melompat ke alur Sungai Progo yang saat itu meluap.
Berondongan peluru pun menghujam memburu tubuh Saleh di kegelapan malam. Takdir Tuhan ternyata lain, ia selamat dari amukan serdadu NICA, meski sempat terseret arus sungai lebih dari 3 kilometer. Pada pagi harinya ia berhasil diselamatkan oleh dua remaja pencari rumput di dekat sungai dalam keadaan pingsan.
Saleh menyebut saat keluar dirinya harus menandatangani berkas, di nomor urut 1.390, padahal di dalamnya masih banyak tahanan. Setiap tahanan yang dibawa keluar tidak pernah kembali lagi, karena telah dieksekusi di Jembatan Progo.
Sumber lain beberapa tahun lalu, mantan pejuang bernama Bambang Poernomo menyebut korban pembantaian Belanda mencapai 1.600 orang, lalu Endang Ruganika putri mantan KSAD Mayjend Bambang Sugeng menyebut korban mencapai 1.700 orang.
"Melalui ritual tabur bunga ini untuk pengingat generasi penerus, bahwa kemerdekaan itu diperoleh dengan pengorbanan jiwa raga para pahlawan. Mereka rela menjadi martir mempertahankan kemerdekaan. Maka mari kita doakan agar arwah mereka diterima di tempat terbaik di sisi-Nya,"tambahnya. (MC.TMG/ary;ekp/eyv)