Komunitas Literasi Yogyakarta Upayakan Digitalisasi Tradisi Lisan

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Senin, 25 September 2023 | 14:33 WIB - Redaktur: Tobari - 27


Sleman, InfoPublik - Guna melestarikan dan memelihara salah satu sumber sejarah berupa tradisi lisan yang merupakan warisan budaya tak benda di tengah masyarakat, maka Komunitas Literasi Yogyakarta mengupayakan adanya digitalisasi narasi tradisi lisan melalui inisiasi lokakarya pendokumentasian tradisi lisan yang digelar di Pendhapa Njero Kotagede, Yogyakarta, Sabtu (23/9/2023).

Lokakarya yang mengangkat tema ‘Menjaga Tradisi Lintas Generasi’ menghadirkan narasumber Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Jurusan Sastra Nusantara, Dr. Daru Winarti, dan Peneliti Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Transpiosa Riomandha, M.A, serta Dr. Ratun Untoro, M.Hum selaku Pegiat Tradisi Lisan sekaligus Ketua Asosiasi Tradisi Lisan.

Menurut Ketua Panitia Lokakarya Tradisi Lisan, Samantha Aditya Putri bahwa pihaknya menggandeng  Balai Pelestarian Kebudayaan  Wilayah X yang mengampu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, dengan Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama) yang diikuti sebanyak 30 peserta.

Dari berbagai komunitas masyarakat termasuk Paguyuban Sastra Budaya Jawa (Pasbuja) Kawi Merapi Kabupaten Sleman untuk menghasilkan karya tulis tradisi lisan yang didokumentasikan dalam bentuk e-book bunga rampai menjaga tradisi lintas generasi.

“Peserta lokakarya yang dibagi dalam dua kelompok ini bertujuan untuk melatih kemampuannya dalam menulis naskah tradisi lisan, mengupayakan digitalisasi kebudayaan, serta mempublikasikan tradisi lisan berupa buku sebagai sarana literasi masyarakat,” tutur Samantha.

Di samping menerima paparan materi dari seluruh narasumber yang mencakup pengantar tradisi lisan, teknik observasi masyarakat, dan teknik pendokumentasian, para peserta pun melakukan Funtrip didampingi Budayawan Kotagede Natsir Dabey, dan Pemandu Museum Kotagede, Devita berkeliling di seputaran Kotagede.

Dengan berjalan kaki mengunjungi lokasi bersejarah diantaranya Masjid Perak Kotagede,  Rumah produksi makanan khas Kotagede (Kipo dan Kembang Waru), Rumah Pesik, Omah Indhise, Rumah Adat Joglo Agung Luthfi, Kampung Wisata Purbayan, Masjid Gede Mataram, Makam Raja-Raja Mataram, Sendang Putri, Sendang Kakung, serta Pasar Tradisional Kotagede sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan sejarah bagi peserta.

“Di akhir program nantinya para peserta diharuskan mengikuti Focus Group Discussion untuk melakukan monitoring dan evaluasi berkaitan dengan hasil pengamatan atau observasi dari lapangan sebagai tahap awal untuk membuat e-book sebagai dokumentasi terhadap narasi yang dikumpulkan,” pungkasnya. (Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Kapanewon Gamping/toeb)