:
Oleh MC KOTA SOLOK, Rabu, 22 Februari 2023 | 14:27 WIB - Redaktur: Kusnadi - 288
Solok, InfoPublik – Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya pemakaian bahan-bahan kimia dalam kandungan makanan termasuk produk pertanian, maka saat ini mulai bermunculan inovasi baru untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia.
Salah satu inovasi yang sedang berkembang adalah Teknologi Biosaka. Biosaka sendiri berasal dari gabungan dua kata yakni bio dan saka. Bio berarti hidup sedangkan Saka adalah singkatan dari Selamatkan Alam Kembali ke Alam. Sehingga secara harfiah Biosaka berarti bahan aktif yang berasal dari mahluk hidup, dalam hal ini tanaman guna menyelamatkan alam dengan cara kembali ke alam.
Sehubungan dengan hal ini, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Lubuk Sikarah mengadakan training penyuluh pertanian mengenai pembuatan Biosaka tersebut di kantor setempat, Selasa (21/2).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Penyuluh Pertanian dan Perikanan, Penyuluh Pertanian Swadaya serta petugas teknis di BPP Kecamatan Lubuk Sikarah. Di samping itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Bidang Penyuluhan, Joni Harnedi, SP dan Koordinator Penyuluh Pertanian Kota Solok, Nazifah, SP, dan Rahmad Yendi, SP.
Dalam sambutannya, Kepala Bidang Penyuluhan menyampaikan agar inovasi Biosaka ini dapat dikembangkan kepada masyarakat, karena Biosaka tersebut bisa membantu masyarakat petani dalam mengurangi pemakaian pupuk kimia dan dapat sebagai pengendali Hama dan Penyakit Tanaman.
Materi dan Praktek Biosaka ini dipandu oleh Koordinator Pengendali Hama Penyakit Tanaman Laboratorium Hama Penyakit, Zainal Bahri, SP. Zainal menyampaikan bahwa Biosaka bukanlah pupuk maupun pestisida, namun Biosaka merupakan elevator atau penyemangat dan penyambung sinyal pada tanaman.
Biosaka sebagai elisitor yaitu senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar sehingga lebih energik dan produktif. Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bioteknologi.
Biosaka dapat merangsang bagian-bagian tanaman agar lebih aktif dalam menyerap nutrisi atau unsur hara. Pemakaian Biosaka juga dapat mengurangi pemakaian pupuk sekitar 40% dan dapat mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Dalam paparannya, Zainal menjelaskan bahwa dalam pembuatan Biosaka cukup menggunakan kearifan lokal berupa bahan-bahan dari tanaman yang berada di sekitar. Tanaman yang paling baik dijadikan bahan Biosaka adalah tanaman yang tumbuh subur dan bagus di lahan-lahan ekstrim dan kritis, namun jika tidak ada tanaman yang seperti itu maka bisa digunakan tanaman yang ada.
Persyaratan tanaman yang dapat diolah menjadi Biosaka adalah tanaman yang bebas dari serangan Hama dan Penyakit serta bebas dari kimia. Jenis tanaman yang digunakan dalam pembuatan Biosaka minimal 5 jenis dengan kelipatan ganjil.
Setelah pemaparan materi dan diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan-bahan tanaman di sekitar BPP untuk diolah menjadi Biosaka. Pada praktek pembuatan Biosaka, alat-alat yang dibutuhkan adalah panci, ember, botol aqua, dan saringan. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah 1 genggam daun-daun, bunga maupun bagian tanaman dan 2,5 liter Air (lebih baik air sumur atau air hujan).
Cara pembuatan Biosaka, pertama-tama pisahan atau pilih tanaman yang bebas serangan Hama Penyakit dan kimia dan dicuci/dibersihkan, masukkan ke dalam baskom dan tambahkan 2,5 Liter Air. Selanjutnya diremas (tanpa menggunakan tenaga), sambil meremas aduk air berlawanan arah jarum jam. Peremasan dan pengadukan dilakukan sekitar 15 menit dimana hasilnya air dan cairan tanaman sudah homogen.
“Ketika membuat Biosaka dibutuhkan keikhlasan, kesabaran dan berdo’a untuk keberhasilan pembuatannya. Biosaka dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman. Biosaka dapat langsung dipakai dan dapat disimpan kurang lebih 2 bulan,” jelasnya.
Pengaplikasian Biosaka pada tanaman Muda seperti sayuran adalah 40 cc untuk 1 Tangki Handspryer untuk 1 Ha lahan. Sedangkan untuk tanaman keras dengan takaran 100 cc untuk 1 tangki handspryer untuk 1 ha lahan. Pemakaian bisa disemprotkan ke daun maupun ke tanah.
“Yang penting dalam pengaplikasian adalah pengembunan. Waktu yang dianjurkan untuk penyemprotan atau pemakaian adalah sore atau pagi hari ketika matahari tidak ada,” kata Zainal. (MC-KotaSolok)